04011281722075
Beta 2017
LEARNING ISSUE
1. Toksoplasmosis
Toxoplasmosis juga sering terjadi melalui jalur atau rute makanan yaitu bentuk
jaringan dari parasit (kista mikroskopis terdiri dari bradyzoites) dapat ditularkan kepada
manusia oleh makanan. Manusia menjadi terinfeksi karena :
Makanan setengah matang, atau daging yang terkontaminasi (terutama daging babi,
domba, dan daging rusa).
Menelan makanan setengah matang, memegang daging yang terkontaminasi dan
tidak mencuci tangan dengan bersih (Toxoplasma tidak dapat diserap melalui kulit
utuh).
Makan makanan yang terkontaminasi oleh pisau, peralatan, talenan, atau makanan
lain yang pernah kontak dengan daging mentah yang terkontaminasi.
a. Patofisiologi
b. Gambaran histopatologi
Infeksi toksoplasmosis sering tanpa gejala klinis (Lappin, 1994; Nelson and Couto,
2003). Pemeriksaan histopatologi akan ditemukan nekrosis dengan infiltrasi makrofag
pada paru-paru, hati, jantung, otot, sistem syaraf pusat. Perubahan patologik akibat
toksoplasmosis dapat terjadi pada berbagai macam organ dalam tubuh, misalnya otak,
neuron, mikroglia, parenkim hati, jantung, otot rangka, selaput fetus, dan leukosit
(Levine, 1990), saluran pencernaan, miokardium, paru-paru, hati, otak, retina mata
(Urquhart et al., 1987), otak, hati, paru-paru, limpa, ginjal, usus, susunan saraf pusat,
plasenta (kotiledon), bursa fabrisius (Soulsby, 1982; Sukthana, 2006).
Sarang-sarang nekrosa dapat ditemukan didalam paru-paru, hati, limpa, anak ginjal
dan sel-sel disekitar sarang-sarang ini mengandung toxoplasmosis yang tergabung
dalam kolonikoloni terminal (Pseudo-cysts) atau parasit-parasit itu terletak bebas
dalam jaringan-jaringan. Toxoplasma banyak dijumpai didalam sel-sel pada pinggir
ulkus-ulkus usus.
Didalam otak parasit-parasit terlihat didalam sel-sel glia atau neuron sebagai
parasitparasit intra selluler atau sebagai koloni-koloni terminal (pseudocysts). Protozoa
itu juga berada bebas dalam jaringan. Reaksi radang umumnya jelas terlihat, sebagai
gliosis, mikroglia, atau astrosit-astrosit. Penyerbukan limfosit-limfosit dalam ruang
virchow robin, disamping nekrosa lokal jaringan otak. Juga terjadi proliferasi sel-sel
adventisia, disamping nekrosa lokal jaringan otak. Perubahan-perubahan itu paling
banyak terdapat dalam cortex cerebralis. Parasit itu juga bisa dijumpai pada selaput
otak.
c. Manifestasi klinis
Toxoplasmosis gondii yang tertelan melalui makanan akan menembus epitel usus
dan difagositosis oleh makrofag atau masuk ke dalam limfosit akibatnya terjadi
penyebaran limfogen. Toxoplasmosis gondii akan menyerang seluruh sel berinti,
membelah diri dan menimbulkan lisis, sel tersebut destruksi akan berhenti bila tubuh
telah membentuk antibodi. Pada alat tubuh seperti susunan syaraf dan mata, zat ini
tidak dapat masuk karena ada sawar (barier) sehingga destruksi akan terus berjalan.
Umumnya infeksi toxoplasmosis gondii ditandai dengan gejala seperti infeksi
lainnya yaitu demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening
(toxoplasmosis limfonodosa acuta). Gejala mirip dengan mononukleosis infeksiosa.
Infeksi yang mengenai susunan syaraf pusat menyebabkan encephalitis (toxoplasma
ceebralis akuta). Parasit yang masuk ke dalam otot jantung menyebabkan peradangan.
Lesi pada mata akan mengenai khorion dan rentina menimbulkan irridosklitis dan
khorioditis (toxoplasmosis ophithal mica akuta). Bayi dengan toxoplamosis kongenital
akan lahir sehat tetapi dapat pula timbul gambaran eritroblastosis foetalis, hidrop
foetalis.
d. Diagnosis Toksoplasmosis
e. Komplikasi Toksoplasmosis
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan system vascular darah.
Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial ke dalam saluran limfe jaringan,
dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung
kembali ke darah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang
menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan
peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama
seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan
interstisial yang masuk ke dalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama
peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein
dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.
Tingkat Kesadaran
Kesadaran baru dapat dinilai bila penderita tidak tidur. Kesadaran secara kualitatif
dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Compos Mentis
Keadaan seseorang sadar penuh dan dapat menjawab pertanyaan tentang dirinya dan
lingkungannya.
2. Apatis
Keadaan seseorang tidak peduli, acuh tak acuh dan segan berhubungan dengan orang lain
dan lingkungannya.
3. Somnolen
Seseorang dalam keadaan mengantuk dan cenderung tertidur, masih dapat dibangunkan
dengan rangsangan dan mampu memberikan jawaban secara verbal, namun mudah tertidur
kembali.
4. Sopor
Kesadaran hilang, hanya berbaring dengan mata tertutup, tidak menunjukkan reaksi bila
dibangunkan, kecuali dengan rangsangan nyeri.
5. Koma
Kesadaran hilang, tidak memberikan reaksi walaupun dengan semua rangsangan (verbal,
taktil, dan nyeri) dari luar. Pada pasien koma terlihat mata tertutup, tidak berbicara, dan
tidak ada pergerakan walaupun diberi rangsangan auditori, taktil, dan nyeri.
6. Delirium
Keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, biasanya disertai dengan disorientasi,
iritatif, dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik hingga sering mengalami
halusinasi. (Ika R. Sutejo dan Azham Purwandhono, 2016)
a. Tekanan darah
Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh
anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di ukurmelalui nilai sistolik dan diastolik.
Tekanan darah dapat diukur dengan alat sphygmomanometer dan stestoskop untuk mendengar
denyut nadi. Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun : berdasarkan Joint
National Committee VII adalah sebagai berikut :
Klasifikasi Tekanan Darah TDS TDD
Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage 1 140-159 90-99
Hipertensi Stage-2 >160 >100
b. Denyut nadi
Normal : 60-100x/menit
Bradikardi : <60x/menit
Takhikardi : >100x/menit
c. Suhu tubuh
d. Pernapasan
Interpretasi
Takhipnea : Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut
Apnea : Bila tidak bernapas .
Hemoglobin (Hb)
Nilai normal : Pria : 13 - 18 g/dL SI unit : 8,1 - 11,2 mmol/L
Wanita: 12 - 16 g/dL SI unit : 7,4 – 9,9 mmol/L
Deskripsi:
Hemoglobin adalah komponen yang berfungsi sebagai alat transportasi oksigen (O2) dan
karbon dioksida (CO2). Hb tersusun dari globin (empat rantai protein yang terdiri dari dua
unit alfa dan dua unit beta) dan heme (mengandung atom besi dan porphyrin: suatu pigmen
merah). Pigmen besi hemoglobin bergabung dengan oksigen. Hemoglobin yang
mengangkut oksigen darah (dalam arteri) berwarna merah terang sedangkan hemoglobin
yang kehilangan oksigen (dalam vena) berwarna merah tua. Satu gram hemoglobin
mengangkut 1,34 mL oksigen. Kapasitas angkut ini berhubungan dengan kadar Hb bukan
jumlah sel darah merah. Penurunan protein Hb normal tipe A1, A2, F (fetal) dan S
berhubungan dengan anemia sel sabit. Hb juga berfungsi sebagai dapar melalui
perpindahan klorida ke dalam dan keluar sel darah merah berdasarkan kadar O2 dalam
plasma (untuk tiap klorida yang masuk kedalam sel darah merah, dikeluarkan satu anion
HCO3). Penetapan anemia didasarkan pada nilai hemoglobin yang berbeda secara
individual karena berbagai adaptasi tubuh (misalnya ketinggian, penyakit paru-paru,
olahraga). Secara umum, jumlah hemoglobin kurang dari 12 gm/dL menunjukkan anemia.
