BAB 1
SINOPSIS
2
Toksoplasmosis adalah penyakit menular zoonosis yang dapat ditularkan dari
hewan ke manusia. Penyebabnya adalah Toxoplasma gondii yang merupakan
parasit golongan protozoa yang dapat menginfeksi semua jenis hewan
berdarah panas, termasuk manusia. Kucing liar maupun kucing jinak adalah
hospes definitif Toxoplasma yang dapat mengalami infeksi sistemik maupun
infeksi usus. Hewan-hewan lainnya dan manusia bertindak selaku hospes
perantara dimana parasit dapat menyebabkan infeksi sistemik berupa
pembentukan kista jaringan.
TOXOPLASMA GONDII
3
Gambar 1. Transmission Electron Micrograph (TEM) Toxoplasma gondii di
dalam sel
(http://www.sciencephoto.com/images/90360)
SEBARAN TOXOPLASMA
4
Penelitian pada tahun 2002 di Jakarta menunjukkan keadaan yang lebih
buruk, lebih dari 90% perempuan usia subur yang diperiksa menunjukkan
serum positif terhadap Toxoplasma gondii. Penelitian tersebut juga
melaporkan bahwa ibu yang mengalami abortus menunjukkan prevalensi
toksoplasmosis sebesar 21,5% sedangkan yang mengalami kelahiran mati
bayi menunjukkan prevalensi sebesar 22,8%.
Penelitian tahun 1994 di Mataram, Lombok, Indonesia pada
perempuan hamil menunjukkan antibodi anti-toksoplasma IgG sebesar 38,3%
dan pada ibu yang mengalami abortus sebesar 50%. Pada ibu yang
melahirkan bayi meninggal (still birth) IgG positif 65,5% dan pada anak
dengan kelainan kongenital positif 40,2%.
5
Meskipun pada pemeriksaan serologi sekitar 15-40% kucing terinfeksi
Toxoplasma gondii, namun hanya sekitar 1% kucing yang mengeluarkan
ookista parasit ini di dalam tinjanya.Hal ini tergantung bagaimana cara kucing
mendapatkan makanannya dan apakah kucing dipelihara di dalam rumah
ataukah di luar rumah. Infeksi Toxoplasma pada kucing atau hewan lainnya
lebih sering terjadi jika hewan dipelihara di luar rumah, memperoleh makanan
di luar rumah atau sering mendapatkan daging mentah sebagai makanannya.
Toksoplasmosis dapat menginfeksi semua jenis hewan berdarah panas
termasuk manusia dan primata, mamalia ( misalnya kucing, anjing, rodensia,
sapi, babi, karnivora ) dan unggas.
Pencemaran air dan tanah dengan tinja kucing sulit dicegah, sehingga
menyebabkan terjadinya infeksi ookista parasit melalui makanan
misalnya sayuran dan buah yang tidak dicuci bersih dan tidak dimasak
sebelum dimakan, atau melalui air minum yang tercemar tinja kucing.
6
Lipas (kecoa) dan lalat dapat bertindak sebagai vektor mekanik dalam
penularan Toxoplasma, karena serangga-serangga ini membawa
ookista infektif yang berasal dari tinja kucing yang menimbulkan
pencemaran pada makanan atau bahan makanan, air atau alat-alat
masak di dapur.
Paparan tangan dengan tanah dan air yang tercemar tinja kucing pada
waktu berkebun atau pada waktu membersihkan litterbox kucing atau
kotak pasir dapat juga menyebabkan terjadinya infeksi Toxoplasma.
Siklus hidup parasit ini terdiri dari dua fase yaitu fase intestinal atau
enteroepitelial dan fase extraintestinal. Fase intestinal hanya terjadi pada
golongan kucing (baik kucing liar maupun yang domestik) dan menghasilkan
ookista (oocyst) yang ditemukan di dalam tinja kucing. Fase extraintestinal
dapat terjadi pada semua hewan yang terinfeksi (termasuk kucing) dan
menghasilkan takizoit (tachyzoite) dan bradizoit (bradyzoite) atau zoitokista
(zoitocyst). Toksoplasmosis dapat ditularkan karena termakan ookista (yang
7
berasal dari tinja kucing) atau terinfeksi bradizoit (yang berasal dari daging
mentah atau yang dimasak kurang matang).
Pada infeksi akut toksoplasmosis parasit terdapat dalam bentuk takizoit
(tachyzoite) yang dapat memperbanyak diri dengan cepat. Pada penderita
dengan daya tahan tubuh atau imunitas normal, parasit akan membentuk
kista yang mengandung bentuk bradizoit (bradyzoite) yang lambat dalam
memperbanyak diri. Bradizoit akan tetap bertahan hidup pasif dalam keadaan
istirahat (dorman) sepanjang hidup penderita. Jika kucing memakan daging
yang yang mengandung kista yang berisi bradizoit, atau tertelan ookista yang
dikeluarkan oleh kucing sakit lainnya, di dalam usus kucing akan terbentuk
gamet jantan dan gamet betina. Gamet-gamet ini kemudian akan
menghasilkan ookista, dan terus menerus dikeluarkan dalam tinja kucing
selama beberapa minggu. Ookista ini dapat mencemari lingkungan dan
benda-benda yang ada di lingkungan, misalnya tanah, kotak pasir, buah-
buahan, dan sayuran. Hanya keluarga kucing yang dapat menghasilkan
ookista. Semua jenis binatang berdarah panas dapat terinfeksi oleh bradizoit
dan ookista. Seekor kucing yang menderita toksoplasmosis akut dalam waktu
dua minggu dapat mengeluarkan 20 juta ookista tidak berspora (unsporulated
oocysts). Dalam waktu 1-5 hari ookista akan membentuk spora dan menjadi
dua sporokista (sporocysts) yang masing-masing mengandung empat
sporozoit (sporozoite) yang merupakan stadium infektif Toxoplasma gondii,
yang bersama tinjanya mencemari lingkungan hidup manusia. Pada keadaan
lingkungan yang panas dan lembab ookista dapat bertahan tetap infektif
sampai satu tahun lamanya, sedangkan di dalam air kista tersebut dapat
tetap infektif sampai enam bulan.
Jika ookista termakan hewan hospes berdarah panas, termasuk manusia,
sporozoit akan keluar dari kista lalu memasuki sel-sel usus dan kemudian
membelah diri secara aseksual dan membentuk takizoit (tachyzoite).Takizoit
akan menyebar ke semua bagian tubuh, memasuki sel-sel jaringan dan
memperbanyak diri di dalamnya sehingga sel-sel tersebut akan pecah.
Takizoit akan berkembang menjadi bradizoit ( bradyzoite) yang kemudian
membentuk kista jaringan di dalam sel-sel sistem saraf pusat, sel-sel otot,
8
dan juga di beberapa organ. Kista dapat tetap hidup sampai terjadi kematian
hospes tanpa menimbulkan gejala-gejala klinis. Jika hospes termakan oleh
hewan lain, di dalam usus bradizoit akan keluar dari kista dan proses
pembentukan kista jaringan yang baru akan berulang kembali.
Jika hospes perantara (intermediate host) dimakan oleh kucing,
bradizoit akan memasuki sel-sel epitel usus kucing, dan melewati lima tahap
reproduksi aseksual merogeni (merogeny) diikuti pembentukan mikrogamon
(microgamonts) dan makrogamon (macrogamonts). Mikrogamon akan
membelah diri membentuk mikrogamet berflagela yang kemudian membuahi
makrogamon. Makrogamon yang telah dibuahi akan membentuk dinding dan
menjadi ookista yang tidak berspora, yang berukuran sekitar 10 mikron x 12
mikron yang kemudian dikeluarkan bersama tinja kucing.
Jika kucing termakan kista jaringan, 97% kucing yang terinfeksi untuk
pertama kali akan membentuk ookista, biasanya dalam waktu 3-10 hari.
Hanya 20% kucing yang termakan ookista akan menderita toksoplasmosis,
dengan periode prepaten selama 18 hari atau lebih.
INFEKSI TOXOPLASMA
9
Toxoplasma yang sangat resisten dan tahan terhadap pengaruh lingkungan.
Dengan termakan sejumlah kecil, misalnya sepuluh ookista, hospes perantara
sudah dapat terinfeksi, sedangkan infeksi pada kucing baru terjadi jika kucing
memakan lebih dari 100 ookista. Kucing yang terinfeksi kemudian mampu
menghasilkan puluhan sampai ratusan juta ookista dalam tinjanya.
Takizoit adalah stadium yang infektif, yang dapat ditemukan di dalam
jaringan hewan yang aktif menderita toksoplasmosis, misalnya di dalam susu
kambing, domba, sapi, dan kadang-kadang juga ditemukan pada telur ayam.
Takizoit yang infektif ini mudah dimatikan dengan mudah misalnya dengan
pasteurisasi dan memasaknya, termasuk takizoit yang ada di dalam
telur.Toxoplasma juga dapat ditularkan melalui transplantasi organ dan
tranfusi darah meskipun hal ini jarang terjadi.
Penularan Toxoplasma di dalam uterus hanya terjadi pada infeksi
primer pada ibu hamil, yang menyebabkan terjadinya parasitemia di dalam
plasenta yang kemudian akan menyebabkan terjadinya infeksi pada janin.
Keadaan ini biasanya hanya terjadi pada manusia, domba dan kambing, dan
kadang-kadang juga terjadi pada tikus, kucing dan anjing. Seorang
perempuan yang terpapar Toxoplasma 4-6 bulan sebelum hamil akan
mendapatkan kekebalan yang cukup terhadap infeksi parasit ini di kemudian
hari. Pada manusia, risiko terjadinya infeksi Toxoplasma pada janin akan
meningkat dengan bertambahnya umur kehamilan; pada trimester pertama
10-25% dan pada trimester ketiga 60-90%. Akan tetapi kecacatan kongenital
yang terjadi lebih berat jika infeksi Toxoplasma terjadi pada kehamilan yang
lebih muda.
10
infeksi lain, misalnya HIV/AIDS atau karena adanya penggunaan pengobatan
yang bersifat imunosupresif.
11
ensefalitis. Perjalanan penyakit dapat berlangsung lambat, tetapi
toksoplasmosis dapat juga berlangsung cepat dan menimbulkan kematian.
Kerusakan mata akibat toksoplasmosis pada kucing lebih sering terjadi
daripada toksoplasmosis pada anjing. Anak anjing dan anak kucing sering
menderita infeksi berat sehingga menyebabkan terjadinya lahir mati atau mati
sebelum mampu menyusu ke induknya.
Infeksi klinis pada domba dan kambing jauh lebih banyak terjadi
dibanding dengan infeksi pada kucing dan anjing terutama terkait dengan
masalah reproduksinya. Infeksi Toxoplasma pada unggas sering juga terjadi,
tetapi jarang menunjukkan gejala klinis.
DIAGNOSIS PENYAKIT
12
Penggunaan MAT (Modified latex Agglutination Test) yang sangat peka
dalam dalam mendeteksi IgG dapat juga dimanfaatkan untuk membantu
membedakan infeksi akut dan kronis berdasar reaktivitasnya dengan aseton
terhadap (versus) formalin-fixed antigen.
Pemantauan serologi pada perempuan hamil tidak selalu dianjurkan di
USA dan Canada. Hal ini berbeda dengan yang dianjurkan di berbagai negara
Eropa. Di USA dan Canada risiko terinfeksi Toxoplasma sangat rendah jika
dibandingkan dengan di Eropa. Diagnosis terjadinya infeksi in utero dilakukan
dengan memeriksa DNA Toxoplasma pada cairan amnion, yang jika positif
diteruskan dengan pemeriksaan ultrasonografi janin untuk melihat adanya
kecacatan kongenital.
PENGOBATAN TOKSOPLASMOSIS
13
sebaiknya tidak diberikan pada perempuan hamil karena dapat menimbulkan
gangguan pada sintesis asam folat janin.
Untuk mengobati ibu hamil dengan toksoplasmosis, digunakan
spiramisin yang dapat menurunkan beratnya penyakit pada toksoplasmosis
kongenital dan akibat kecacatan yang timbul dimasa akan datang, tetapi tidak
mengurangi risiko terjadinya infeksi. Pengobatan yang dilakukan secara dini
pada infeksi toksoplasmosis prenatal pada anak juga menunjukkan
berkurangnya kejadian kecacatan dan mencegah terjadinya kecacatan
dikemudian hari.
Penderita dengan transplantasi terutama transplantasi jantung
sebaiknya dikelola dengan memberikan terapi pencegahan dengan
pirimetamin-sulfonamid selama enam minggu untuk mencegah terjadinya
infeksi Toxoplasma gondii pada penderita.
Pada penderita AIDS dengan seropositif Toxoplasma, untuk mencegah
terjadinya reaktivasi penyakit toksoplasmosis penderita dapat diberi
pengobatan pencegahan menggunakan Pirimetamin-Dapson, Trimetoprim-
Sulfametoksasol atau Fansidar.
PENGENDALIAN INFEKSI
14
kebersihan dan sanitasi, ibu-ibu hamil dan orang-orang dengan gangguan
sistem imun tetap boleh memelihara kucingnya. Meskipun demikian orang-
orang yang berisiko tinggi terhadap infeksi toksoplasmosis (yaitu ibu hamil
dan mereka yang rendah daya tahan tubuhnya) sebaiknya sedapat mungkin
tetap menghindari paparan dengan tinja kucing dan kotak kotoran kucing (cat
litter).
Jika seekor kucing diketahui mengeluarkan ookista bersama tinjanya,
sebaiknya kucing diasingkan sementara dari lingkungan tempat tinggal kita
dan diobati dengan baik sampai tidak lagi mengeluarkan ookista. Kucing juga
harus tetap dirawat dan dibersihkan dengan teratur karena ookista mungkin
masih ada yang melekat pada bulu-bulunya.
Pada suhu kamar proses sporulasi terjadi antara 1-5 hari, sedangkan
pada udara yang bersuhu dingin ookista membutuhkan waktu yang lebih
lama untuk membentuk spora. Pada suhu 11o Celsius proses pembentukan
spora membutuhkan waktu sekitar 3 minggu lamanya. Sesudah membentuk
spora, ookista dapat bertahan lebih lama di lingkungan luar dan tahan
terhadap paparan berbagai macam desinfektan. Karena itu cara terbaik untuk
melakukan dekontaminasi benda-benda misalnya litter-box adalah dengan
15
memasaknya atau merendamnya dengan air mendidih. Ookista berspora akan
mati dengan pemanasan pada suhu 55-60o Celsius selama 1-2 menit.
Tinja dan kotoran kucing harus dibuang setiap hari ke dalam jamban
(WC) atau membungkusnya rapat-rapat di dalam kantong plastik dan
membuangnya ke tempat sampah, atau membakarnya pada insenirator.
Kucing harus dijauhkan dari kotakpasir tempat anak bermain agar hewan
tersebut tidak buang air di tempat bermain anak-anak yang dapat menjadi
sumber penularan toksoplasmosis.
Semua jenis daging harus dimasak sampai suhu internal (di bagian
dalam daging) mencapai di atas 67o Celsius.
Buah dan sayuran harus dikupas dan dicuci bersih sebelum dimakan.
Semua benda yang pernah terpapar daging mentah atau buah dan
sayur yang belum dicuci harus dibersihkan.
Hindari paparan dengan litter kucing dan tanah kebun, atau gunakan
sarung tangan dan selalu mencuci tangan sebersih mungkin
sesudahnya.
Jangan memberi daging mentah pada kucing.
Kucing harus selalu dipelihara dan berada di dalam rumah agar tidak
terinfeksi Toxoplasma karena makan tikus atau mangsa kecil lainnya
yang berada di luar rumah.
16
SARIPATI
17
10% menimbulkan kerusakan jaringan otak pada janin, dan 10-13%
bayi akan mengalami gangguan penglihatan. Meskipun 58-70% ibu
yang terinfeksi toksoplasmosis melahirkan bayi dalam keadaan normal,
sebagian kecil bayi tersebut di kemudian hari akan mengalami
retinochorioiditis yang aktif, atau terjadi kemunduran mental ( mental
retardation). Tingginya infeksi kongenital di suatu tempat tergantung
pada keadaan sosial ekonomi penduduk, letak geografi daerah dan
kebiasaan hidup penduduknya. Sebagai contoh, di Amerika Serikat
angka kejadian toksoplasmosis kongenital adalah sekitar 1:5000 dari
angka kelahiran, di Perancis 1:3000 dan di Panama 1:300 dari angka
kelahiran.
18
gangguan pada mata, timbulnya gejala klinis akibat kerusakan jaringan
oleh parasit dan infeksi serta keradangan jantung atau otak.
Infeksi Toxoplasma gondii pada umumnya berlangsung secara
tersembunyi (latent), dan parasit dalam keadaan pasif. Sepertiga
sampai separuh penduduk dunia (sekitar 2 miliar orang) menderita
infeksi laten toksoplasmosis. Pada orang dewasa yang dalam keadaan
imunokompeten, toksoplasmosis hanya menimbulkan gejala mirip flu
dan kadang-kadang terjadi limfadenopati.
Jika daya tahan tubuh atau imunitas/kekebalan tubuh penderita
menurun (imunocompromised), misalnya karena menderita kanker dan
keganasan, menderita penyakit autoimun, mendapatkan tranplantasi
organ dengan pengobatannya, atau menderita AIDS, maka
toksoplasmosis yang laten akan berkembang menjadi aktif. Penderita
akan mengalami parasitemia umum yang dapat menimbulkan
kerusakan pada otak, hati, paru dan organ-organ lainnya, dan tidak
jarang juga bisa menimbulkan kematian penderita.
