Anda di halaman 1dari 32

Total Plate Count (TPC)

Prinsip dari metode hitungan cawan atau Total Plate Count (TPC) adalah menumbuhkan sel
mikroorganisme yang masih hidup pada media agar, sehingga mikroorganisme akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa
menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan metode yang paling sensitif untuk menentukan
jumlah mikroorganisme.Dengan metode ini, kita dapat menghitung sel yang masih hidup,
menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam media tersebut serta dapat mengisolasi dan
mengidentifikasi jenis koloni mikroba tersebut.
Pada metode ini, teknik pengenceran merupakan hal yang harus dikuasai.Sebelum
mikroorganisme ditumbuhkan dalam media, terlebih dahulu dilakukan pengenceran sampel
menggunakan larutan fisiologis.Tujuan dari pengenceran sampel yaitu mengurangi jumlah
kandungan mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah
mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan perhitungan yang tepat.Pengenceran
memudahkan dalam perhitungan koloni (Fardiaz, 1993). Menurut Waluyo (2005), tahapan
pengenceran dimulai dari membuat larutan sampel sebanyak 10 ml (campuran 1 ml/1gr sampel
dengan 9 ml larutan fisiologis). Dari larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan masukkan
kedalam 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-2. Dari pengenceran 10-2
diambil lagi 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan fisiologis sehingga
didapatkan pengenceran 10-3, begitu seterusnya sampai mencapai pengenceran yang kita
harapkan.Secara keseluruhan, tahap pengenceran dijelaskan dalam gambar berikut ini.

Teknik pengenceran Sampel


Setelah dilakukan pengenceran, kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng
agar.Setelah diinkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan diamati dan dihitung.Koloni
merupakan sekumpulan mikroorganisme yang memiliki kesamaan sifat seperti bentuk, susunan,
permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di
permukaan medium adalah sebagai berikut:

 Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya berupa satu titik, namun ada pula yang
melebar sampai menutup permukaan medium.
 Bentuk. Ada koloni yang bulat dan memanjang. Ada yang tepinya rata dan tidak rata.
 Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata dengan permukaan medium, ada pula yang
timbul diatas permukaan medium.
 Halus kasarnya pemukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang
permukaannya kasar dan tidak rata.
 Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat da nada yang
permukaannya suram.
 Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.
 Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lender, ada yang keras dan kering.

Selanjutnya perhitungan dilakukan terhadap cawan petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-
300.Perhitungan Total Plate Countdinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan
dikalikan faktor pengencer.
Keuntungan dari metode TPC adalah dapat mengetahui jumlah mikroba yang dominan.
Keuntungan lainnya dapat diketahui adanya mikroba jenis lain yang terdapat dalam
contoh.Adapun kelemahan dari metode ini adalah:

 Memungkinkan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba, seperti pada
mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel.
 Memungkinkan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya.
Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan jenis
media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi.
 Memungkinkan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di seluruh permukaan
media,sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan mikroba lain
tersebut tidak terhitung.
 Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara 30 –
300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan penghitungan
yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan
hal yang sama karena terjadi persaingan diantara koloni.
 Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang umumnya
membutuhkan waktu 24 jam atau lebih.

Uji Total Plate Count menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat
diamati secara visual dan dihitung. Sebelum diuji di media padat, sampel terlebih dahulu harus
diencerkan. Pengenceran sampel dilakukan terhadap sediaan yang akan didentifikasi kemudian
ditanam pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada lempeng agar
dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai.Perhitungan dilakukan terhadap petri
dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300.Total Plate Countdinyatakan sebagai jumlah koloni
bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengencer.
Teknik pengenceran sampel dilakukan pada metode cawantuang (pour plate). Pada metode
tuang, sejumlah sampel dari hasil pengenceran sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam cawan petri,
kemudian ditambahkan media yang telah disterilkan sebanyak 15-20 ml. Kemudian cawan petri
digoyang agar media dan sampel tercampur rata dan biarkan memadat. Hal ini akan
menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan media yang kaya oksigen, tetapi ada
pula yang tumbuh didalam media yang tidak begitu banyak mengandung oksigen. Secara
keseluruhan tahap dalam metode cawan tuang (pour plate) ini dijelaskan pada gambar berikut.

Proses inokulasi bakteri, penuangan media dan penghomogenan larutan


Sementara pada metode lainnya yaitu metode goresan, proses penanaman bakteri hanya
dilakukan di permukaan bakteri saja.Teknik ini menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi
dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh dengan latihan.
Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Tetapi kelemahan metode
ini adalah bakteri-bakteri anaerob tidak dapat tumbuh, karena goresan hanya dilakukan di
permukaan media saja.