Pada penentuan status anemia jumlah total hemoglobin lebih penting daripada jumlah
eritrosit.
Implikasi klinik :
• Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada anemia (terutama anemia karena kekurangan zat
besi), sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan dan kehamilan.
• Peningkatan nilai Hb dapat terjadi pada hemokonsentrasi (polisitemia, luka bakar),
penyakit paru-paru kronik, gagal jantung kongestif dan pada orang yang hidup di
daerah dataran tinggi.
• Konsentrasi Hb berfluktuasi pada pasien yang mengalami perdarahan dan luka bakar.
• Konsentrasi Hb dapat digunakan untuk menilai tingkat keparahan anemia, respons
terhadap terapi anemia, atau perkembangan penyakit yang berhubungan dengan
anemia.
Leukosit (sel darah putih)
Nilai normal : 3200 – 10.000/mm3 SI : 3,2 – 10,0 x 109/L
Deskripsi:
Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit
organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/mendistribusikan antibodi. Ada dua
tipe utama sel darah putih:
• Granulosit: neutrofi l, eosinofi l dan basofi l
• Agranulosit: limfosit dan monosit
Implikasi klinik:
• Nilai krisis leukositosis: 30.000/mm3. Lekositosis hingga 50.000/mm3
mengindikasikan gangguan di luar sumsum tulang (bone marrow). Nilai leukosit yang
sangat tinggi (di atas 20.000/mm3) dapat disebabkan oleh leukemia. Penderita kanker
post-operasi (setelah menjalani operasi) menunjukkan pula peningkatan leukosit
walaupun tidak dapat dikatakan infeksi.
• Biasanya terjadi akibat peningkatan 1 tipe saja (neutrofi l). Bila tidak ditemukan anemia
dapat digunakan untuk membedakan antara infeksi dengan leukemia
• Waspada terhadap kemungkinan leukositosis akibat pemberian obat.
• Perdarahan, trauma, obat (mis: merkuri, epinefrin, kortikosteroid), nekrosis,
toksin,leukemia dan keganasan adalah penyebab lain leukositosis.
• Makanan, olahraga, emosi, menstruasi, stres, mandi air dingin dapat meningkatkan
jumlah sel darah putih
• Leukopenia, adalah penurunan jumlah leukosit <4000/mm3. Penyebab leukopenia
antara lain:
a) Infeksi virus, hiperplenism, leukemia.
b) obat (antimetabolit, antibiotik, antikonvulsan, kemoterapi)
c) Anemia aplastik/pernisiosa
d) Multipel mieloma
• Prosedur pewarnaan: Reaksi netral untuk netrofil; Pewarnaan asam untuk eosinofil
Pewarnaan basa untuk basofil
• Konsentrasi leukosit mengikuti ritme harian, pada pagi hari jumlahnya sedikit, jumlah
tertinggi adalah pada sore hari
• Umur, konsentrasi leukosit normal pada bayi adalah (6 bulan-1 tahun) 10.000-
20.000/mm3 dan terus meningkat sampai umur 21 tahun
• Manajemen neutropenia disesuaikan dengan penyebab rendahnya nilai leukosit.
Deskripsi:
• Neutrofil melawan infeksi bakteri dan gangguan radang
• Eosinofil melawan gangguan alergi dan infeksi parasit
• Basofil melawan diskrasia darah dan penyakit myeloproliferatif
• Limfosit melawan infeksi virus dan infeksi bakteri
• Monosit melawan infeksi yang hebat
Neutrofil
Implikasi klinik:
• Neutrofilia, yaitu peningkatan persentase neutrofil, disebabkan oleh infeksi bakteri dan
parasit, gangguan metabolit, perdarahan dan gangguan myeloproliferatif.
• Neutropenia yaitu penurunan persentase neutrofil, dapat disebabkan oleh penurunan
produksi neutrofil, peningkatan kerusakan sel, infeksi bakteri, infeksi virus, penyakit
hematologi, gangguan hormonal dan infeksi berat.
• Shift to left atau peningkatan bands (sel belum dewasa) terjadi ketika neurofil muda
dilepaskan kedalam sirkulasi. Hal ini disebabkan oleh infeksi, obat kemoterapi,
gangguan produksi sel (leukemia) atau perdarahan.