19
dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya, sehingga akibat-akibat
infeksi kongenital dapat dihindari. Infeksi akut diatasi dengan
memberikan pirimetamin atau sulfadiazin. Spiramisin dapat digunakan
senagai obat pengganti yang memuaskan hasilnya.
20
BAB. 2
SEJARAH
TOKSOPLASMOSIS
PENULARAN TOXOPLASMA
DIAGNOSIS TOKSOPLASMOSIS
PENGOBATAN TOKSOPLASMOSIS
21
Sejarah penelitian Toxoplasma gondii dan toksoplasmosis sudah dimulai
sejak awal abad 19 dan terus berkembang, baik dari sudut kedokteran
manusia maupun veteriner, karena parasit ini termasuk parasit zoonosis.
Meskipun hanya dikenal satu spesies Toxoplasma gondii, tetapi galur (strain)
yang ditemukan pada berbagai jenis hewan, baik hewan liar maupun hewan
domestik yang banyak dipelihara manusia, menyebabkan sejarah
epidemiologi toksoplasmosis menjadi sangat panjang.
22
Mula-mula Nicolle mengira bahwa yang ditemukannya adalah parasit
Piroplasma atau Leishmania. Akhirnya diyakininya bahwa ia menemukan
organisme baru yang dinamainya Toxoplasma gondii. Karena bentuknya mirip
busur panah dan ditemukan pertama kali pada binatang rodensia gundi, maka
parasit yang baru ditemukan tersebut diberi nama Toxoplasma gondii. Pada
tahun 1908 Splendore menemukan parasit yang sama pada kelinci ( rabbit) di
Brazil yang mula-mula juga dikiranya Leishmania, tetapi tidak diberinya nama.
Selama 30 tahun berikutnya, organisme mirip Toxoplasma gondii dapat
diisolasi dari berbagai hospes, terutama spesies unggas yang untuk pertama
kali dapat diisolasi dalam keadaan hidup oleh Sabin dan Olitsky (1937) dan
dapat dibuktikan identik dengan isolat Toxoplasma gondii pada manusia.
23
Dalam waktu 50 tahun berikutnya, imunitas protektif terhadap
Toxoplasma yang diteliti ternyata sebagian besar dirangsang oleh sel-sel
imun limfoid.
MeskipunToxoplasma gondii tersebar luas di seluruh dunia dan
menginfeksi berbagai jenis hospes, hanya ada satu spesies saja yang ada.
Infeksi Toxoplasma gondii pada berbagai jenis hewan ternyata
menunjukkan gejala-gejala klinis pada masing-masing hospes yang
berbeda-beda, bahkan sebagian besar tidak menunjukkan gejala
(asimtomatik). Hal tersebut belum dapat dijelaskan mekanismenya.
Karena itu antara tahun 1980 dan 1990 berbagai penelitian genetik
dilakukan dan dikembangkan untuk menentukan perbedaan genetik
berbagai isolat Toxoplasma gondii dari manusia maupun hewan yang
berasal dari berbagai daerah geografis yang berbeda. Salah satu
penelitian oleh Dubey dan kawan-kawan pada tahun 2002 menunjukkan
bahwa suatu isolat Toxoplasma gondii yang asimtomatik pada ayam di
Brazil ternyata bersifat virulen terhadap tikus.
24
MORFOLOGI PARASIT DAN SIKLUS HIDUP
Takizoit
Takizoit yang berbentuk bulan sabit adalah stadium yang ditemukan
pertama kali pada binatang gundi oleh Nicolle dan Manceaux pada tahun
1909. Stadium ini juga disebut sebagai trofozoit (trophozoite), bentuk
proliferatif, atau bentuk endozoit (endozoite). Melalui proses yang disebut
endodyogeny stadium parasit ini membelah diri dari satu menjadi dua takizoit.
25
Gambar 5 . J.P.Dubey meneliti Toxoplasma gondii
(http://www.ars.usda.gov/is/)
26
pada parasit Coccidia lainnya. Morfologi bentuk ini berbeda morfologinya dari
bentuk takizoit dan bradizoit yang juga terbentuk di dalam usus kucing. Tiga
hari sesudah infeksi terjadi perbanyakan diri Toxoplasma gondii secara cepat,
sedangkan seluruh siklus parasit telah lengkap dalam waktu 66 jam sesudah
kucing termakan kista jaringan.
PENULARAN TOXOPLASMA
Penularan kongenital
Ketika sedang meneliti seorang bayi yang menderita hidrosefalus,
epilepsi, dan anomali mata, Janku pada tahun 1923 menemukan kista parasit
di dalam retina penderita yang ternyata kemudian adalah kista Toxoplasma
gondii. Siklus hidup Toxoplasma gondii diketahui mekanismenya sejak tahun
1970. Infeksi kongenital Toxoplasma gondii pada bayi manusia mula-mula
dijelaskan oleh Wolf, Cowen, dan Page pada tahun 1939. Sesudah itu
toksoplasmosis kongenital juga dilaporkan terjadi pada berbagai spesies
hewan, terutama domba, kambing, dan rodensia. Pada beberapa galur mencit
yang diinfeksi dengan Toxoplasma gondii, toksoplasmosis kongenital dapat
berlangsung berulang-ulang, sampai 10 generasi.
Penelitian-penelitian selanjutnya membuktikan bahwa Toxoplasma gondii
merupakan penyebab penting ensefalitis pada bayi dan dapat ditularkan
secara kongenital (Kook dkk., 1999).
Karnivorisme
Hewan-hewan pemakan daging ( karnivora) lebih sering mengalami
infeksi dengan Toxoplasma dibanding hewan pemakan tanaman (herbivora).
Juga prevalensi toksoplasmosis jauh lebih sering terjadi pada domba
dibandingkan dengan prevalensinya pada kuda dan sapi. Penelitian-penelitian
epidemiologi menunjukkan bahwa toksoplasmosis lebih banyak dilaporkan
dari daerah-daerah yang penduduknya biasa makan daging mentah
(Desmond dkk.,1965). Kean, Kimball, dan Christenson (1969) yang
melakukan penelitian pada kelompok mahasiswa kedokteran yang diberi
27
hamburger yang dimasak kurang matang menunjukkan kejadian
toksoplasmosis yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa
yang mengkonsumsi hamburger yang dimasak matang. Hal ini menunjukkan
bahwa karnivorisme mempunyai peran penting dalam penularan
toksoplasmosis.
Penularan fecal-oral
Penularan toksoplasmosis secara kongenital dan karnivorisme dapat
dijelaskan sebagai cara penularan penyakit ini, tetapi tidak bisa menjelaskan
bagaimana penularan toksoplasmosis pada vegetarian dan herbivora yang
tidak makan daging. Hutchison, seorang biologis dari Universitas Strathclyde
di Glasgow, adalah penemu pertama bahwa infektivitas Toxoplasma gondii
ada hubungannya dengan tinja kucing. Pada percobaan awalnya, Hutchinson
memberi makan kucing yang terinfeksi cacing Toxocara cati dengan kista
Toxoplasma gondii, lalu mengumpulkan tinja kucing yang mengandung telur
cacing tersebut. Tinja kucing yang diapungkan pada larutan seng sulfat 33%
dan disimpan dalam air kran selama 12 bulan ternyata dapat menyebabkan
terjadinya toksoplasmosis pada kucing lain. Hal ini merupakan penemuan
baru, karena bentuk takizoit dan bradizoit Toxoplasmosis gondii (dua bentuk
yang dikenal pada waktu itu) akan mati jika disimpan di dalam air.
Pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan terhadap tinja kucing hanya
menemukan telur cacing Toxocara cati dan ookista dari Isospora. Ia
mengulangi percobaannya dengan dua kucing yang terinfeksi T.cati dan dua
kucing yang tidak diinfeksi dengan T.cati. Toxoplasma gondii ternyata hanya
ditularkan oleh kucing yang terinfeksi T.cati. Karena itu Hutchinson menduga
bahwa T.gondii hanya dapat ditularkan melalui perantaraan telur cacing
nematoda.
Teori ini kemudian terbantah, ketika penelitian-penelitian oleh Sheffield
dan Melton (1969) dan Frenkel, Dubey dan Miller (1969) menunjukkan bahwa
infeksi T.gondii tidak ada kaitannya dengan adanya telur T.cati. Toxoplasma
gondii yang infektif juga ditemukan pada tinja kucing yang tidak terinfeksi
T.cati yang diberi makan Toxoplasma gondii.
28
Gambar 6. Toxocara cati
URL: http://generalhealth.blog.com)
29
Tabel 2. Sejarah Penelitian Penularan Toxoplasma gondii
Toksoplasmosis Kongenital
Penularan Fecaloral
Dikenal adanya hospes definitif dan Frenkel et al. (1970), Miller et al.
hospes perantara Toxoplasma. (1972), Jewell et al. (1972)
Ookista hanya dikeluarkan oleh
golongan kucing.
30
karnivorisme pada kucing dan termakannya ookista secara fecal-oral yang
terjadi pada hospes lainnya. Babi dan mencit dan mungkin juga manusia
dapat terinfeksi hanya termakan hanya satu ookista, sedangkan kucing baru
terinfeksi jika termakan lebih dari 100 ookista. Kucing yang terinfeksi hanya
satu bradizoit, dapat menghasilkan berjuta-juta ookista, tetapi dengan
termakan per oral 100 bradizoit, belum tentu kucing terinfeksi parasit ini
(Dubey dkk.1996, Dubey 2001, 2006).
Penelitian-penelitian tentang parasit ini lebih berkembang luas di
seluruh dunia, sesudah dapat dibuktikan melalui pemeriksaan serologi yang
lebih maju, bahwa Toxoplasmosis gondii merupakan parasit zoonosis yang
dapat ditularkan dari berbagai jenis hewan ke manusia.
Toksoplasmosis dapatan
Pada tahun 1941 Sabin melaporkan kejadian toksoplasmosis yang
diderita oleh seorang anak laki-laki berumur 6 tahun dari Cincinnati,USA. Anak
31
yang tidak menunjukkan keluhan dan gejala klinis apapun terkena pukulan
tongkat basebal. Dua hari kemudian ia menderita sakit kepala dan kejang-
kejang sehari kemudian. Pada hari ke tujuh ia dibawa ke rumah sakit tanpa
gejala klinik yang jelas, tanpa kelainan apaun kecuali adanya pembesaran
kelenjar limfe (limfadenopati) dan pembesaran limpa. Sesudah itu ia
menunjukkan gejala-gejala neurologis dan akhirnya meninggal dunia pada
hari ke-30 sejak sakitnya. Pemeriksaan histopatologis dan bioassay juga
dilakukan pada jaringan otak dan sumsum tulang belakang. Karena adanya
dugaan infeksi virus polio, dilakukan inokulasi jaringan homogen korteks
serebral pada mencit. Dari inokulasi mencit dapat diisolasi Toxoplasma gondii
yang kemudian diberi nama sebagai isolat galur/strain RH, yang diambil dari
singkatan nama anak yang yang meninggal dunia tersebut. Kemungkinan
besar bahwa anak tersebut menderita toksoplasmosis dapatan yang baru
dialami, yang tidak ada hubungannya dengan trauma kepala yang
dideritanya.
Kasus ini merupakan sejarah toksoplasmosis yang sangat menarik,
karena Toxoplasma gondii strain RH yang diisolasi dari anak tersebut
kemudian dibiakkan berulang-ulang pada mencit di berbagai laboratorium di
seluruh dunia. Sesudah melalui biak ulang yang panjang, keganasan strain
parasit pada mencit telah menjadi tetap (stabil) dan kemampuan untuk
menghasilkan ookista pada kucing akhirnya hilang (Dubey, 1977; Frenkel,
Dubey, dan Hoff, 1976).
Pada tahun 1940, Pinkerton dan Weinman menemukan Toxoplasma
gondii di dalam jantung, limpa, dan jaringan lainnya berasal dari seorang
penderita berumur 22 tahun yang meninggal dunia pada tahun 1937 di Lima,
Peru. Pinkerton dan Henderson pada tahun 1941 dapat mengisolasi
Toxoplasma gondii dari darah dan jaringan berasal dari dua orang berumur
50 dan 43 tahun yang meninggal dunia di St.Louis,USA. Siim pada tahun 1958
menekankan kenyataan bahwa limfadenopati adalah satu gejala yang paling
sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan pada orang dewasa. Pernyataan
ini diperkuat oleh penelitian Beverley dan Beattie pada tahun 1958 atas 30
orang penderita toksoplasmosis yang ditelitinya dan dari laporan pada waktu
32
terjadi kejadian luar biasa (KLB) toksoplasmosis akut di USA (Teutsch
dkk.1979), di Canada (Bowie dkk.1997) dan di Brazil (de Moura dkk.2006).
Toksoplasmosis mata
Sebelum tahun 1950, hampir semua kasus toksoplasmosis mata
dikaitkan dan diakibatkan oleh penularan kongenital (Holland,2003). Dari
penderita dengan toksoplasmosis dapatan posnatal yang sebelumnya tidak
menunjukkan adanya jaringan parut retinokoidal, 7 tahun sesudahnya 8,3%
menunjukkan trjadinya lesi retina (Holland, 2003). Pada KLB toksoplasmosis
di Canada tahun 1995 yang diduga terjadi akibat pencemaran air, 20 dari 95
penderita toksoplasmosis akut menderita toksoplasmosis mata (Burnett
dkk.1998).
33
Sebelum terjadi epidemi AIDS pada orang dewasa tahun 1980an,
toksoplasmosis saraf pada orang dewasa jarang dilaporkan, dan umumnya
hanya terbatas pada penderita-penderita kanker yang mendapatkan
pengobatan kemoterapi atau penderita-penderita yang sedang mendapatkan
transplantasi jaringan. Pada tahun 1983 Luft dkk. melaporkan bahwa
ensefalitis yang dipicu toksoplasmosis akut, akan bersifat fatal jika tidak
diobati. Hampir semua kasus toksoplasmosis akut yang terjadi akibat
reaktivasi toksoplasmosis kronis dipicu oleh adanya hambatan imunitas
intravaskuler akibat infeksi AIDS. Banyak penderita-penderita ini pada
awalnya diduga menderita limfoma.
34
gangguan koordinasi, sangat peka terhadap sentuhan, berubah perilakunya,
gangguan mengunyah dan menelan makanan, kejang-kejang, kencing dan
beraknya tidak terkendali.
Sebagian besar toksoplasmosis pada kucing dapat disembuhkan
menggunakan antibiotika klindamisin. Obat lain yang dapat digunakan adalah
pirimetamin dan sulfadiazin yang dapat menghambat reproduksi Toxoplasma
gondii. Pengobatan harus diberikan sedini mungkin, dan tetap diberikan
selama beberapa hari sesudah gejala klinis menghilang. Pada infeksi akut
pengobatan dimulai sejak titer antibodi yang tinggi diketahui pada uji serologi
yang pertama kali dilakukan.
35
mamalia perairan yang disebabkan akibat toksoplasmosis dapat ditemukan di
kepustakaan.
DIAGNOSIS TOKSOPLASMOSIS
Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan serologi merupakan pemeriksaan yang paling sering
dilakukan untuk mendiagnosis toksoplasmosis.
36
Antibodi IgM. Remington dkk. (1968) untuk pertama kali memanfaatkan
penemuan antibodi IgM di dalam darah talipusat atau serum janin untuk
menentukan diagnosis toksoplasmosis kongenital, karena antibodi IgM tidak
dapat menembus plasenta, sedangkan antibodi IgG dapat menembusnya.
Sesudah itu Remington (1969) menemukan modifikasi Uji Antibodi Fluoresen
Tidak Langsung (Indirect Fluorescent Antibody Test) dan ELISA untuk
mendeteksi IgM di dalam darah talipusat (Naot dan Remington, 1980).
Desmont, Naot dan Remington (1981) mengembangkan modifikasi kombinasi
IgM-ELISA dengan uji aglutinasi (IgM-ISAGA) untuk mengeliminasi keharusan
pemakaian konjugat enzim. IgM ternyata terbukti mempunyai kegunaan pada
program penentuan diagnosis toksoplasmosis (Remington dkk.2006).
Pemeriksaan DNA
Penggunaan DNA untuk mendeteksi Toxoplasma gondii dari takizoit
tunggal menggunakan gen B1 pada polymerase chain reaction (PCR) pertama
kali dilaporkan oleh Burg dkk. (1989). Uji PCR kemudian dikembangkan
menggunakan berbagai gen target yang berbeda dan terbukti sangat berguna
untuk mendiagnosis toksoplasmosis klinis.
37
Tabel 4 . Sejarah Diagnosis Toksoplasmosis
PENGOBATAN TOKSOPLASMOSIS
38
Tabel 5 . Sejarah Penemuan Obat Anti-Toxoplasma
39
Pada pemantauan selama 15 tahun penelitian menunjukkan bahwa:
Vaksinasi
Tujuan vaksinasi selain untuk menghambat pembiakan parasit di
dalam sel (pembentukan takizoit) dan penyebarannya, juga untuk mencegah
40
pembentuan kista parasit (bradizoit). Hal ini sangat penting untuk
memberikan perlindungan imunitas pada ibu hamil dan mencegah
penyebaran parasit untuk mencegah penularan pada janin agar tidak terjadi
toksoplasmosis kongenital. Pada waktu ini belum ada obat yang dapat
membunuh Toxoplasma gondii yang terdapat dalam bentuk kista jaringan
sehingga dapat menyembuhkan infeksi parasit ini. Vaksinasi yang dilakukan
terhadap domba menggunakan kista hidup strain Toxoplasma gondii yang
tidak ganas dapat mengurangi kematian janin dan secara komersial vaksin ini
sudah diperdagangkan (Wilkins dan OConnel, 1983).
