Oleh:
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya DNA parasit Toxoplasma gondii pada sampel darah EDTA
2. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan DNA parasit Toxoplasma gondii metode PCR (Polymerase
Chain Reaction) pada sampel darah EDTA
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi
Toksoplasmosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit protozoa Toxoplama
gondii. Toxoplama gondii berasal dari bahasa latin toxon yang artinya adalah busur dan plasma yang
berarti bentuk, atau dapat diartikan sebagai bentuk yang serupa dengan busur. Penemu dari
Toxoplama gondii adalah Nicolle dan Manceaux pada tahun 1908 yang menemukan keberadaan
protozoa tersebut pada limpa dan hati hewan pengerat, yaitu Ctenodactylus gundi yang sedang diamati
(Chahaya, 2010).
Pada tahun 1973 parasit ini ditemukan pada neonatus dengan ensefalitis. Walaupun transmisi
intrauterin secara transplasental sudah diketahui, tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini
menjadi jelas, ketika ditemukan daur seksualnya pada kucing. Setelah dikembangkan tes serologi yang
sensitif oleh Sabin dan Feldman (1948), zat anti Toxoplasma gondii ditemukan kosmopolit, terutama
di daerah dengan iklim panas dan lembab (Pohan, 2014).
2.2 Morfologi Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondii di dalam klasifikasi termasuk ke dalam kelas Sporozoasida, karena
bereproduksi secara seksual dan aseksual secara bergantian. Menurut Levine (1990), klasifikasi
Toxoplasma gondii sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Protozoa
Filum : Apicomplexa
Kelas : Sporozoasida
Sub Kelas : coccidiasina
Ordo : Eucoccidiorida
Sub Ordo : Eimeriorina
Famili : Sarcocystidae
Genus : Toxoplasma
Spesies : Toxoplasma gondii
2.3 Siklus Hidup Toxsoplasma gondii
Kucing merupakan hospes definitif dari Toxoplasma gondii. Di dalam usus kecil kucing, sporozoit
akan menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Kemudian, inti trofozoit membelah menjadi
banyak membentuk skizon. Skizon yang matang akan pecah menghasilkan banyak merozoit (skizogoni).
Siklus ini merupakan daur aseksual yang akan dilanjutkan dengan daur seksual. Merozoit akan masuk
ke dalam sel epitel dan selanjutkan membentuk makrogametosit dan mikrogametosit yang akan
berkembang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah terjadi pembuahan akan
terbentuk ookista, yang kemudian akan dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar tubuh kucing, ookista
tersebut akan matang membentuk dua sporokista yang setiap sporokistanya mengandung empat
sporozoit (sporogoni).
Bila kucing sebagai hospes definitif memakan hospes perantara yang terinfeksi toksoplasmosis,
maka berbagai stadium seksual di dalam sel epitel usus muda akan terbentuk lagi. Jika hospes perantara
yang dimakan kucing mengandung kista Toxoplasma gondii, maka masa prepatennya adalah dua
sampai tiga hari. Tetapi bila ookista tertelan langsung oleh kucing, maka masa prepatennya 20 sampai
24 hari. Dengan demikian kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista dibandingkan dengan ookista
(Levine, 1990).
Dubey J, 2010. Toxoplasmosis of Animals and Humans. 2nd edition. CRC Press.
Filice GA, Hitt JA, Mitchell CD, Blackstad M, Sorensen SW. Diagnosis of Toxoplasma Parasitemia in
Patients with AIDS by Gene Detection After Amplification with Polymerase Chain Reaction, J
Clin Microbiol 1993; 3: 2327– 2331
Hartono T, 1989. Temuan Kista Toxoplasma gondii pada Babi di Rumah Potong Surabaya dan
Malang. Buletin Penelitian Kesehatan. 16(3): 37-42.
Iskandar T, 1999. Tinjauan Tentang Toksoplasmosis pada Hewan dan Manusia. Wartazoa. 8(2): 58-63.
Liesenfeld O, Roth A, Weinke T, Foss HD, Hahn H. A Case of Disseminated Toxoplasmosis Value of
PCR for Diagnosis, J Infect Dis 1994; 29: 133-138.
Levine ND, 1990. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Pohan HT, 2014. Toksoplasmosis. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B,
Syam AF, penyunting. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ke-4. Jakarta Pusat: Interna
Publishing. Hlm. 624-31.
Robert, L. and J. Janovy Jr, 2001. Foundation of Parasitology. 6 ed. Philadelphia: W. B. Sauders,Co.
Siregar RY, Yuswandi, 2014. Prevalensi Toksoplasmosis pada Domba yang Dipotong di RPH
Ngampilan Yogyakarta dengan Metode CATT. Sain Veteriner. 32(1): 78-92.
Skinner LJ, Chatterton JMW, Joss AWL, Moir IL, Ho-Yen D. The Use of an IgM Immunosorbent
Agglutination Assay to Diagnose Congenital Toxoplasmosis, J Med Microbiol 1989; 28: 125 –
128.
Subekti DT, Artama WT, Iskandar T, 2005. Perkembangan Kasus dan Teknologi Diagnosis
Toksoplasmosis. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis. Hlm. 253-264
Subekti, T dan NK. Arrasyid, 2006. Imunopatogenesis Toxoplasma gondii Berdasarkan Galur. Balai
Penelitian Veteriner. WARTAZOA, Vol. 16 No. 3.
Tenter AM, Heckeroth AR, Weiss LM. Toxoplasma gondii: from animals to humans. Int J Parasitol.
2000; 30 (12-13): 1217-58.
Weiss LM, Udem SA, Salgo M, Tanowitz HB, Wittner M, Sensitive and Specific Detection of
Toxoplasma DNA in an Experimental Murine Model: Use of Toxoplasma gondii-Specific
cDNA and the Polymerase Chain Reaction, J Infect Dis 1991; 163: 180-186.
LAMPIRAN