• Shift of the right atau peningkatan segment (sel dewasa) terjadi pada penyakit hati,
anemia megalobastik karena kekurangan B12 dan asam folat, hemolisis, kerusakan
jaringan, operasi, obat (kortikosteroid)
• Peningkatan jumlah neutrofi l berkaitan dengan tingkat keganasan infeksi.
• Derajat neutrofilia sebanding dengan jumlah jaringan yang mengalami inflamasi.
• Jika peningkatan neutrofil lebih besar daripada peningkatan sel darah merah total
mengindikasikan infeksi yang berat.
• Pada kasus kerusakan jaringan dan nekrosis (seperti: kecelakaan, luka bakar,
operasi),neutrofilia terjadi akibat peningkatan zat neutrofilik atau mekanisme lain yang
belum diketahui.
Eosinofil
Implikasi klinik:
• Eosinofilia adalah peningkatan jumlah eosinofil lebih dari 6% atau jumlah absolut lebih
dari 500. Penyebabnya antara lain: respon tubuh terhadap neoplasma, penyakit
Addison, reaksi alergi, penyakit collagen vascular atau infeksi parasit.
• Eosipenia adalah penurunan jumlah eosinofil dalam sirkulasi. Eosipenia dapat terjadi
pada saat tubuh merespon stres (peningkatan produksi glukokortikosteroid).
• Eosinofil cepat hilang pada infeksi pirogenik
• Jumlah eosinofil rendah pada pagi hari dan meningkat pada sore hari hingga tengah
malam.
• Eosinofilia dapat disamarkan oleh penggunaan steroid dan dapat meningkat dengan
Ltriptofan.
Basofil
Implikasi klinik :
• Basofilia adalah peningkatan basofil berhubungan dengan leukemia granulositik dan
basofilik myeloid metaplasia dan reaksi alergi
• Basopenia adalah penurunan basofi l berkaitan dengan infeksi akut, reaksi stres, terapi
steroid jangka panjang.
Monosit
Implikasi klinik:
• Monositosis berkaitan dengan infeksi virus, bakteri dan parasit tertentu serta kolagen,
kerusakan jantung dan hematologi.
• Monositopenia biasanya tidak mengindikasikan penyakit, tetapi mengindikasikan stres,
penggunaan obat glukokortikoid, myelotoksik dan imunosupresan.
Limfosit
Implikasi klinik:
• Limfositosis dapat terjadi pada penyakit virus, penyakit bakteri dan gangguan
hormonal
• Limfopenia dapat terjadi pada penyakit Hodgkin, luka bakar dan trauma.
• Virosites (limfosit stres, sel tipe Downy, limfosit atipikal) adalah tipe sel yang dapat
muncul pada infeksi jamur, virus dan paratoksoid, setelah transfusi darah dan respon
terhadap stres.
• Perubahan bentuk limfosit dapat digunakan untuk mengukur histokompabilitas.
• Jumlah absolut limfosit < 1000 menunjukkan anergy.
Lactate dehydrogenase
DEWASA :
• LDH Total : 100-190 IU/L, 70-250 U/L
• Isoenzim LDH1 : 14-26%; LDH2 : 27-37%; LDH3 : 13-26%; LDH4 : 8-16%;
LDH5 : 6-16%. Perbedaan sebesar 2-4% dianggap normal.
Daftar Pustaka
Hartati, S., Raharjo, S., & Widiyono, I. Studi Gambaran Histopatologis Hepar, Pulmo, Lien dan Otak serta
Uji Serologis pada Tikus (Rattus norvegicus) yang diinfeksi Toxoplasma gondii. Jurnal Sain
Veteriner, 35(1), 9-15.
Wijayanti, T., & Marbawati, D. SEROPOSITIF TOKSOPLASMOSIS KUCING LIAR PADA TEMPAT-
TEMPAT UMUM DI KABUPATEN BANJARNEGARA SEROPOSITIVE OF TOXOPLASMOSIS ON
STRAY CATS IN BANJARNEGARA DISTRICT PUBLIC PLACES.
Dhani Redhono Harioputro, d. (2016). Buku Pedoman Keterampilan Klinis Vital Sign. Surakarta:
Fakultas Kedokteran UNS.