Penggunaan vaksin hidup belum memungkinkan diproduksi karena
belum aman untuk digunakan dan banyak menimbulkan efek samping,
pendek waktu efektivitasnya dan belum dapat diproduksi dalam jumlah besar
karena membutuhkan dana besar. Karena itu sampai sekarang vaksin untuk
mencegah toksoplasmosis pada manusia belum tersedia di pasaran.
41
BAB 3
BIOLOGI
TOXOPLASMA
STADIUM TOXOPLASMA
SIKLUS HIDUP
PATOFISIOLOGI
VIRULENSI PARASIT
42
Kelas Toxoplasmida yang termasuk subfilum Sporozoa terdiri dari tiga
keluarga (famili) yang memiliki kekerabatan yang berdekatan, yaitu
Toxoplasmidae, Besnoitiidae, dan Sarcocystidae. Masing-masing keluarga
memiliki satu genus, begitu juga halnya dengan famili Toxoplasmidae yang
hanya mempunyai satu genus, yaitu genus Toxoplasma.
Kingdom : Protista
Phylum : Apicomplexa
Class : Toxoplasmida
Subclass : Coccidiasina
Order : Eucoccidiorida
Family : Toxoplasmidae
Genus : Toxoplasma
43
Genus Toxoplasma tersebar luas di seluruh dunia (kosmopolit) dan
banyak menginfeksi berbagai mamalia berdarah panas, termasuk manusia,
sapi, domba, babi, anjing, serigala, kucing, dan rodensia. Parasit ini juga
ditemukan pada unggas dan reptil. Sarcocystis yang termasuk keluarga
Sarcocystidae dan juga banyak tersebar luas di dunia jarang ditemukan pada
manusia, tetapi dapat ditemukan pada primata terutama kera, sapi, domba,
kambing, babi, kuda, rodensia, unggas terutama bebek liar, reptil, dan ikan.
Infeksi lebih jarang ditemukan pada sapi dibandingkan pada babi dan domba.
Sarcocystis sangat jarang ditemukan pada karnivora.
Toxoplasma boleh dikatakan tidak mempunyai hospes khusus,
meskipun dengan melalui berkali-kali subkultur (passage) suatu strain
Toxoplasma dapat beradaptasi dari satu hewan ke hewan lainnya. Strain-
strain Toxoplasma cepat berubah sifatnya jika dilakukan subkultur di
laboratorium.
Semua parasit anggota kelas Toxoplasmida hidup intraseluler obligat di
dalam inti sel, meskipun parasit ini dapat juga ditemukan dalam waktu yang
tidak lama di dalam sirkulasi darah dan limfe dalam bentuk zoit. Toxoplasma
hidup di dalam semua jenis sel berinti, tetapi terutama ditemukan di dalam
sel-sel retikuloendotel, otot dan sistem saraf pusat dan cabang-cabangnya,
terutama di retina.
STADIUM TOXOPLASMA
44
mengandung 4 sporozoit. Hanya kucing yang mengeluarkan ookista
Toxoplasma bersama tinjanya.
45
Gambar 8. Takizoit Toxoplasma gondii di dalam makrofag peritoneum
dari limbah peritoneum (URL: http://cal.vet.upenn.edu)
Gambar
9.
Takizoit
46
Gambar 10. Bradizoit di dalam kista jaringan
(Sumber: Lindsay, Auburn University ; Mc Gill , 2008 )
.
SIKLUS HIDUP
Kucing dapat mengalami infeksi karena termakan ookista yang
47
terdapat di dalam tinja kucing yang menderita toksoplasmosis, atau karena
termakan kista jaringan Toxoplasma yang terdapat di dalam daging mangsa
yang dimakannya, misalnya tikus atau burung. Enzim pencernaan akan
melepaskan organisme yang kemudian menjadi bentuk zigot (zygote) yang
kemudian membentuk dinding atau kapsul sehingga merupakan ookista
(yang belum infektif), yang akan keluar bersama tinja kucing. Selama infeksi
primer berlangsung selama beberapa minggu, kucing dalam waktu sehari
dapat menghasilkan berjuta-juta ookista. Dalam waktu 21 hari sesudah
dikeluarkan bersama tinja kucing, ookista akan berkembang menjadi bentuk
ookista yang infektif. Bentuk kista infektif mampu bertahan hidup di
lingkungan yang panas dan lembab, selama lebih dari satu tahun.
Toxoplasma gondii juga mempunyai dua siklus hidup yang berbeda,
yaitu siklus seksual ( sexual cycle) yang berlangsung di dalam tubuh kucing,
dan siklus aseksual (asexual cycle) yang berlangsung di dalam tubuh mamalia
lainnya, termasuk manusia, dan beberapa jenis spesies burung.
Kucing merupakan satu-satunya spesies hewan yang mengeluarkan
bentuk parasit yang dapat berkembang menjadi bentuk infektif Toxoplasma
gondii bersama tinjanya. Hampir semua jenis mamalia dan burung dapat
menjadi hospes Toxoplasma , dan dapat berkembang biak jika daging yang
infektif hewan-hewan tersebut dikonsumsi. Kucing akan terinfeksi parasit
karena binatang ini makan berjenis-jenis sumber infeksi, yaitu tikus dan
rodensia lainnya, daging mentah, lipas (kecoa) dan lalat yang terpapar
parasit, atau jika kucing terpapar atau mengalami kontak dengan kucing yang
sakit, terpapar tinja kucing yang infektif, atau terpapar tanah yang tercemar
ookista. Takizoit yang merupakan bentuk kedua dari Toxoplasma gondii yang
aktif memperbanyak diri dan dapat ditemukan di setiap organ pada tahap
infeksi akut toksoplasmosis. Takizoit biasanya menginvasi otak, otot-otot
rangka, dan otot jantung. Infeksi tetap akan berlangsung sampai sel atau
jaringan mengalami kematian atau akan berkembang menjadi bentuk kista.
Bradizoit yang merupakan bentuk ketiga Toxoplasma gondii, dalam
waktu tujuh hari sesudah infeksi akan membentuk kista jaringan dan dapat
tetap bertahan hidup sampai batas umur hospes. Bentuk kista jaringan akan
48
dapat ditemukan pada stadium kronis atau pada stadium laten infeksi.
Penyebaran toksoplasmosis akan terjadi jika jaringan dimakan oleh karnivora.
Sesudah dicerna oleh enzim usus, parasit akan memasuki usus, lalu menyebar
ke seluruh bagian tubuh melalui sirkulasi darah dan limfe.
Hospes definitif Toxoplasma gondii hanyalah famili Felidae (keluarga
kucing). Kista tak berspora dalam jumlah besar dikeluarkan bersama tinja
kucing selama 1-2 minggu. Dalam waktu 1-5 hari di lingkungan di luar tubuh
kucing, ookista akan membentuk spora dan menjadi infektif.
Di alam, berbagai hospes misalnya unggas dan tikus yang bertindak
sebagai hospes perantara (intermediate host) akan terinfeksi jika termakan
ookista yang terdapat di dalam tanah, air atau tanaman yang tercemar.
Segera sesudah tertelan hospes perantara, ookista akan berkembang menjadi
takizoit (tachyzoite). Takizoit yang terdapat di jaringan otot dan saraf lalu
berkembang menjadi bradizoit dalam kista jaringan (tissue cyst bradyzoite).
49
Gambar 13. Bagan Siklus Hidup Toxoplasma gondii
PATOFISIOLOGI
50
tanah. Sesudah tertelan, bradizoit akan terlepas dari kista atau sporozoit
keluar dari dalam ookista, lalu organisme ini akan memasuki sel-sel
gastrointestinal. Reseptor sel hospes yang terdiri dari laminin, lektin, dan
SAG1 berperan pada pelekatan dan masuknya takizoit Toxoplasma gondii.
Kemudian takizoit berkembang dengan membelah diri, menimbulkan
pecahnya sel-sel, lalu menginfeksi sel-sel didekatnya. Dengan perantaraan
aliran limfe takizoit disebarkan bersama aliran darah ke berbagai jaringan.
Dengan membentuk vakuol parasitoforus Toxoplasma gondii secara aktif
dapat menembus sel hospes dengan cepat, lebih cepat dari pada fagositosis.
Selama proses invasi oleh Toxoplasma, sel hospes bersifat pasif dan tidak
terjadi perubahan baik berupa pengerutan membran, actin cytoskeleton, atau
fosforilasi sel protein hospes.
51
terjadinya toksoplasmosis yang berat pada janin. Jika ibu terinfeksi
toksoplasmosis pada trimester ketiga tanpa diobati, risiko janin yang tertular
infeksi meningkat menjadi sebesar 59-65%, tetapi hanya menimbulkan sedikit
kelainan yang tidak jelas pada waktu bayi dilahirkan.
Manifestasi klinis toksoplasmosis yang paling sering terjadi pada janin
adalah ensefalomielitis, yang berat akibatnya. Sekitar 10% infeksi prenatal
Toxoplasma gondii menyebabkan terjadinya abortus atau kematian janin.
Sekitar 67-80% infeksi prenatal tidak menunjukkan gejala (subklinis), dan
hanya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan serologi atau pemeriksaan
laboratorium lainnya. Meskipun bayi yang baru dilahirkan tampak sehat,
gejala-gejala klinis atau kelainan lainnya dapat terjadi dan baru terlihat
beberapa tahun kemudian.
Bayi-bayi yang menderita infeksi kongenital yang lebih berat dapat
mengalami anergi limfosit spesifik-antigen yang dapat mempengaruhi
patogenesis penyakitnya. Imunoglobulin M (IgM) dapat meningkat pada bayi
yang menderita toksoplasmosis kongenital. Bayi juga dapat menunjukkan
glomerulonefritis dengan endapan IgM, fibrinogen dan antigen Toxoplasma.
Imun kompleks pada sirkulasi dapat ditemukan pada bayi yang
menderita toksoplasmosis kongenital dan pada anak yang lebih besar yang
menunjukkan gejala toksoplasmosis sistemik berupa demam dan
limfadenopati. Penderita dengan penyebaran toksoplasmosis ( disseminated
toxoplasmosis) akan menunjukkan penurunan yang nyata jumlah sel-T.
Hilangnya perangsang pada pembentukan limfosit-T pada penderita dengan
AIDS dapat menjadi penyebab terjadinya manifestasi dan gejala klinis berat
toksoplasmosis pada penderita ini.
VIRULENSI PARASIT
52
secara kuantitatif dengan sejumlah kelompok hewan coba yang dinokulasi
dengan parasit. Sesudah melewati waktu yang tertentu, jumlah parasit yang
mati dapat dihitung dengan tepat. Virulensi strain dapat ditentukan dengan
menghitung jumlah mencit yang mati pada penggunaan titer tertentu parasit
yang diinokulasikan dan lamanya waktu mencit yang dapat bertahan hidup.
Strain yang virulen terhadap mencit laboratorium biasanya juga virulen
terhadap hewan coba lainnya, misalnya marmot, kelinci dan burung merpati.
Strain Toxoplasma yang virulen, misalnya strain RH yang dapat membunuh
mencit dalam waktu beberapa hari dapat segera membunuh hewan coba
lainnya, tergantung pada dosis inokulum yang digunakan. Sedangkan
terhadap strain Beverley yang rendah virulensinya, hewan-hewan coba
tersebut masih dapat bertahan hidup meskipun digunakan dosis inokulum
yang lebih tinggi.
53
keluhan toksoplasmosis yang jelas. Manifestasi klinis toksoplasmosis yang
berat pada manusia tampak pada janin yang terinfeksi secara kongenital,
karena janin mengalami imunodefisiensi dibanding imunitas pada orang
dewasa, atau karena parasit telah melewati dua tahap pasase, yaitu sesudah
melewati jaringan ibu dan kemudian melewati jaringan janin.
54
BAB 4
EPIDEMIOLOGI
PREVALENSI TOKSOPLASMOSIS
PENULARAN TOKSOPLASMOSIS
TOKSOPLASMOSIS PADA PEREMPUAN
TOKSOPLASMOSIS KONGENITAL
TOKSOPLASMOSIS DAN HIV/AIDS
DIAGNOSIS TOKSOPLASMOSIS
KEADAAN KHUSUS
55
Toxoplasma gondii adalah parasit zoonosis yang luas sebarannya di
seluruh dunia, dan merupakan protozoa yang fakultatif heteroxenous dan
polyxenous, yang memiliki berbagai jenis spesies hospes yang berbeda-beda,
yang dapat menular melalui berbagai cara infeksi. Berbagai jenis hewan
mamalia dan burung bertindak sebagai sumber penularan, karena di dalam
organ-organ dan jaringan tubuhnya dapat mengandung bentuk bradizoit atau
bentuk kista yang dapat ditularkan ke manusia atau predator yang
memakannya.
PREVALENSI TOKSOPLASMOSIS
56
menunjukkan prevalensi toksoplasmosis sebesar 21,5% sedangkan yang
mengalami kelahiran mati bayi menunjukkan prevalensi sebesar 22,8%.
Penelitian tahun 1994 di Mataram, Lombok, Indonesia pada
perempuan hamil menunjukkan persentase antibodi anti-toksoplasma IgG
yang positif sebesar 38,3% pada ibu yang mengalami abortus 50%, pada ibu
yang melahirkan bayi meninggal ( still birth) 65,5% dan pada anak dengan
kelainan kongenital sebesar 40,2%.
Data-data global menunjukkan bahwa sepertiga penduduk dunia
terinfeksi toksoplasmosis, dengan sebaran yang berkisar antara 0% (di Alaska
Utara) sampai 94% di Costa Rica dan Guatemala (Garcia dkk.2004). Di USA
dan Inggris prevalensi toksoplasmosis berkisar antara 16-40% dengan jumlah
orang yang terinfeksi Toxoplasma gondii di USA baik yang dengan atau tanpa
gejala diprakirakan berjumlah 60 juta orang (CDC Fact Sheet, 2004).
Di banyak negara, misalnya di El Salvador dan Perancis, angka
seropositif terhadap Toxoplasma gondii pada orang yang berusia di atas 40
tahun adalah sebesar 75%. Sekitar 90% orang dewasa di Paris adalah
seropositif terhadap Toxoplasma gondii, sedangkan di Jerman 50% penduduk
dewasa menderita infeksi toksoplasmosis. Di USA, survai serologi oleh CDC
(Centers for Disease Control and Prevention) menunjukkan bahwa antara
tahun 1999 dan 2004 seroprevalensi toksoplasmosis di Amerika Serikat adalah
sebesar 10,8%, dengan seroprevalensi pada perempuan usia subur (berumur
antara 15 sampai 44 tahun) adalah sebesar 11%.
Di banyak negara-negara di Eropa Barat, Afrika, dan Amerika Selatan
dan Amerika Tengah, lebih dari 50% perempuan berusia subur ( childbearing
age) menunjukkan seropositif terhadap Toksoplasma gondii. Berdasar
penelitian serologi yang terbaru, diprakirakan insidens infeksi primer
Toxoplasma gondii pada perempuan hamil di Eropa, Asia, Australia, dan
Amerika berkisar antara 1 sampai 310 per 10.000 kehamilan. Di wilayah-
wilayah tersebut, insidens infeksi Toxoplasma gondii prenatal berkisar antara
1 sampai 120 per 10.000 kelahiran.
Pada individu dengan HIV, angka seropositif Toxoplasma gondii
berkisar antara 50- 78 % di daerah-daerah tertentu di Eropa Barat dan Afrika,
57
sedangkan di USA berkisar antara 10-45%. Toksoplasmosis ensefalitis diderita
oleh sekitar 16% penderita AIDS. Autopsi atas penderita AIDS di Perancis
menunjukkan bahwa 37% diantaranya ternyata menderita toksoplasmosis
ensefalitis, sedangkan di propinsi-propinsi Cina angka tersebut berkisar antara
0.3- 11.8%. Di USA toksoplasmosis ensefalitis diderita oleh 1-5% penderita
dengan AIDS.
Penularan toksoplasmosis dapat terjadi secara vertikal atau horisontal.
Penularan vertikal terjadi pada toksoplasmosis kongenital, dimana parasit
ditularkan dari ibu yang sedang hamil ke janin yang dikandungnya melalui
plasenta (transplasental).
Penelitian Kean dan Fuchs melaporkan dua studi prospektif pada tahun
1970an tentang toksoplasmosis kongenital menunjukkan bahwa 7 per 10.000
bayi yang dilahirkan hidup di New York dan 13 per 10.000 di Alabama
menunjukkan telah terinfeksi toksoplasmosis. Penelitian antara tahun 1986-
1992 oleh the New England Regional Newborn Screening Program
menunjukkan penurunan angka infeksi toksoplasmosis menjadi 1 per 10.000
(CDC,2000). Menurut CDC dari 750 kematian oleh toksoplasmosis, 50%
diantaranya disebabkan oleh infeksi yang terjadi akibat makan daging yang
tercemar parasit ini, sehingga toksoplasmosis termasuk penyebab kematian
ketiga dari kematian yang ditularkan melalui makanan ( food borne deaths).
Gambar 14.
Angka
kematian
akibat
foodborne
disease di USA
Sumber:
(CDC,National
Center for
Infectious
Diseases,1999)
58
Bliss (2002) melalui Agricultural Research Service melaporkan bahwa
kerugian ekonomi akibat toksoplasmosis di USA berkisar antara $ 3.3- $ 7.8
miliard per tahunnya, akibat penyakit akut maupun komplikasinya. Sekitar
225.000 penderita toksoplasmosis dilaporkan setiap tahunnya di USA, 5000
orang diantaranya harus rawat inap dan 750 penderita meninggal dunia. Di
negeri ini Toxoplasma gondii merupakan penyebab kematian terbesar ketiga
yang terjadi oleh penyakit yang ditularkan melalui makanan ( foodborne
disease).
PENULARAN TOKSOPLASMOSIS
59
Gambar 15. Infeksi toksoplasmosis pada manusia (Sumber: CDC)
60
Penelitian obstetrik dan pediatrik yang dilakukan antara tahun 1987
sampai tahun 1995 terhadap 603 perempuan yang menderita toxoplasmosis
maternal di Lyon, Perancis, dengan sejumlah 564 perempuan telah
mendapatkan pengobatan antiparasit sesuai tatalaksana standard yang
berlaku. Status infeksi kongenital ditetapkan pada 554 kasus, dan anak-anak
yang terinfeksi diikuti perkembangannya selama 54 bulan. Secara
keseluruhan, maternal-fetal transmission rate adalah sebesar 29%. Pada
umumnya janin yang terinfeksi pada awal masa kehamilan lebih sering
menunjukkan gejala klinik infeksi yang berisiko kemudian diikuti dengan
terjadinya komplikasi jangka panjang.
Penelitian seroprevalensi di Thailand Selatan atas 640 perempuan
hamil pada tahun 2011 menunjukkan seroprevalensi toxoplasmosis sebesar
28.3%. Analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
berhubungan dengan seroprevalensi Toxoplasma adalah meningkatnya umur,
tinggginya paritas atau angka melahirkan, seringnya kontak dengan kucing,
dan minum air yang tidak bersih.
Pada penelitian serologi menggunakan ELISA atas 204 perempuan
hamil di Hebron, Palestina, untuk menentukan antibodi IgG dan IgM terhadap
Toxoplasma gondii menunjukkan seroprevalensi IgG sebesar 27.9% (sebesar
36.8% di daerah pedesaan dan 21.4% di daerah perkotaan). Kemungkinan
infeksi terjadi melalui tanah yang tercemar, air minum yang berasal dari air
hujan, dan makan sayuran mentah. Makan daging kurang masak atau
terjadinya kontak dengan kucing bukan penyebab yang penting dalam
penularan toxoplasmosis di daerah ini. Kejadian abortus sebesar 37.3% tidak
ada kaitannya dengan infeksi toxoplasmosis yang dialami oleh penderita.
TOKSOPLASMOSIS KONGENITAL
61
pada tikus, mencit, kelinci (guines pig), dan hamster meskipun tidak terjadi
reinfeksi dari luar.
Pada penelitian toksoplasmosis kongenital di Jakarta tahun 1991
hasilnya menunjukkan bahwa pada orang dewasa dan anak yang menderita
korioretinitis dengan seropositif terhadap Toxoplasma gondii adalah sebesar
60% dan kelainan mata lainnya sebesar 17%. Prevalensi toksoplasmosis pada
anak dengan hidrosefalus sebesar 10,6% , pada kemunduran mental (mental
retardation) sebesar 44,6% dan pada kelainan mata pada anak sebesar
44,6%. Pada anak dengan kelainan sistemik lainnya prevalensi
toksoplasmosis adalah sebesar 9,5%.
Frekwensi terjadinya toxoplasmosis postnatal yang didapat karena
makan daging mentah atau makan makanan yang tercemar ookista yang
ada di dalam tinja kucing tidak diketahui karena sulit untuk menelitinya.
Dengan kedua cara infeksi tersebut toxoplasmosis secara klinis dapat terjadi.
Infeksi Toxoplasmosis gondii umumnya terjadi sesudah mengkonsumsi daging
hewan-hewan yang biasa dimakan, misalnya domba, kambing, babi, dan
kelinci (rabbits). Infeksi toksoplasmosis sesudah makan daging sapi lebih
jarang terjadi dibanding dengan makan daging kambing, domba atau daging
babi. Ookista tidak hanya berasal dari kucing domestik, tetapi juga dari
berbagai jenis kucing hutan dan kucing liar lainnya. Meskipun demikian,
kucing rumah merupakan sumber utama ookista Toxoplasma gondii. Infeksi
alami dapat tersebar luas karena sesudah termakan sekerat daging atau
jaringan yang mengandung sedikit kista parasit, seekor kucing dapat
mengeluarkan bersama tinjanya berjuta-juta ookista Toxoplasma gondii yang
dapat berkembang menjadi infektif sesudah berada di luar tubuh kucing.
Ookista tahan dan resisten terhadap kondisi lingkungan yang umum,
dan dalam lingkungan yang lembab ookista dapat tetap bertahan hidup
selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Hewan-hewan invertebrata,
misalnya lalat, lipas (kecoa), dan cacing tanah dapat menyebarkan secara
mekanik ookista Toxoplasma gondii.
Sumber data yang realistik tentang insidens toxoplasmosis di
masyarakat adalah dengan melakukan serosurvey (pemantauan serologik)
62
untuk menentukan persentase penduduk yang memiliki antibodi IgG spesifik
yang meningkat titernya. Epidemi toxoplasmosis yang menyebabkan
terjadinya infeksi akut toxoplasmosis yang disebarkan melalui air dilaporkan
oleh Moura, dkk. (2002) dari sebuah kota kecil di Brazil. Toxoplasma gondii
dapat diisolir dari sumber air kota dan dari tangki-tangki air di rumah-rumah
penduduk. Delapan persen penderita mengalami toxoplasmosis mata. Dari
tujuh ibu hamil yang menderita toxoplasmosis seorang mengalami keguguran
dan lima orang anak yang dilahirkan ternyata seropositif terhadap
Toxoplasma gondii. Sumber penularan infeksi diduga seekor kucing yang
melahirkan anak-anak kucing yang seropositif yang merupakan sumber utama
penularan pada epidemi tersebut. Pada tahun 1992, 20 orang penduduk Brazil
jatuh sakit sesudah makan daging domba, sedangkan di British Columbia
tahun 1995 terjadi epidemi yang menyebabkan 35 orang jatuh sakit sesudah
makan makanan yang tercemar.
Pada tahun yang sama 12 orang di Australia dilaporkan jatuh sakit
sesudah makan daging kanguru yang kurang masak. Epidemi pada hewan
dilaporkan dari Australia pada tahun 2004 yang menyerang 50% dari populasi
domba. Epidemi pada populasi domba pada tahun 2005 yang juga terjadi di
Australia dikaitkan dengan terjadinya peningkatan populasi kucing liar di
benua tersebut.
Pada penelitian di Kuala Lumpur Malaysia atas 247 penderita kelainan
ginjal menggunakan uji ELISA untuk mengukur titer antibodi anti-Toxoplasma
IgG dan IgM darah menunjukkan bahwa 51% penderita ternyata
menunjukkan seropositif. Seorang penerima cangkok ginjal yang karena
dalam keadaan imunosupresif kemudian menderita toxoplasmosis. Faktor ras
(Melayu), faktor perkawinan dan pendidikan yang rendah merupakan faktor-
faktor yang mungkin berpengaruh atas terjadinya infeksi Toxoplasma.
Toxoplasma gondii adalah parasit zoonosis yang luas sebarannya di
seluruh dunia, merupakan protozoa yang fakultatif heteroxenous dan
polyxenous , yang memiliki berbagai jenis spesies hospes dan dapat menular
melalui berbagai cara infeksi. Toxoplasmosis yang terjadi pada waktu masa
kehamilan dapat terjadi secara vertikal dengan masuknya stadium takizoit ke
63
dalam tubuh janin melalui plasenta, atau secara hosisontal yang dapat terjadi
dengan masuknya tiga macam stadium parasit sesuai dengan siklus hidup
yang terjadi. Secara epidemiologis mengkonsumsi daging mentah atau daging
yang diolah kurang masak, terutama daging babi dan domba, merupakan
cara penularan utama toxoplasmosis pada manusia. Namun dengan semakin
baiknya penatalaksanaan pengolahan daging yang lebih higienis, penularan
melalui konsumsi daging semakin berkurang. Faktor perbedaan kultur budaya
penduduk, terutama dalam kebiasaan makan daging mentah atau kurang
matang pada waktu ini merupakan faktor penting dalam penularan
toxoplasmosis. Sebagai contoh, epidemi akut toxoplasmosis di Amerika
terutama terjadi melalui pencemaran ookista parasit terhadap lingkungan.
Penelitian di Cina pada pekerja tempat pemotongan hewan (abattoir)
menunjukkan bahwa tenaga pemotong hewan yang diteliti secara serologis
menunjukkan bahwa derajat infeksi adalah 5,63% dengan IgG-toxo, dan
2,32% dengan toxo-IgM. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara
toksoplasmosis dengan paparan dengan babi hidup, cairan tubuh, dan organ
hewan yang disembelih.
Di Greater Victoria, Canada, pada tahun 1995 dilaporkan terjadinya
tujuh kasus toxoplasma retinitis akut, yang selama lima tahun terakhir tidak
pernah lagi dilaporkan. Sesudah dilakukan penelitian yang intensif ternyata
ditemukan 100 orang berumur antara 6 sampai 83 tahun menderita
toxoplasmosis akut, 51 orang diantaranya menunjukkan gejala limfadenitis
dan 19 orang menderita toxoplasmosis retinitis. Sebelas orang menunjukkan
berbagai gejala lain dari toxoplasmosis dan sisanya tidak menunjukkan gejala
klinis. Penelitian terhadap lingkungan dan penduduk menunjukkan bahwa
sumber penularan adalah sistem irigasi yang tidak disaring dan suplai air ke
perumahan penduduk yang tercemar Toxoplasma gondii .
Penelitian serologi pada perempuan hamil oleh European Multicentre
Case-control Study menunjukkan bahwa yang menjadi faktor risiko tinggi
tertular infeksi akut toxoplasmosis pada perempuan hamil adalah makan
daging yang dimasak kurang matang, kontak dengan tanah yang tercemar,
dan setelah melakukan perjalanan di luar Eropa, AmerikaSerikat dan Canada.
64
Kontak dengan kucing ternyata bukan merupakan risiko tertular
toxoplasmosis.
Pada penelitian tahun 1983 atas sepuluh orang laki-laki imigran Haiti
heteroseksual yang menderita AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
menunjukkan bahwa Toxoplasma gondii merupakan patogen oportunistik
yang banyak diderita (40%) disamping Pneumocystis carinii, Mycobacterium
tuberculosis, Candida albicans dan Cryptococcus neoformans.
65
Penelitian di Iran pada tahun 2011 bahwa dari 210 orang dengan positif HIV
yang diperiksa antibodi anti-toxoplasma darahnya menggunakan ELISA
menunjukkan seroprevalensi toxoplasmosis sebesar 49.75%. Pada penderita
schizophrenia di Iran, penelitian pada tahun 2009 angka prevalensi serologi
antibodi anti-Toxoplasma gondii adalah sebesar 72.5%, lebih tinggi dari
kelompok pembanding sebesar 61.6%.
Penelitian serologi di Lagos, Afrika, menunjukkan bahwa pada
kelompok HIV seroprevalensi Toxoplasma IgG adalah sebesar 54%, lebih
tinggi dari seroprevalensi toxoplasmosis pada kelompok pembanding yang
imunokompeten (30%).
DIAGNOSIS TOKSOPLASMOSIS
Untuk mendiagnosis infeksi Toxoplasma gondii tidak dapat ditentukan
hanya dengan memperhatikan gejala klinis dan keluhan penderita karena
tidak selalu menunjukkan ciri-ciri khas .Diagnosis pasti ditentukan jika dapat
ditemukan Toxoplasma gondii pada pemeriksaan mikroskopis atau sesudah
dilakukan inokulasi pada hewan coba. Pemeriksaan imunologi-serologi dapat
membantu menegakkan diagnosis toksoplasmosis.
Sabin-Feldman Dye test merupakan uji yang sangat sensitif dan spesifik
tanpa menunjukkan adanya hasil yang semu atau palsu ( false results) pada
manusia. Untuk melakukan diagnosis klinis toxoplasmosis, penggunaan
Untuk mendeteksi adanya IgM untuk mendiagnosa toksoplasosis dapat
digunakan Uji Antibodi Fluoresen Tidak Langsung ( Indirect Fluoerscent
Antibody Test) dan ELISA. Selain itu modifikasi kombinasi IgM-ELISA dengan
uji aglutinasi (IgM-ISAGA) digunakan untuk mengeliminasi keharusan
pemakaian konjugat enzim.
Direct agglutination test (DAT) merupakan uji aglutinasi langsung yang
sederhana karena tidak memerlukan peralatan yang canggih, dan tidak
menggunakan konjugat. DAT memiliki kegunaan dalam membantu
mengarahkan diagnosis serologi toksoplasmosis pada manusia dan hewan.
Modified Agglutination Test (MAT) yang merupakan modifkasi dari DAT
66
banyak digunakan untuk mendiagnosis toksoplasmosis pada hewan.
Pemeriksaan DNA untuk mendeteksi Toxoplasma gondii dari takizoit
tunggal menggunakan gen B1 pada Polymerase chain reaction (PCR).Uji PCR
kemudian dikembangkan menggunakan berbagai gen target yang berbeda
dan terbukti sangat berguna untuk mendiagnosis toksoplasmosis klinis. Selain
itu Loop-mediated isothermal amplification (LAMP), adalah suatu metoda
cepat amplifikasi nucleic acid, menunjukkan sensitivitas dan spesifisitas yang
tinggi (masing-masing 87.5% dan 100%). Penentuan Toxoplasma gondii di
dalam darah menggunakan metoda PCR ( Polymerase chain reaction) sesudah
serum dipanaskan dengan microwave juga menunjukkan angka sensitivitas
yang tinggi (73%) dan spesifisitas yang sangat tinggi (100%). Angka-angka
ini lebih tinggi dari pada angka-angka sensitivitas dan spesifisitas jika
dilakukan pemeriksaan PCR dengan menggunakan metoda ekstraksi.
KEADAAN KHUSUS
Prenatal
Diagnosis pasti toksoplasmosis kongenital dapat ditetapkan pada masa
prenatal dengan mendeteksi adanya DNA parasit di cairan amnion, atau di
dalam darah janin, atau dengan cara mengisolasi parasit melalui inokulasi
mencit atau melalui kultur jaringan. Pemeriksaan ultrasonografi pada janin
secara berurutan dapat dilakukan jika dijumpai dugaan adanya kasus-kasus
kongenital untuk menemukan adanya pembesaran ukuran ventrikel lateral
sistem saraf pusat atau adanya tanda lain dari infeksi janin.
Posnatal
Janin yang dilahirkan oleh ibu sedang hamil yang mengalami infeksi primer
Toxoplasma gondii atau dari ibu yang sekarang terinfeksi HIV dan di masa
lalu pernah terinfeksi Toxoplasma gondii (terbukti dari hasil pemeriksaan
serologi) sangat mungkin mengalami toksoplasmosis kongenital. Jika pada
saat bayi dilahirkan diagnosis tidak jelas, terhadap sampel serum ibu dan bayi
67
sebaiknya dilakukan pemeriksaan IgG, IgM, IgA dan IgE. Pada sel darah putih
(leukosit) darah tepi, cairan serebro spinal (Cerebro Spinal Fluid), dan cairan
amnion sebaiknya dilakukan esai PCR (polymerase chain reaction). Keadaan
bayi hendaknya selalu dipantau termasuk pemeriksaan mata, telinga,
pemeriksaan neurologi, pungsi lumbal (lumbar puncture), dan CT (computed
tomography) kepala.Upaya mengisolasi Toxoplasma gondii dari plasenta, tali
plasenta (umbilical cord), atau darah bayi dapat dilakukan melalui inokulasi
mencit.
68
Infeksi HIV. Penderita dengan infeksi HIV yang terinfeksi laten (tidak
menunjukkan gejala yang jelas) dengan Toxoplasma gondii menunjukkan titer
antibodi IgG terhadap Toxoplasma yang tidak tetap, dan jarang memiliki
antibodi IgM. Pada penderita AIDS, akibat gangguan sistem imun dan
penurunan imunitas, diagnosis toksoplasmosis yang aktif tidak dapat dideteksi
meskipun terjadi serokonversi dan peningkatan titer antibodi IgG sampai 4
kali lipat. Pada penderita dengan HIV yang menunjukkan seropositif IgG
terhadap Toxoplasma gondii, kejadian ensefalitis akibat parasit ini ditentukan
berdasar gejala klinis yang khas dan pada hasil pemeriksaan radiografik. Jika
pengobatan percobaan dengan anti-toksoplasma tidak menunjukkan hasil,
untuk memastikan adanya infeksi Toxoplasma gondii dapat dilakukan
pemeriksaaan terhadap cairan tubuh, misalnya darah, cairan serebrospinal,
atau cairan bronkoalveolar dengan mengisolasi parasit, atau melakukan
pemeriksaan antigen atau pemeriksaan DNA .
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV dan Toxoplasma
gondii harus diamati dan dipantau terhadap kemungkinan adanya
toksoplasmosis kongenital. Toksoplasmosis mata biasanya didiagnosis
berdasar pemeriksaan lesi retina yang khas disertai pemeriksaan serum untuk
mendeteksi adanya antibodi IgG atau IgM yang spesifik terhadap
Toxoplasma gondii.
69
Bab 5
PENGOBATAN
TOKSOPLASMOSIS
Pirimetamin
Sulfadiazin
Klindamisin
Spiramisin
Atovakuon
70
Untuk mengobati infeksi Toxoplasma gondii yang berat atau
toksoplasmosis pada penderita dengan gangguan pertahanan tubuh atau
sistem imun, umumnya digunakan kemoterapi berupa kombinasi obat-obatan
yang terdiri dari pirimetamin, sulfonamid dan folinic acid ( leucovorin). Pada
ibu hamil yang terinfeksi toksoplasmosis, pemberian obat-obatan tersebut
setiap tiga minggu diganti dengan spiramisin sampai saat terjadi persalinan.
Jika penderita alergi terhadap obat sulfa, pirimetamin dapat dikombinasi
dengan klindamisin.
Sampai sekarang terhadap bentuk kista Toxoplasma gondii belum
ditemukan obat yang efektif untuk memberantasnya. Penggunaan obat-obat
anti Toxoplasma dapat menimbulkan efek samping berupa penurunan jumlah
trombosit (trombositopenia), hilangnya granulosit (agranulositosis), atau
terjadi anemia megaloblastik. Untuk mengatasi efek samping obat
pirimetamin terhadap darah diberikan tambahan ragi Baker sebanyak 5-7 g
per hari atau folinic acid 10-20 mg per hari. Ibu hamil yang mendapat
pengobatan pirimetamin harus selalu dipantau gambaran leukosit, jumlah
trombosit dan keadaanhematokrit setiap dua minggu sekali.
Sulfadiazin dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal akibat
terjadinya kristalisasi di dalam tubul ginjal, dan terjadinya kerusakan
epidermis yang berat (necrolysis). Untuk menghindari kemungkinan terjadinya
efek teratogenik, obat tidak boleh diberikan pada trimester pertama
kehamilan.
Jika obat-obatan primer tidak tersedia, dapat digunakan kombinasi
trimetoprim- sulfamethoxazole untuk mengobati toksoplasmosis.
PIRIMETAMIN ( Pyrimethamine)
71
tersebar luas di dalam sel-sel darah, ginjal, paru, limpa dan hati. Pirimetamin
dapat memasuki cairan serebro spinal, menembus plasenta dan masuk ke
dalam air susu ibu (ASI). Ikatan protein ( Protein Bound) pirimetamin adalah
80-87%., dengan puncak konsentrasi di dalam plasma ( Peak Plasma Time)
antara 1,5- 8 jam dan eliminasi waktu paruh ( half-life elimination) sekitar 80-
95 jam. Obat ini dikeluarkan melalui urine dengan 20-30% tidak mengalami
perubahan.
Pirimetamin termasuk obat golongan C pada penggunaanya pada kehamilan
dan dapat masuk ke dalam ASI.
Pada penderita dengan penyakit ginjal dan kelainan hati, penderita epilepsi
dan penderita myelosuppression pirimetamin harus diberikan dengan hati-
hati.
72
Pemberian pirimetamin pada anak
Pirimetamin hanya boleh diberikan pada bayi berumur lebih dari 2 bulan,
dengan formula sebagai berikut:
1. Toksoplasmosis :
Loading dose: 2 mg/kg/hari terbagi dalam 2 kali pemberian, selama 3
hari.
2. Toksoplasmosis kongenital:
Loading dose : 2 mg/kg/hari terbagi dalam 2 kali pemberian, oral,
selama 2 hari.
Dosis pemeliharaan (maintenance dose): 1 mg/kg oral 4 kali sehari
diberikan selama 4 minggu.
Dosis pemeliharaan (maintenance dose):
Umur 2-6 bulan : 1 mg/kg diberikan 4 kali sehari.
Umur sampai 12 bulan: 1 mg/kg oral diberikan 3 kali/minggu.
SULFADIAZIN (Mikrosulfon)
73
di dalam air susu ibu cukup tinggi, sekitar 20% dari kadar obat yang ada di
dalam plasma.
Efek samping. Efek samping tipe B yang terkait dengan sistem imun berupa
demam, artralgia, gangguan sumsum tulang (neutropenia, agranulositosis,
anemia aplastik), dan ruam kulit. Pada penderita dengan defisiensi glukose-6-
fosfat dehidrogenase dapat terjadi methemoglobulinemia dan hemolisis yang
dapat membahayakan jiwa penderita. Reaksi tipe A yang berat berupa
terjadinya kristaluria.
KLINDAMISIN
(Clyndamycin)
74
pemberian oral 60 menit, sedangkan melalui pemberian intramuskuler pucak
konsentrasi tercapai sesudah 1-3 jam. Ekskresi melalui urine terjadi sebesar
10% dan melalui tinja sebesar 4% dalam bentuk obat aktif.
Obat ini termasuk golongan B obat untuk kehamilan dan juga diekskresi di
dalam ASI.
Kemasan
Klindamisin terdapat dalam kemasan kapsul 150 mg dan 300 mg, larutan oral
75 mg/mL dan obat suntik 150 mg/mL
Toksoplasmosis berat
Dosis dewasa :
Pemberian secara oral adalah 150-450 mg yang diberikan setiap 6-8 jam
dengan dosis maksimum 1,8 g /hari.
Dalam bentuk suntikan (intravenus atau intramuskuler) obat ini diberikan 1,2-
2,7 g/hari yang terbagi dalam 2 atau 4 kali pemberian, tidak melebihi 4,8
g/hari.
Dosis Anak:
Pada infeksi berat: 8-20 mg/kg/hari sebagai hidroklorida atau 8-25
mg/kg/hari sebagai palmitat terbagi dalam 3-4 kali pemberian. Dosis
minimum klindamisin palmitat adalah 37,5 mg 3 kali sehari.
Umur anak kurang dari 1 bulan: 15-20 mg/kg/hari terbagi 3-4 kali pemberian.
Umur di atas 1 bulan: 20-40 mg/kg/hari terbagi dalam 3-4 pemberian.
75
SPIRAMISIN (Spiramycin)
Dosis dan kemasan. Kemasan yang tersedia adalah kapsul 750.000 unit.
Dosis pada toksoplasmosis ringan-sedang: 6-9 Juta Unit (MU)/hari terbagi
dalam 2 pemberian oral, sampai 15 MU (MU=million units).
Pada toksoplasmosis berat: 12-15 MU/hari terbagi dalam 2 pemberian oral.
ATOVAKUON
(Autovaquone, Mepron)
76
terjadinya ensefalitis Toxoplasma gondii pada orang dewasa pengidap HIV
jika obat pilihan (kotrimoksasol) tidak dapat digunakan. Selain itu atovakuon
dengan atau tanpa pirimetamin dan leukovorin dapat menjadi terapi
pengganti untuk pengobatan supresif jangka panjang atau terapi
pemeliharaan (maintenance therapy) toksoplasmosis kronis (profilaksis
sekunder) untuk mencegah kekambuhan (relaps) toksoplasmosis pada orang
dewasa dengan HIV yang sudah mendapatkan pengobatan lengkap untuk
penyakitnya dan tidak bisa mendapatkan pengobatan pencegahan dengan
obat pilihan ( sulfadiazin + pirimetamin + leukovorin).
77
Bab 6
TOKSOPLASMOSIS
DAN
KEHAMILAN
PENULARAN TOKSOPLASMOSIS
KEHAMILAN
HAMIL
78
Toksoplasmosis terjadi karena penderita tertelan kista Toxoplasma
gondii yang terdapat di dalam daging hewan yang tidak dimasak dengan
matang, makanan yang tercemar ookista, atau terpapar langsung dengan
tinja kucing yang mengandung ookista. Infeksi dengan Toxoplasma
umumnya tidak menunjukkan gejala (asimtomatik), meskipun kadang-kadang
sesudah melewati masa inkubasi selama 5-18 hari sebagian orang yang
terinfeksi menunjukkan gejala atau keluhan.
79
kelahiran bayi normal, dan baru sesudah beberapa bulan atau beberapa
tahun kemudian terlihat manifestasi klinis akibat infeksi toksoplasmosis.
Gambar
17.
Kotak
kotoran
(litter
box)
untuk
kucing
(URL:
http://3bp.blogspot.com)
.
PENULARAN TOKSOPLASMOSIS
Toksoplasmosis dapat menular melalui beberapa jalan, antara lain :
80
Tidak menggunakan pelindung misalnya sarung tangan pada waktu
berkebun sehingga tangan dan mulut serta alat-alat berkebun terpapar
stadium infektif Toxoplasma gondii.
Makan buah-buahan atau sayuran yang tidak dicuci dengan baik
Makan daging mentah atau daging yang dimasak kurang matang atau
mengolah daging mentah dan tidak mencuci tangan sesudahnya.
Pencemaran makanan dengan pisau atau peralatan masak lain yang
sebelumnya sudah terpapar /kontak dengan daging mentah
Pencemaran air minum dengan tinja kucing
Menerima organ transplan yang tercemar, atau menerima transfusi
darah yang tercemar Toxoplasma.
Jika terjadi infeksi Toxoplasma gondii pada orang normal, baik respon
imun humoral maupun CMI (cell mediated immune response) akan terjadi.
CMI bersifat protektif, sedangkan respon humoral mempunyai nilai diagnostik.
81
Toxoplasma dalam keadaan tidak aktif (dorman). Akan tetapi jika sistem imun
penderita mengalami gangguan sehingga sistem imun tidak berfungsi
dengan baik (immunocompromised), parasit yang semula dalam keadaan
tidak aktif (dalam bentuk kista di dalam jaringan) akan terangsang menjadi
stadium yang aktif sehingga menimbulkan penyakit toksoplasmosis yang
menyebabkan gangguan kesehatan, misalnya dengan terjadinya keradangan
di organ-organ dan jaringan otak.
Apabila seorang perempuan terinfeksi Toxoplasma gondi, sistem imun
penderita yang normal akan membentuk antibodi terhadap parasit. Antibodi
ini melindungi dirinya dari infeksi Toxoplasma gondii berikutnya. Seorang
perempuan hamil yang terinfeksi Toxoplasma sedikitnya enam bulan sebelum
hamil, akan memperoleh kekebalan terhadap toksoplasmosis. Karena itu
infeksi toksoplasmosis yang dialaminya pada waktu hamil jarang menular ke
janin yang dikandungnya, sehingga bayi yang dilahirkan tidak mengalami
toksoplasmosis kongenital, karena janin tidak tertular atau terinfeksi parasit.
82
intelektualnya. Sejumlah kecil bayi sudah menunjukkan kerusakan mata atau
kelainan otak pada waktu dilahirkan.
(a). Pada penderita yang tidak menunjukkan gejala klinis (asimtomatik), tidak
perlu diberikan pengobatan karena toksoplasmosis dapat sembuh dengan
sendirinya (self limiting disease).
83
Penggunaan obat-obat untuk perempuan hamil yang menderita
toksoplasmosis harus dengan dengan pengawasan dan diberikan dengan
ketentuan sebagai berikut:
Pirimetamin plus Klindamisin atau Dapson. Klindamisin digunakan jika
penderita alergi terhadap sulfa.
Obat pilihan untuk ibu hamil atau penderita dengan gangguan sistem
imun (immunocompromised) adalah Spiramisin atau Pirimetamin plus
Sulfadiazin.
Spiramisin sebagai obat tunggal diberikan selama 26 minggu.
84
Gambar 18 . Bagan pengobatan ibu hamil dengan toksoplasmosis
85
Toxoplasma gondii. Untuk mencegah terjadinya penularan parasit ini
terhadap perempuan hamil, dapat dilakukan tindakan-tindakan sebagai
berikut:
Litter box kucing harus dibersihkan dan diganti pasirnya setiap hari,
karena parasit yang terdapat pada tinja kucing baru infektif sesudah
beberapa hari sejak dileluarkan bersama tinja kucing. Untuk
membersihkan litterbox sebaiknya dikerjakan oleh orang yang tidak
sedang hamil. Jika tidak memungkinkan, maka perempuan hamil yang
membersihkan litter box harus menggunakan sarung tangan. Sesudah
itu tangan harus dicuci dengan baik, menggunakan air sabun sebersih
mungkin.
Setiap kali terpapar dengan tanah, pasir, daging mentah, atau sayuran
mentah yang belum dicuci, tangan harus segera dicuci dengan bersih
menggunakan sabun dan air.
Daging harus segera dimasak dengan suhu 160 o Fahrenheit atau 71.1o
Celsius sampai warna bagian tengah daging tidak lagi merah muda
atau sampai air daging yang keluar tidak lagi berwarna. Jangan
mencicipi daging yang belum benar-benar matang.
Daging yang tidak segera dimasak, sebaiknya dimasukkan ke dalam
ruang pembeku (freezer) selama beberapa hari sebelum dimasak untuk
mengurangi risiko terjadinya infeksi.
Bersihkan semua peralatan memotong daging, misalnya pisau
pemotong daging dan papan pemotong dengan air sabun panas, setiap
kali sesudah digunakan.
Cucilah sampai bersih, atau kupaslah buah-buahan atau sayuran
sebelum dimakan.
Gunakan sarung tangan jika berkebun atau membersihkan kotak pasir.
Sesudah itu tangan harus dicuci dengan baik menggunakan air sabun.
Hindari minum air yang tidak dimasak atau tidak diproses menjadi air
minum, terutama jika bepergian ke negara-negara kurang berkembang
yang sanitasinya buruk.
86
PEMERIKSAAN SEBELUM HAMIL
87
BAB 7
TOKSOPLASMA
KONGENITAL
REKOMENDASI
88
Toksoplasmosis pada seorang perempuan yang sedang hamil dapat
ditularkan ke janin yang dikandungnya, karena Toxoplasma gondii dapat
menembus plasenta. Parasit dapat secara langsung menginfeksi janin dan
menyebabkan kematian janin yang dapat mencapai angka 5% pada
kehamilan akibat infeksi yang terjadi pada trimester pertama. Prevalensi
infeksi kongenital sangat dipengaruhi oleh wilayah geografis. Prevalensi
penyakit kongenital di Norwegia, Belgia, dan Perancis adalah 2 sampai 3
kasus per 1000 angka kelahiran hidup. Sedangkan di USA angka tersebut
adalah sekitar 1 per 10.000 lahir hidup. Hal ini dipengaruhi oleh angka
kejadian penyakit, cara terjadinya infeksi, perbedaan iklim, perbedaan
budaya, dan standard higiene yang tidak sama. Tingginya infeksi kongenital
di suatu daerah juga tergantung pada keadaan sosial ekonomi, budaya dan
kebiasaan hidup penduduknya.
89
Penderita toksoplasmosis kongenital adalah janin, bayi atau anak
berumur kurang dari satu tahun yang mempunyai salah satu keadaan di
bawah ini:
Penularan secara kongenital hanya terjadi pada ibu hamil yang mengalami
parasitemia dengan Toxoplasma gondii. Infeksi parasit yang terjadi selama
masa kehamilan frekwensinya akan meningkat sesuai dengan umur
kehamilan (penelitian di Perancis tahun 2007).
90
Gambar 19. Frekwensi Toksoplasmosis kongenital pada
masa kehamilan (n=23)
(Sumber: Ancelle et al, 2007)
Parasitemia dapat terjadi pada ibu yang belum pernah terinfeksi Toxoplasma,
mengalami infeksi primer yang aktif dengan parasit ini pada waktu ia sedang
hamil, atau infeksi terjadi pada ibu sebelum hamil telah mengalami
penurunan sistem imun (immune compromised) misalnya menderita AIDS.
Pada infeksi kongenital yang menembus hambatan plasenta (placental
barrier) adalah stadium takizoid Toxoplasma.
Gambar
20.
Bradizoit
91
TOKSOPLASMOSIS KONGENITAL ASIMTOMATIK
92
Infeksi Infeksi Infeksi Infeksi
Sebelum Trimester I Trimester II Trimester III
hamil
Beratnya 0 +++ ++ +
kecacatan
akibat
infeksi
93
janin menunjukkan adanya antibodi IgM yang spesifik terhadap Toxoplasma
gondii sesudah umur kehamilan mencapai 20-22 minggu.
Selain itu darah janin dan cairan amnion dapat inokulasi pada hewan
coba (mencit) dan dari darah hewan coba ini kemudian akan dapat ditemukan
Toxoplasma gondii. Selain itu dengan menggunakan metoda PCR ( Polymerse
Chain reaction ) dapat ditentukan adanya gen spesifik Toxoplasma gondii.
PCR merupakan uji diagnostik yang paling peka untuk menentukan diagnosis
toksoplasmosis kongenital.
Bayi juga harus diteliti terhadap kemungkinan mengalami toksoplasmosis
kongenital jika dilahirkan oleh ibu yang terinfeksi HIV dan Toxoplasma atau
jika ibu mengalami infeksi toksoplasmosis primer pada masa kehamilannya.
Diagnosis prenatal
Diagnosis toksoplasmosis kongenital dapat ditentukan pada masa
prenatal dengan:
1. Menemukan parasit di dalam darah janin atau cairan amnion
2. Antibodi Toxoplasma ( IgM dan IgA) didapatkan di dalam darah janin.
3. Parasit juga bisa diisolasi melalui mencit yang diinokulasi atau
4. Bahan genom ditemukan dengan pemeriksaan PCR (polymerase chain
reaction ). Adanya infeksi dapat diperkuat jika terdapat serokonversi
maternal selama masa kehamilan. Namun serokonversi pada ibu hamil
tidak selalu mencerminkan telah terjadinya infeksi pada janin.
94
juga dilakukan pemeriksaan PCR atas darah dan cairan serebrospinal.
Secara serologi toksoplasmosis kongenital dapat didiagnosis dengan
mendeteksi IgM atau IgA yang spesifik terhadap Toxoplasma atau adanya
IgG yang selalu ada pada bayi berumur kurang dari 12 bulan. Pemeriksaan-
pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain adalah Double-Sandwich IgM
EIA (DS-IgM EIA) atau IgM Immunosorbent Agglutination Assay (ISAGA) yang
dapat mendeteksi sekitar 75-80% bayi yang mengalami infeksi kongenital.
Kepekaan (sensitivitas) Imunofluoresesen Assay dan Capture-EIA Assay untuk
IgM Toxoplasma lebih rendah dari dari pada kepekaan DS-IgM, IgAEIA atau
ISAGA. Antibodi IgG Toxoplasma dari ibu dengan janin yang tak terinfeksi
parasit biasanya sudah tidak dapat dideteksi lagi pada bayi berumur 6-12
bulan. Data dari New England Regional Newborn Screening Program
menunjukkan bahwa hanya 4% bayi yang ibunya menunjukkan titer serologi
yang positif memperlihatkan adanya tanda-tanda klinis toksoplasmosis
kongenital. Penelitian Wilson dan Remington di Universitas Alabama terhadap
13 orang anak yang dilahirkan dengan serokonversi tanpa gejala infeksi, 85%
akan mengalami kecacatan dalam waktu berumur 3.5-11.2 tahun berupa
adanya kelemahan fungsi organ-organ, korioretinitis, atau memiliki angka IQ
yang rendah.
95
12 6 75
16 15 55
20 18 40
24 30 33
28 45 21
32 60 18
36 70 15
40 80 12
(Dunn,dkk.1999)
Ibu hamil yang terinfeksi pada minggu ke-10 sampai minggu ke-24
kehamilan, 5-6% bayi akan mengalami infeksi berat, sedangkan jika infeksi
pada ibu terjadi pada masa akhir kehamilan, bayi yang mengalami infeksi
berat toksoplasmosis sangat kecil jumlahnya.
Splenomegali 90%
96
Jaundis 80 %
Demam 77 %
Hepatomegali 77 %
Limfadenopati 68 %
Choroidoretinitis 66 %
Pneumonia 40%
Konvulsi 25 %
97
Gambar 23. Mata anak menderita toksoplasmosis kongenital
(URL: http://www.gulfordeye.com/toxoplasmosis).
98
BAB 8
KLINIS DAN
DIAGNOSIS
TOKSOPLASMOSIS
99
DIAGNOSIS TOKSOPLASMOSIS
o Pemeriksaan serologi
o Pemeriksaan Mikroskopis
o Penghitungan sel CD4
o PCR
100
Pada sebagian besar orang sehat dengan sistem imun yang tidak
mengalami gangguan (immunocompeten), infeksi Toxoplasma gondii tidak
menimbulkan gejala atau keluhan (asimtomatis). Pada beberapa orang
dewasa, sesudah melewati masa inkubasi (waktu berselang antara saat
terjadinya infeksi dan dapat dideteksinya titer antibodi yang positif) berkisar
antara 10-23 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, dan antara 5-20 hari
jika infeksi terjadi karena masuknya ookista yang infektif, gejala klinis dapat
dijumpai. Sebagian penderita menunjukkan gejala-gejala klinis mirip flu,
misalnya demam, yang berlangsung selama beberapa minggu, limfadenopati,
malaise, keringat malam, atau nyeri otot .
Keluhan penderita dan gejala klinis lainnya dapat berupa kaku leher,
sakit kepala, lelah, anoreksia, sakit sendi arthralgia, ruam kulit ( rash), dan
sakit tenggorokan. Gejala klinis yang jarang terjadi antara lain adalah mual-
mual, sakit telinga, bingung (confusion), nyeri mata dan nyeri perut. Gejala-
gejala dan keluhan penderita tersebut dapat berlangsung selama satu bulan
atau lebih.
TOKSOPLASMOSIS ORGAN
101
Gambar 24. Toksoplasmosis paru pada penderita dengan
transplantasi sumsum tulang menunjukkan adanya
infiltrat bilateral yang difus
(Sumber: Martinez-Giron R.dkk.2008).
102
toxoplasma IgM biasanya negatif; jika IgM positif hal ini menunjukkan adanya
infeksi akut dengan Toxoplasma gondii yang baru terjadi.
TOKSOPLASMOSIS MATA
103
adalah retinochoroiditis yang meninggalkan retinochoroidal scarring. Kelainan
mata kongenital ini umumnya tidak diketahui pada waktu bayi baru dilahirkan.
Sekitar 20-80% toksoplasmosis mata baru tampak gejalanya sesudah anak
tumbuh menjadi orang dewasa. Gejala akut yang terjadi antara lain adalah:
nyeri mata, fotofobi (peka terhadap sinar), mata selalu berair, penglihatan
kabur. Anak dapat juga menunjukkan adanya mikrooftalmia
(microophthalmia).
104
Gambar 27. Kerusakan mata pada toksoplasmosis kongenital.
(a) infeksi aktif (b) Jaringan parut pada infeksi yang tak aktif
(URL: http://cms.revoptom.com/handbook)
TOKSOPLASMOSIS KULIT
Meskipun jarang dilaporkan, kelainan kulit dapat terjadi pada infeksi dapatan
toksoplasmosis. Kelainan kulit bentuknya mirip roseola dan eritema-
multiforme, nodul mirip prurigo, urtikaria, dan lesi makulopapula. Bayi yang
baru lahir dapat menunjukkan gambaran makula punktata, ekimosis, atau lesi
blueberry muffin. Pada blueberry muffin bayi menunjukkan gambaran kulit
dengan papul dan nodul berwarna merah-biru yang menyebar. Diagnosis
toksoplasmosis kulit ditegakkan berdasar ditemukannya takizoit Toxoplasma
gondii yang terdapat di dalam epidermis berukuran 6x2 mikron, berbentuk
busur panah, dengan inti yang berukuran sepertiga ukuran parasit. Dengan
pewarnaan Giemsa jaringan, sitoplasma parasit berwarna biru, sedangkan inti
berwarna merah. Parasit juga bisa diperiksa dengan mikroskop elektron.
105
Gambar 28. Blueberry muffin pada toksoplasmosis kulit
(URL: http://www.neonet/ch)
106
Akibatnya terjadi keguguran (abortus), bayi lahir mati, atau bayi yang
dilahirkan menunjukkan gejala-gejala toksoplasmosis kongenital (misalnya
hidrosefalus atau hepatomegali).
Infeksi Toxoplasma yang diderita perempuan sebelum ia hamil, dapat
menjadi reaktif jika selama masa kehamilannya kemudian mengalami
keadaan immunocompromised yang memicu terjadinya infeksi kongenital.
Abortus
Anak lahir mati
Anak lahir menunjukkan gejala
1. hidrosefalus atau mikrosefalus
2. kebutaan
3. gangguan mental
4. epilepsi
5. kelainan kulit
DIAGNOSIS TOKSOPLASMOSIS
107
Diagnosis toksoplasmosis umumnya ditentukan dengan menemukan
antibodi-antibosi yang spesifik terhadap Toxoplasma, IgG, IgM atau IgA.
Antibodi imunoglobulin dapat dideteksi beberapa minggu sesudah
berlangsungnya infeksi melalui pemeriksaan-pemeriksaan Dye Test (DT),
Indirect Fluorescent Antibody Test (IFA), Enzyme Immunoassays (ELISA,
Immunoblots).
Selain itu diagnosis juga ditetapkan dengan adanya gejala dan keluhan
penderita, hasil pemeriksaan mikroskopis atas darah atau melalui
pemeriksaan histopatologi atas jaringan/organ penderita untuk menemukan
parasit dalam berbagai bentuk atau stadiumnya, misalnya stadium takizoit
yang ada di dalam darah, sumsum tulang, paru, limpa atau jaringan otak.
108
Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan serologi umumnya dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis toksoplasmosis. Suatu sampel serum yang positif
hanya menunjukkan bahwa hospes pernah terinfeksi Toxoplasma gondii di
masa lalu. Bukti serologi tentang adanya infeksi akut toksoplasmosis dapatan
hanyalah jika terjadi kenaikan titer antibodi sebesar 4-6 kali pada
pemeriksaan serum yang diambil 2-4 minggu sesudah pengambilan serum
pertama. Atau jika dapat dideteksi adanya antibodi IgM yang spesifik. Banyak
jenis pemeriksaan serologi telah digunakan untuk mendeteksi antibodi-
antibodi terhadap Toxoplasma gondii. Akan tetapi metoda ini tidak dapat
dilakukan jika penderita berada dalam keadaan imunodefisiensi, misalnya jika
ia juga menderita AIDS.
Dalam keadaan normal antibodi IgM dan IgG pada toksoplasmosis
dapat dideteksi dalam waktu yang bersamaan. Meskipun demikian pada
umumnya IgG akan tetap positif selama bertahun-tahun, sedangkan IgM akan
tidak ditemukan sesudah penderita diberi pengobatan anti toksoplasma.
Adanya antibodi, meskipun dengan titer rendah, harus diperhatikan
mengingat pada penderita toksoplasmosis mata misalnya, titer-tirer antibodi
terhadap Toxoplasmosis gondii biasanya rendah.
Titer IgM akan meningkat pada waktu seseorang dengan sistem imun
yang normal baru mengalami infeksi Toxoplasma. Pada penderita AIDS yang
terinfeksi Toxoplasma dapat mengalami penyebaran luas infeksinya
(disseminated infection), tanpa menunjukkan adanya peningkatan titer
antibodi. Dalam keadaan normal, jika IgG dan IgM negatif, infeksi
toksoplasmosis dapat dinyatakan tidak terjadi. Jika IgG dan IgM keduanya
positif, penderita dinyatakan menderita toksoplasmosis akut. Karena itu jika
pada pada waktu dilakukan pemeriksaan awal IgG positif, sebaiknya
dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan IgM. Jika IgM menunjukkan titer
positif berarti penderita menderita toksoplasmosis akut atau baru mengalami
infeksi dengan Toxoplasma gondii. Namun hendaknya diperhatikan bahwa :
109
Pemeriksaan IgM sebaiknya dilakukan untuk membantu
menentukan apakah seorang baru terinfeksi atau telah lama
terinfeksi toksoplasmosis.
Banyak test kit IgM komersial rendah mutunya, kurang
spesifik, sehingga untuk menghindari kesalahan hasil
pemeriksaan harus dikonfirmasi ke laboratorium rujukan
(reference lab).
Karena itu jika IgG positif sebaiknya sampel darah dikirim ke CDC atau
laboratorium rujukan untuk dilakukan uji IgM untuk memastikan adanya
Toxoplasma gondii. Uji IgM ini dapat dilakukan dengan memeriksa parasit
melalui pemeriksaan:
110
yang mirip komplemen yang terdapat di dalam serum manusia yang tidak
mengandung antibodi terhadap Toxoplasma. Pemeriksaan Sabin-Feldman
merupakan uji serologi yang paling sensitif untuk menentukan diagnosis
toksoplasmosis. Kendala utama pemeriksaan ini adalah beayanya yang mahal
dan risikonya yang tinggi karena menggunakan organisme hidup.
Agglutination Test
Uji aglutinasi mudah dikerjakan dan larutan antigen yang dipakai telah
dijual bebas secara komersial di berbagai negara. Meskipun uji serologi ini
mudah dikerjakan, tetapi biasanya tidak dapat mendeteksi adanya antibodi
selama fase toksoplasmosis akut. Pada Modified Agglutination Test digunakan
antigen berasal dari takizoit yang sudah dimatikan dan serum uji terlebih
dahulu dicampur dengan 2-merkaptoetanol untuk menghilangkan aglutinin
yang tidak spesifik. Untuk pemeriksaan serologi masa depan, uji ELISA yang
menggunakan larutan antigen, tampaknya merupakan pemeriksaan yang
spesifik dan menjadi pemeriksaan serologi baku ( standard) di masa depan.
Untuk menentukan diagnosis toksoplasmosis dengan melakukan uji serologi
atas darah penderita, penentuan adanya antibodi terhadap Toxoplasma
111
gondii baik IgG maupun IgM merupakan uji serologi yang paling sering
dilakukan. Tata cara uji serum dilakukan sesuai prosedur yang umum
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Titer IgG mulai meningkat 1-2 minggu sesudah infeksi. Puncak titer
dicapai pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8, kemudian titer
menurun bertahap dalam waktu beberapa bulan sampai beberapa
tahun titer IgG yang rendah dapat dideteksi seumur hidup.
2. IgM terpantau segera sesudah atau sebelum timbulnya gejala.
Biasanya IgM menurun dalam waktu 4-6 bulan, tetapi kadang-kadang
masih positif dalam titer rendah sampai satu tahun.
3. Individu immunocompromised tidak membentuk IgM. Titer antibodi
tidak ada hubungannya dengan beratnya penyakit.
112
Dengan pemeriksaan/uji serologi terhadap adanya Toxoplasma gondii dengan
ditemukannya IgG dan atau IgM pada pemeriksaan tersebut dapat
disimpulkan hasilnya sebagai berikut:
Laporan/Kesimpulan
IgG IgM (kecuali untuk janin)
Antibodi IgA
IgA dapat ditemukan pada serum orang dewasa penderita infeksi akut
dan bayi yang terinfeksi secara kongenital. Antbodi IgA masih dapat
ditemukan sampai beberapa bulan sampai satu tahun sesudah infeksi, Pada
bayi dengan toksoplasmosis kongenital yang menunjukkan antibodi IgM yang
113
negatif, diagnosis serologi dapat ditentukan dengan adanya antibodi IgA dan
IgG.
Antibodi IgE
Pemeriksaan mikroskopis
114
Diagnosis toksoplasmosis hanya dapat ditetapkan jika gambaran khas
Toxoplasma gondii ditemukan, karena sel-sel hospes yang mengalami
degenerasi mirip dengan sel parasit yang mengalami degenerasi. Pada
sayatan tipis (thin section), takizoit Toxoplasma gondii berbentuk lonjong atau
bulat, yang hasil pewarnaannya tidak berbeda dengan hasil pewarnaan sel
hospes.
115
Gambar 30. Biopsi Toxoplasma otak ; pewarnaan dengan Hematoxylin-
Eosin (URL: http://www.labmed.ucsf.edu/education)
Sel-T (atau Limfosit-T) adalah sel darah putih yang berperan penting
pada sistem imun. Terdapat dua tipe utama sel-T yaitu tipe pertama yang
mempunyai molekul CD4 pada permukaan sel, sel penolong (helper cell) yang
mengatur respon imun badan terhadap mikroorganisme, misalnya virus. Sel-T
yang kedua mempunyai molekul CD8 yang berperan menghancurkan sel-sel
yang terinfeksi.
Dengan menghitung jumlah sel CD4 di dalam darah, dapat ditentukan
kemampuan sistem imun seseorang dan diperhitungkan besarnya risiko
komplikasi dan kemungkinan=kemungkinan yang bisa terjadi akibat infeksi.
Dalam keadaan kesehatan yang normal titer CD4 berkisar antara 600-1200
sel/mm3.
Sesudah diagnosis toksoplasmosis ditegakkan, titer CD4 diukur dan 4
minggu sesudah pengobatan antitoksoplasmosis diberikan pengukuran
diulang kembali. Sebaiknya penghitungan CD4 dilakukan setiap 3-4 bulan
sekali.
PCR
116
infeksi toksoplasmosis pada janin. Selain itu dengan PCR dapat dihindari
penggunaan prosedur invasif yang membahayakan hidup janin.
Melalui PCR dapat dideteksi Toxolasma gondii yang ada di dalam jaringan
otak, cairan serebrospinal, cairan vitreus, cairan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage-BAL), urin, cairan amnion, dan darah tepi.
BAB 9
PENGELOLAAN
TOKSOPLASMOSIS
117
TOKSOPLASMOSIS DAPATAN
TOXOPLASMOSIS PADA IBU DAN ANAK
- Pengobatan toksoplasmosis pada kehamilan
- Pertimbangan pengobatan selama kehamilan
TOKSOPLASMOSIS PADA PENDERITA HIV/AIDS
- Pengobatan toksoplasmosis-HIV/AIDS.
TOKSOPLASMOSIS MATA
IMUNOPATI
TOKSOPLASMOSIS DAPATAN
118
suportif. Pada penderita yang menunjukkan gejala meningoensefalitis,
miokarditis atau ruam kulit (skin rash) yang luas, dapat diberikan pengobatan
yang sesuai sedikitnya selama 2 minggu tetapi tidak lebih dari 4 minggu.
Sulfonamid dan pirimetamin (daraprim) merupakan dua obat yang
paling banyak digunakan untuk mengobati toksoplasmosis pada manusia.
Kedua obat ini secara sinergis menghambat metabolisme p-aminobenzoic acid
dan folic-folinic acid. Kedua obat ini biasanya ditoleransi dengan baik oleh
penderita, meskipun kadang-kadang dapat menimbulkan trombositopenia,
leukopenia, atau keduanya. Sulfonamid yang sering digunakan adalah
sulfadiazin, sulfametazin dan sulfamerazin, semuanya sama efektifnya untuk
mengobati toksoplasmosis. Secara umum, setiap sulfonamid yang dapat
berdifusi menembus sel membran hospes dapat digunakan untuk mengobati
toksoplasmosis. Meskipun obat-obat ini efektif jika diberikan pada fase akut
toksoplasmosis, obat ini tidak dapat memberantas infeksi jika parasit sedang
dalam keadaan aktif membelah diri. Karena komponen sulfa sudah
dikeluarkan dari tubuh penderita dalam waktu beberapa jam sesudah
diberikan, dalam sehari obat sulfa sebaiknya diberikan dalam dosis yang
terbagi. Spiramisin, obat yang telah digunakan mengobati perempuan hamil
untuk mengurangi akibat toksoplasmosis kongenital, belum diijinkan
digunakan untuk mengobati penderita toksoplasmosis di USA. Sampai
sekarang belum ditemukan obat yang efektif untuk memberantas kista
jaringan.
Pada orang sehat yang menunjukkan gejala klinis toksoplasmosis,
sebagai obat pilihan dapat diberikan kombinasi Pirimetamin (Daraprim) dan
Sulfadiazin. Karena pirimetamin termasuk suatu antagonis folic acid,
pemberian pirimetamin sebaiknya diberikan bersama dengan asam folinik
(folinic acid). Hendaknya pada pengobatan pirimetamin harus selalu
memperhatikan efek sampingnya yaitu adanya supresi sumsum tulang dan
gangguan fungsi hati.
Pada umumnya pemberian obat kemoterapi hanya dapat mengobati stadium
trofozoit Toxoplasma dan tidak dapat memberantas bentuk kista parasit.
119
Untuk mengobati toksoplasmosisnya dapat diberikan pirimetamin dan
sulfadiazin dengan takaran dan formula sebagai berikut:
ditambah
120
Menurut Medical Letter(2004) Pengobatan toksoplasmosis dapat juga
diberikan dengan formula sebagai berikut (Medical Letter,2004):
Dosis dewasa:
Pirimetamin : 25-100 mg/hari selama 3-4 minggu ditambah
Sulfadiazin: 1-1.5 g diberikan 4 kali sehari, selama 3-4 minggu
Dosis anak:
Pirimetamin 2 mg/kg/hari diberikan selama 3 hari, lalu 1 mg/kg/hari
(maksimum 25 mg/hari), diberikan selama 4 minggu ditambah
Sulfadiazin 100-200 mg/kg/hari selama 3-4 minggu.
121
Jika infeksi toksoplasmosis pada janin sudah terjadi, harus diberikan juga
pirimetamin , sulfadiazin dan leukovorin untuk memberantas Toxoplasma
gondii yang terdapat di dalam plasenta maupun yang berada di dalam tubuh
janin. Dengan pengobatan ini, meskipun infeksi toksoplasmosis terjadi pada
masa awal kehidupan janin, kelahiran bayi akan dapat berlangsung dengan
baik.
PENGOBATAN TOKSOPLASMOSIS
PADA IBU HAMIL DAN ANAK
122
terjadinya efek samping pemberian pirimetamin dan kemungkinan adanya
alergi terhadap sulfadiazin. Pengobatan hanya dapat menurunkan beratnya
(severity) penyakit, tetapi tidak dapat memperbaiki kerusakan jaringan atau
organ yang sudah terjadi. Meskipun pemberian kemoterapi pada janin yang
menderita toksoplasmosis kongenital tidak dapat mengobati kelainan yang
terjadi, tetapi dapat menghambat kerusakan jaringan lebih lanjut (Montoya
dan Remington, 2008).
123
pemeriksaan radiografi pada penderita HIV yang menunjukkan seropositif IgG
terhadap Toxoplasma.
Gejala klinis toksoplasmosis yang paling sering dijumpai pada penderita
dengan infeksi HIV adalah :
sakit kepala,
bingung (confusion), dan atau
kelemahan motorik dan
demam.
124
mengalami efek samping berat sesudah menggunakan berbagai macam
obat-obatan.
Pengobatan toksoplasmosis-HIV/AIDS
Terdapat dua fase pengobatan, yaitu pengobatan akut dan pengobatan
pemeliharaan. Pengobatan presumtif sering dimulai berdasar adanya gejala
klinik, IgG Toxoplasma yang positif, dan sesudah dilakukan pemantauan
dengan perekaman otak. Jika respon pengobatan lambat hasilnya, mungkin
penyebabnya bukan toksoplasmosis.
Penderita dengan AIDS yang baru terinfeksi dengan Toxoplasma
gondii, atau yang mengalami kekambuhan, harus diobati sampai terjadi
perbaikan imunitasnya sesudah pengobatan dengan ART ( antiretroviral
therapy).
Pengobatan Akut
125
Dosis pirimetamin, sulfadiazin dan folinic acid harus disesuaikan jika terjadi
supresi sumsum tulang belakang. Penderita harus selalu dipantau
terhadap kemungkinan terjadinya sitopeni, terutama jika penderita
juga mendapatkan pengobatan yang menyebabkan supresi/penekanan
fungsi sumsum tulang belakang, misalnya karena sedang mendapatkan
pengobatan zidovudine, valgansiklovir, atau ganciclovir.
Pengobatan pilihan:
Pengobatan alternatif:
126
pemeliharaan dapat dihentikan. Jika CD4 menurun lagi, kurang dari 200
sel/mikro L, terapi sebaiknya diulang kembali.
TOKSOPLASMOSIS MATA
127
Sebagian besar toksoplasmosis mata merupakan reaktivasi kista
Toxoplasma pasif yang sudah ada di retina dan bukan karena infeksi primer.
Akibat yang terjadi berupa uveitis posterior dengan gejala dan keluhan
berupa fotofobi dan adanya radang granulomata dan adanya inflamasi ruang
anterior. Pada fundoskopi tampak fokus kuning retinokoroiditis. Perjalanan
penyakit dipengaruhi oleh respon imun hospes, virulensi parasit dan faktor-
faktor lingkungan. Toksoplasmosis uveitis dapat menimbulkan komplikasi
berupa kebutaan.
128
Untuk mencegah kekambuhan toksoplasmosis retinokoroiditis dapat diberikan
pengobatan jangka panjang secara intermiten (berselang seling)
Trimetoprim/ Sulfametoksazol yang diberikan setiap tiga hari dengan dosis 60
mg trimetoprim dan 160 mg sulfametoksasol.
IMUNOPATI
129
terhadap toksoplasmosis serebral akan meningkatkan perbaikan klinis
penderita.
RESUME
Toksoplasmosis klinis biasanya diobati dengan kombinasi
PENGOBATAN
pirimetamin TOKSOPLASMOSIS
dan sulfonamid, kecuali jika penderita dalam
keadaan hamil.
131
MENCEGAH RISIKO PENULARAN DARI
MAKANAN
LINGKUNGAN
132
Pendidikan kesehatan bagi perempuan pada usia subur dengan
memberikan pengetahuan tentang pencegahan toksoplasmosis melalui
pengolahan daging yang benar dan menghindari pemaparan dengan tanah
yang tercemar tinja kucing. Penyuluhan kesehatan sebaiknya diberikan
pada waktu kunjungan pertama ibu hamil tentang higiene makanan dan
mencegah paparan dengan tinja kucing.
Penyuluh kesehatan yang menangani ibu hamil harus memberi penjelasan
tentang masalah penting terkait pemeriksaan serologi Toxoplasma.
Pertama, bahwa pemeriksaan serologi tidak dapat menentukan secara
pasti kapan terjadinya infeksi pertama dengan Toxoplasma, dan yang
kedua bahwa di daerah dengan insiden infeksi Toxoplasma yang rendah,
hasil uji IgM yang positif mungkin sebenarnya adalah positif palsu.
Pemerintah dan industri daging harus selalu mengupayakan daging yang
bebas Toxoplasma.
133
7. Kotak pasir untuk bermain anak hendaknya selalu ditutup jika
sedang tidak digunakan,
134
Daging asal yang belum diiris ( ground meat) yang bukan daging
unggas harus dimasak sampai temperatur di atas 71 o Celsius, baru bisa
langsung dimakan.
Daging unggas. Semua jenis daging unggas baik daging irisan maupun
gound meat harus dimasak sedikitnya 74 o Celsius dan daging dibiarkan
dalam keadaan rest time selama tiga menit sebelum bisa dikonsumsi.
Buah dan sayuran. Buah dan sayuran dikupas atau dicuci sebersih mungkin
sebelum dimakan.
135
Kotak pasir untuk bermain anak selalu ditutupi jika sedang tidak
digunakan.
Kucing hanya diberi makanan kaleng atau makanan kering atau yang
sudah dimasak, jangan diberi makan daging mentah atau kurang
matang.
Ganti litter box tiap hari, karena parasit Toxoplasma gondii mulai
infektif 1-5 hari sesudah dikeluarkan bersama tinja kucing.
136
Jika pekerja tidak diketahui titer antibodinya atau sero-negatif,
harus diberikan kemoterapi sedikitnya selama 2 minggu sebagai
berikut:
Pirimetamin sebanyak 4 dosis @ 50 mg setiap 12 jam, diikuti
dosis @25 mg setiap 12 jam selama 4 hari, kemudian 25 mg
sekali sehari; dan
Sulfadiazin , 2-4 g sebagai dosis awal, kemudian 1 g setiap 6
jam.
Pekerja harus diberi banyak minum, dan leukosit dan hitung
jenis darah (differential blood counts) diperiksa 2 kali seminggu.
Setiap hari pekerja diberi juga 2 yeast cake dan 5-15 mg
leukovorin.
Dye test dipantau secara teratur.
Pekerja yang digigit hewan terinfeksi toksoplasmosis harus
ditindak lanjuti dengan cara yang sama.
137
BAB 10
TANYA JAWAB
Apakah toksoplasmosis?
Bagaimana saya tahu bahwa saya berisiko terkena toksoplasmosis?
Apa yang harus saya lakukan untuk menghindari infeksi?
Dua tahun yang lalu saya terinfeksi toksoplasmosis. Pada waktu ini
saya sedang hamil. Apakah bayi saya berisiko terinfeksi?
Saya sedang hamil dan pada waktu ini terinfeksi toksoplasmosis.
Apakah bayi saya berisiko tertular toksoplasmosis?
Saya baru hamil 10 minggu dan terinfeksi toksoplasmosis. Apakah
hal ini berisiko terhadap kehamilan saya?
Bagaimana saya bisa mengetahui bahwa bayi saya terinfeksi
138
toksoplasmosis?
Apakah ada pengobatan terhadap toksoplasmosis selama masa
kehamilan?
Jika bayi saya dilahirkan tanpa menunjukkan adanya gejala-gejala
toksoplasmosis kongenital, apakah ini berarti infeksi toksoplasmosis
pada masa kehamilannya tidak berefek buruk?
Jika di masa lalu saya pernah menderita toksoplasmosis, apakah
saya tidak boleh memberi ASI pada bayi saya?
Apakah bayi dapat terinfeksi toksoplasmosis melalui ASI jika saya
sedang terinfeksi penyakit ini?
Jika ayah bayi menderita toksoplasmosis, dan saya sedang hamil
atau dalam waktu memberi ASI apakah hal ini dapat menyebabkan
gangguan pada bayi?
Apa yang terjadi jika seorang dengan HIV terinfeksi tokso?
Apa yang harus saya lakukan agar infeksi tokso yang tidak aktif
tidak berkembang menjadi aktif?
Apakah toksoplasmosis?
Toksoplasmosis adalah infeksi disebabkan oleh parasit Toxoplasma
gondii. Anda bisa terinfeksi parasit ini karena makan makanan mentah atau
tidak matang, daging mentah atau kurang matang (misalnya sate, steak),
atau tersentuh tanah atau tinja kucing yang mengandung parasit. Sebagian
besar orang dewasa yang terinfeksi Toxoplasma gondii tidak menunjukkan
gejala sakit atau mengeluh sakit, tetapi sebagian yang lain mengalami
pembesaran kelenjar limfe, sakit kepala atau nyeri otot. Pada umumnya,
sekali kita terinfeksi toksoplasmosis kita tidak akan terinfeksi untuk kedua
kalinya.
139
matang, suka berkebun atau
pernah menderita penyakit mirip mononukleosis mempunyai risiko lebih tinggi
untuk terinfeksi toksoplasmosis. Jumlah penderita toksoplasmosis di Eropa
lebih tinggi dari pada di USA karena orang Eropa lebih menyukai makan
daging yang kurang masak dibandingkan dengan orang Amerika.
Untuk mengetahui apakah anda pernah terinfeksi parasit Toxoplasma,
dapat dilakukan pemeriksaan darah di laboratorium. Sebaiknya pemeriksaan
untuk mengetahui toksoplasmosis dilakukan sebelum terjadi kehamilan. Jika
pada waktu hamil ternyata ibu diketahui terinfeksi toksoplasmosis, beberapa
pemeriksaan perlu dilakukan untuk mengetahui apakan infeksi baru saja
terjadi, atau sudah lama terjadinya.
140
Dua tahun yang lalu saya terinfeksi toksoplasmosis. Pada waktu ini
saya sedang hamil. Apakah bayi saya berisiko terinfeksi?
Janin yang sedang tumbuh di dalam rahim ibu hanya bisa terinfeksi
toksoplasmosis jika ibu yang sedang mengandung menderita infeksi
toksoplasmosis aktif. Pada umumnya tidak ada peningkatan risiko terhadap
bayi jika infeksi Toksoplasma pada ibu hamil terjadi lebih dari 6 bulan
ssebelum terjadinya konsepsi (pertemuan sperma dengan sel telur).
Seseorang perempuan yang pernah terinfeksi Toxoplasma gondii di masa lalu,
biasanya akan menjadi kebal/imun terhadap toksoplasmosis, sehingga bayi
yang dikandungnya tidak mengalami risiko tertular penyakit ini. Kecuali jika
ibu mengalami gangguan sistem imun sehingga daya tahan tubuhnya
menurun,misalnya pada penderita AIDS, ibu dapat mengalami infeksi aktif
toksoplasmosis lainnya.
141
Saya baru hamil 10 minggu dan terinfeksi toksoplasmosis. Apakah
hal ini berisiko terhadap kehamilan saya?
Jika seorang ibu terinfeksi pada trimester pertama kehamilannya, risiko
bayi tertular toksoplasmosis dari ibunya adalah 10-15%. Masa trimester
pertama kehamilan merupakan masa berisiko tinggi bagi bayi untuk
mengalami gangguan kesehatan yang berat akibat infeksi. Jika ibu terinfeksi
toksoplasmosis pada trimester akhir kehamilannya, risiko bagi bayi untuk
mengalami gangguan berat kesehatannya menjadi sangat kecil.
142
Jika bayi saya dilahirkan tanpa menunjukkan adanya gejala-gejala
toksoplasmosis kongenital, apakah ini berarti infeksi toksoplasmosis
pada masa kehamilannya tidak berefek buruk?
Bayi dengan toksoplasmosis kongenital biasanya memang tidak
menunjukkan gejala-gejala pada waktu dilahirkan. Tetapi penelitian-penelitian
terbaru menunjukkan bahwa di kemudian hari 90% anak akan menunjukkan
gangguan kesehatan berupa kebutaan, tuli, dan terhambatnya perkembangan
anak. Gejala-gejala ini baru terlihat beberapa bulan atau beberapa tahun
sesudah anak dilahirkan. Karena itu sebaiknya bayi dengan toksoplasmosis
kongenital diberi pengobatan selama tahun pertama umurnya dan kemudian
secara teratur diamati kesehatannya.
143
lain kecuali penularan dari ibu ke janin pada masa kehamilan, melalui
transfusi darah atau melalui transplantasi organ. Ayah yang sedang menderita
toksoplasmosis tidak menularkan penyakitnya pada ibu atau pada bayi.
Apa yang harus saya lakukan agar infeksi tokso yang tidak aktif
tidak berkembang menjadi aktif?
Tindakan paling pnting yang harus dilakukan adalah merawat infeksi
HIV dengan baik.pengobatan antivirus harus terus dilakukan sesuai petunjuk
dokter. Jika terjadi masalah dalam penggunaan obat antivirus segera
konsultasikan dengan dokter. Toxoplasma baru akan menginfeksi penderita
dengan HIV jika angka CD4 kurang dari 100. Sebaiknya setiap orang yang
diperiksa untuk HIV juga diperiksa terhadap infeksi toksoplasma.
Jika seseorang menderita infeksi toksoplasmosis dengan angka CD$ kurang
dari 100 biasanya akan dibedrikan TMP-SMX untuk mencegah toksoplasmosis
atau obat lain jika penderita tidak tahan TMP-SMX.
144
DAFTAR PUSTAKA
145
Akanmu A S., V O Osunkalu, J N Ofomah, F O Olowoselu, Pattern of
demographic risk factors in the seroprevalence of anti-
toxoplasma gondii antibodies in HIV infected patients at the
Lagos University Teaching Hospital. Nig Q J Hosp Med. ;20
(1):1-4
Bowie W R., King AS.,Werker DH.,Isaac-Renton JL., Bell A., EnqSB., Marion
SA. 1977. Outbreak of toxoplasmosis associated with municipal dringking
water. Lancet,19; 350(9072):173-7.
146
Centers for Disease Control and Prevention.2010. Toxoplasmosis: Pregnant
Woman,FAQ. http://www.cdc.gov/toxoplasmosis/pregnant
Centers for Disease Control and Prevention. 1999. Food-Related Illness and
Death in the United States, Emerging Infectious Diseases, Vol. 5, No. 5, 1999
Cohen J., G.William G., T. David and WA. Petri. 2009. Stanford University
School of Medicine.
http://www.stanford.edu/group/parasites/-/Toxoplasmosis/treatment.html
147
Dard N L., B Bouteille, M Pestre-Alexandre, 1992.Isoenzyme analysis of 35
Toxoplasma gondii isolates and the biological and epidemiological
implications. J Parasitol. 1992 Oct ;78 (5):786-94.
Dubey JP, Beattie CP: Toxoplasmosis of Animals and Man. CRC Press, Boca
Raton, FL, 1988
Esquire KK. and Bailey ME. Toxoplasma gondii, Parasites and Pestilence,
http://www.stanford.edu/class/humbio153/SuccessfulParasite/Background
148
in the rural zone Jauguapit (Paran) Brazil . Rev Panam Salud Publica.
Sep;6(3):157-63.
McGill.2008.Toxoplasma taxonomy.
http://www.medicine.mcgill.ca/tropmed/Medstudent/lecture3
toxoplasma
149
Mac Knight KT, Robinson HW.1992. Epidemiologic studies on human and
feline toxoplasmosis. J Hyg Epidemiol Microbiol Immunol. 1992;36(1):37-47.
Mohraz M., Farhad Mehrkhani, Sara Jam, Seyed Ahmad Seyedalinaghi, Duman
Sabzvari, Fatemeh Fattahi, Hossain Jabbari, Mahboubeh Hajiabdolbaghi,2011.
Seroprevalence of Toxoplasmosis in HIV+/AIDS Patients in Iran. Acta Med
Iran. 2011 Apr 21713730 ;49 (4):213-8
150
Nissapatorn V., Teoh Hoe Leong, Rogan Lee, Init-Ithoi, Jamaiah Ibrahim, Tan
Si Yen. 2011. Sero epidemiology of toxoplasmosis in renal patients.
Southeast Asian J Trop Med Public Health. 42 (2):237-47
Pinard J., NS Leslie, and P.Irvine, 2003. Maternal Serologic Screening for
Toxoplasmosis: Screening and Diagnosis of Toxoplasmosis in Pregnancy
Shuhong Li, Liming Cui, Jixue Zhao, Pei Dai, Shan Zong, Wenjing Zuo, Chen
Chen, Hongtao Jin, Hongwei Gao, Quan Liu,2011. Seroprevalence of
Toxoplasma gondii infection in female sterility patients in China. J Parasitol.
2011 Jun ;97 (3):529-30
151
TenterA M., A R Heckeroth, L M Weiss W R Bowie, A S King, D H Werker, J
L Isaac-Renton, A Bell, S B Eng, S A Marion 1997.Outbreak of toxoplasmosis
associated with municipal drinking water. The BC Toxoplasma Investigation
Team. Lancet. 1997 Jul 19;350 (9072):173-7.
152
URL: http://aapredbook.aappublications.org/cgi/figsearch)
Hepatosplenomegali , Congenital Toxoplasmosis.
URL: http://www.infonet-biovision.org/default/ct/670/animalDiseases)
Microopthalmia
Wallon, L King, V Goulet, Toxosurv network and National Reference Centre for
Toxoplasmosis Handbook of ocular disease management
(URL: ( http://cms.revoptom.com/handbook)
153
WHEC.2009. Guideliness for healthcare providers. Womans Health and
Education Center, 3 September 2009.
Yue Xiao; Jigang Yin; Ning Jiang; Mei Xiang; Lili Hao; Huijun Lu; Hong Sang;
Xianying Liu; Huiji Xu; Johan Ankarklev; Johan Lindh; Qijun Chen ,
2010 . Seroepidemiology of human Toxoplasma gondii infection in
China. BMC Infectious Diseases;2010, Vol. 10 Issue 1.
GLOSARIUM
154
Acquired, Dapatan. Suatu keadaan yang tidak dijumpai pada saat kelahiran
tetapi terbentuk beberapa waktu kemudian. Dalam ilmu kedokteran acquired
dapat berarti baru atau ditambahkan sehingga pengertian acquired berarti
juga tidak diturunkan secara genetik dan tidak terlihat pada waktu lahir.
155
Blindness, Kebutaan. Tidak dapat melihat. Kebutaan dapat berlangsung
sementara atau bersifat permanen (tetap). Kebutaan dapat terjadi akibat
kerusakan mata, kerusakan saraf mata, atau kerusakan jaringan otak
Brain, Otak. Bagian dari sistem saraf pusat yang terletak di dalam tulang
tengkorak kepala (kranium). Otak berperan sebagai pusat penerima, pengatur
dan penyebar informasi bagi tubuh. Otak mempunyai dua belahan atau
hemisfer, kiri dan kanan.
Cancer, Kanker. Pertumbuhan tidak normal dari suatu sel yang cenderung
tidak terkendali, dan kadang-kadang juga menyebar (metastasis).
CDC. CDC (The Centers for Disease Control and Prevention), Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, bagian dari the U.S. Public Health
Services (PHS) di bawah Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan
Amerika Serikat ( the Department of Health and Human Services).
Cell, Sel. Unit dasar struktural dan fungsional makhluk hidup. Setiap sel
mengandung bahan kimia dan air yang terbungkus oleh suatu selaput .
Cervical, Leher.
156
ke struktur mata lainnya.
157
penderita akan sembuh dalam waktu 1-2 minggu , tetapi sebagian kecil
lainnya penyakit penderita menjadi lebih berat atau meninggal dunia karena
terjadinya komplikasi, misalnya berupa pneumonia. Flu dapat dicegah dengan
vaksinasi untuk menurunkan angka kesakitan maupun kematian penderita.
Folinic acid, Asam folinik. Bentuk aktif dari asam folat di dalam badan. Lihat:
Leucovorin .
Giardiasis. Infeksi dengan Giardia lamblia, suatu protozoa usus yang dapat
menimbulkan diare dan gangguan pencernaan .
158
yang digunakan pada waktu melakukan transplantasi atau cangkok sumsum
tulang atau cangkok organ untuk mencegah penolakan atau rejeksi terhadap
organ yang dicangkokkan (transplant).
Jaundice, Jaundis. Warna kuning pada kulit dan sklera (bagian putih mata)
akibat meningkatnya kadar bilirubin pigmen empedu di dalam darah.
Leucovorin, Leukovorin. Asam folinik, bentuk aktif dari asam folat ( folic
acid). Leukovorin yang disebut juga sebagai faktor citroforum dan wellcovorin
merupakan antidot untuk melindungi sel normal dari pengaruh penggunaan
dosis tinggi obat anti kanker metotreksat dan meningkatkan efek antitumor
dari fluorourasil dan tegafur-urasil. Leukovorin juga dapat digunakan untuk
mencegah dan mengobati anemia akibat defisiensi asam folat.
Liver, Hati. Organ tubuh yang terletak di abdomen bagian atas yang
berperan dalam proses pencernaan makanan dan membuang sisa
metabolisme dan sel-sel rusak yang ada di dalam darah. Hati merupakan
159
organ padat yang terbesar dengan berat sekitar 1,6 kg dengan ukuran sekitar
20 cm x 17 cm x 12 cm.
Lymph, Limfe. Cairan bening hampir tidak berwarna yang beredar di dalam
saluran limfe dari sistem limfatik yang berperan membawa sel-sel untuk
melawan infeksi dan penyakit.
Lymph node, Simpul limfe. Masa jaringan limfatik yang berbentuk bulat atau
seperti kacang yang dibungkus oleh suatu kapsul jaringan ikat. Simpul limfe
dapat dijumpai pada sistem limfatik yang terdapat di berbagai bagian badan.
Simpul limfe menyaring cairan limfe dan menyimpan sel-sel yang dapat
menangkap sel-sel kanker dan bakteria yang beredar di dalam cairan limfe.
Simpul limfe banyak terdapat di leher, ketiak, lipat paha dan sekitar tulang
belikat (collarbone).
160
Muscle, Otot. Jaringan tubuh yang fungsi utamanya adalah sebagai sumber
kekuatan badan. Terdapat tiga tipe otot tubuh, yaitu otot rangka (skeletal
muscle) yang berfungsi untuk pergerakan rangka (ekstremitas) dan bagian
luar tubuh, otot jantung (cardiac muscle) dan otot halus (smooth muscle)
yang terdapat pada dinding arteri dan usus.
Organ. Bagian atau alat tubuh yang berdiri sendiri dan mempunyai satu atau
lebih fungsi khusus( misalnya mata, telinga, jantung, paru-paru, dan hati).
Parasite, Parasit. Suatu organisme yang hidup di dalam atau pada organisme
lain, dengan mengambil makanannya dari organisme lainnya tersebut karena
parasit tidak dapat hidup mandiri.
161
tersebut terakhir kalinya berhenti haid ( last menstrual period- LMP). Masa
kehamilan biasanya terbagi menjadi tiga trimester, yang masing-masing
berlangsung selama tiga bulan.
Retina, Retina. Lapisan kumpulan saraf yang meliputi bagian belakang mata,
menerima sinar yang masuk, menimbulkan rangsangan ( impuls) yang
menjalar sepanjang saraf optik menuju ke otak. Di dalam retina terdapat
makula (macula), suatu area kecil yang mengandung sel-sel yang peka-
cahaya, sehingga memungkinkan kita dapat melihat dengan jelas detil benda.
Spleen, Limpa. Organ yang terdapat di bagian kiri atas abdomen, di dekat
lambung. Limpa yang merupakan organ limfatik terbesar pada tubuh
manusia, memproduksi limfosit dan menyaring darah, serta merupakan
penyimpan cadangan utama darah dan berperan pula dalam menghancurkan
sel-sel darah yang sudah tua.
162
Syndrome, Sindrom. Sekumpulan tanda dan simtom atau gejala yang secara
bersama-sama merupakan petunjuk adanya penyakit atau mengarahkan
dengan kuat sedang berkembangnya suatu penyakit tertentu.
INDEKS
163
A
abortus, berdarah panas,
abortus New Zealand tipe II, berkebun,
AC/HS test, biopsi,
Afrika Utara, biri-biri,
Agglutination Test, body fluid, 36
air mendidih, bradizoit,
alat-alat masak, Bradizoit,
amniocsentesis, bradyzoite,
anergi limfosit, bronchoalveolar lavage,
anjing, bulan sabit,
anjng laut,
anoreksia, C
antibodi humoral,
anticonvulsant,
Apicomplexa, cacing tanah,
ART, cairan vitreus,
aseksual, Callithrix jacchus,
asimtomatik, CD4,
asimtomatis, cell mediated immune response,
atovacuon, CFT,
Charles Nicolle
atovakuon,
clindamycin,
avidity,
CMI,
azitromisin,
CNS toxoplasmosis,
B Complement Fixation Test,
compromised,
confusion),
babi,
Ctenodactylus gundi,
BAL,
CT-scan,
bedah jenasah,
cystozoite,
bentuk proliferatif,
164
Enzyme-linked Immunoabsorbent
Assay,
D epilepsi,
daging mentah,
darah talipusat,
daraprim,
F
Daraprim,
DAT,
FAKTOR RISIKO INFEKSI,
DAUR HIDUP TOXOPLASMA,
false results,
defisiensi G6PD.
false-positive,
deksametason,
famili Felidae,
demam,
fansidar,
desinfektan,
fase extraintestinal
Direct agglutination test,
fase intestinal,
Direct Agglutination Test,
FDA,
disseminated infection,
fecal-oral,
disseminated toxoplasmosis,
Fecal-oral,
domba,
feeding form,
domestik,
feline immunodeficiency virus,
feline leukemia virus,
E FELV,
fibrinogen,
FIV,
ekstraseluler, folic-folinic acid,
ELISA, folinic acid,
endodyogeny, formalin-fixed antigen,
endozoit, fotofobi,
endozoite,
ensefalitis,
ensefalomielitis G
enteroepitelial,
165
I
gamet betina,
gamet jantan,
IFAT,
gametogoni,
IgA,
gangguan koordinasi,
IgE,
gangguan penglihatan,
IgG,
gen B1,
IgM,
geografi,
IgM-ISAGA,
getah lambung,
Immuno Fluorescent Antibody Test,
glomerulonefritis,
immunocompromised,
imunodefisiensi,
H imunokompeten,
imunopati,
imunosupresi,
HAART,
imunosupresif,
hapusan lesi jaringan,
Indirect fluorescent antibody test,
hati,
Indirect Fluorescent Antibody Test,
helper cell,
Indirect Haemagglutination Test,
hepatitis,
infeksi in utero,
hepatosplenomegali,
infeksi laten,
herbivora,
infeksi primer,
hewan berdarah panas,
INFEKSI TOXOPLASMA,
hewan liar,
innate immunity,
hidrosefalus,
inokulasi intraperitoneal,
highly antiretroviral therapy,
insenirator,
hiperbilirubinemia,
intermediate host),
histopatologi,
intraseluler,
HIV,
janin,
HIV/AIDS,
hospes definitif,
hospes perantara,
J
166
kosmopolit,
K Kultur jaringan,
kurang matang,
L
kalsifikasi intraserebral,
kalsium leukovorin,
kambing, lahir mati,
kanguru, lalat,
karnivorisme, laminin 50
Karnivorisme, Latex Agglutination Test,
kebutaan, lektin,
kecacatan mental, letargi,
kecatatan jasmani, leukopenia,
kekebalan, leukosit,
kelemahan motorik, leukovorin.,
keluarga kucing, limfadenopati,
kemunduran mental, limpa,
kera rhesus, lingkungan yang panas dan
kernikterus, lembab,
kerusakan seluler, Lipas,
kingdom Animalia, litter box,
kista jaringan, litterbox kucing,
klindamisin,
Klindamisin, M
koma,
kongenital, macrogamonts,
konjugat, 8 makrogamon,
korioretinitis, makula,
kortikosterod, manusia,
167
marmoset, N.caninum, 35
Mastomys coucha, nekropsi, 107
MAT, nekrosis, 51
mata, Neospora caninum, 35
memelihara kucing,
mencit, O
mencuci tangan,
Mencuci tangan, obligat,
meningoensefalitis, oftalmoskop,
mikrogamon, oportunis,
mikrosefali, otak,
miositis,
mirip flu,
P
Modified Agglutination Test,
modified latex agglutination
parasitemia,
test),
paru
monensin,
pasteurisasi,
mononukleosis,
PATOFISIOLOGI,
MRI,
PCR,
multimammate rat,
pekerja abattoir,
pembesaran kelenja limfe,
N pembesaran limpa,
pemotongan hewan,
Pencemaran air dan tanah,
168
Penghitungan sel CD4, rodensia
penjual daging, Romanowsky,
penyakit autoimun,
penyakit Hodgkin, S
pepsin,
pepsin-HCl,
S.neurona,
periode prepaten,
Sabin-feldman dye test,
perlengkapan dapur,
Sabin-Feldman dye test,
pirimetamin,
Sabin-Feldman Dye Test,
Pirimetamin,
SAG1,
Pirimetamin - dapson,
sapi,
plasenta,
Sarcocystis,
pneumonia,
Sarcocystis neurona,
polymerase chain reaction,
sarung tangan,
positif palsu,
SEJARAH TOKSOPLASMOSIS,
posmortem,
seksual,
prenatal,
sel CD4,
prepaten,
sel imun limfoid,
pseudokista,
sel-sel epitel usus,
Sel-T,
R
seroepidemiologi,
serokonversi,
radiografi,
seronegatif,
real-time PCR,
seropositif,
reproduksi,
seroprevalensi,
Reseptor sel hospes,
severity,
respon imun humoral,
SINOPSIS,
Rest time,
sistozoit,
retikuloendotel,
skin rash,
retinitis,
skizogoni,
retinochorioiditis,
specifik immunity
retinokoroiditis,
169
spiramisin, tissue cysts,
Spiramisin, Toksoplasmosis,
spiramycin, toksoplasmosis dapatan,
sporocysts, toksoplasmosis kongenital,
sporokista, toksoplasmosis mata,
sporozite, toksoplasmosis saraf,
sporozoit Toksoplasmosis uveitis,
Sporozoit, toksoplasmosis viseral,
sporozoite, toltrazuril,
stadium infektif, Toxocara cati,
steroid sistemik, Toxoplasma gondii,
strain RH, Toxoplasma Serological Profile,
stupor, Toxoplasmidae,
subklinis, tranfusi darah,
sulfadiazin, sulfametoksasol, tranplantasi organ,
sulfonamid, transplantasi jantung,
Sulfonamid, transplantasi organ,
sumsum tulang, transplasental,
trimester ketiga,
trimester pertama,
T trimetoprim,
Trimetoprim-sulfametoksasol,
tripsin,
T.cati, trofozoit,
T.gondii, trombositopenia,
tachyzoite, trophozoite,
takizoit TSP,
Takizoit
TAKSONOMI, U
telur ayam,
tikus, uji serologi,
tinja kucing, ultrasonografi,
170
unggas, Virulensi strain,
unsporulated oocysts,
USDA, W
uterus,
Wellcovorin,
V
Z
vakuol parasitoforus, zigot,
vegetarian, zoonosis,
vektor mekanik, zygote,
Virulensi parasit,
171