Pertumbuhan bakteri pada metode Spread plate dan Pour plate

Pada gambar diatas dapat anda lihat bahwa pada metode goresan atau spread plate, bakteri hanya
tumbuh pada permkaan media yang digores saja, sementara pada metode cawan tuang atau pour
plate, bakteri tumbuh tidak hanya di permukaan media saja tetapi diseluruh bagian media.
Dalam melakukan teknik goresan harus memperhatikan beberapa hal berikut ini, antara lain:
1. Gunakan jarum ose yang telah dingin untuk menggores permukaan lempengan media.
Jarum ose yang masih panas akan mematikan mikroorganisme sehingga tidak terlihat
adanya pertumbuhan mikroorganisme di bekas goresan.
2. Sewaktu menggores, jarum ose dibiarkan meluncur diatas permukaan lempengan. Media
agar yang luka akan mengganggu pertumbuhan mikroorganisme, sehingga sulit diperoleh
koloni yang terpisah.
3. Jarum ose harus dipijarkan kembali setelah menggores suatu daerah, hal ini dengan
tujuan mematikan mikroorganisme yang melekat pada mata jarum ose dan mencegah
kontaminasi pada penggoresan berikutnya.
4. Menggunakan tutup cawan petri untuk melindungi permukaan supaya terhindar dari
kontaminasi.
5. Membalikkan lempengan media agar untuk mencegah air kondensasi jatuh diatas
pemukaan media.

Ada beberapa teknik penggesekan, yaitu

1. Goresan T

 Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan huruf T pada bagian luar cawan petri.
 Inokulasikan daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung.
 Panaskan mata jarum ose dan biarkan dingin kembali.
 Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan penggoresan pada daerah II
 Ulangi prosedur diatas untuk melakukan penggoresan untuk daerah III

Goresan T kuadran 3
2. Goresan Kuadran, teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan agar dibagi menjadi 4
Goresan T kuadran 4

3. Goresan Radian

 Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan.


 Pijarkan mata jarum ose dan dinginkan kembali
 Putar lempengan agar 90 derajat dan buat goresan terputus diatas goresan sebelumnya

4. Goresan Sinambung

 Ambil satu mata ose suspense dan goreskan setengah permukaan lempengan agar
 Jangan pijarkan ose, putar lempengan 180 derajat, gunakan sisi mata ose yang sama dan
gores pada sisa permukaan lempengan agar.

Goresan Sinambung

Perhitungan Koloni Bakteri

Untuk melaporkan analisis mikrobiologi digunakan suatu standar yang disebut “Standard Plate
Count” yang menjelaskam cara menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada
untuk menghitung jumlah koloni dalam suatu contoh. Cara menghitung koloni pada cawan harus
memperhatikan hal-hal berikut ini :

 Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 25
sampai 250.
 Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang
besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni.
 Suatu deretan atau rantai koloni yang terlihat seperti suatu garis tebal dihitung sebagai
satu koloni.

Sedangkan data yang dilaporkan sebagai Standard Plate Count (SPC) harus mengikuti peraturan
sebagai berikut (SNI 01-2897-1992):

 Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25-
250 koloni.

Contoh:
Pengenceran Cawan I Cawan II Keterangan
10-2 150 350 Yang memenuhi syarat
perhitungan adalah
cawan 1
10-3 20 35 Yang memenuhi
syarat perhitungan adalah
cawan II
Jumlah koloni rata-rata Jumlahkedua cawan yang memenuhi syarat dikalikan dengan faktor
pengencerannya.

Perhitungan Total Plate Countadalah :


(150 x 1/10-2) + (25 x 1/10-3) =(150 x 102) + (25 x 103)
2 2
= 15.000 + 25.000 =20.000
2
Maka jumlah koloni dalam 1 ml adalah 20.000 cfu/ml

 Bila salah satu dari cawan petri menunjukkan jumlah koloni ≤25 atau ≥250 maka
hitunglah jumlah rata-rata koloni, kemudian dikalikan dengan faktor pengencerannya .

Contoh :
Pengenceran Cawan I Cawan II Jumlah Koloni Rata-Rata
10-2 200 300 =(200 + 300) x 10-2
2
= 250 x 10-2
10-3 15 25 = (15 + 25) x 10-3
2
= 20 x 10-3

Perhitungan Total Plate Count adalah :


= (250 x 1/10-2) + (20 x 1/10-3) = (250 x 102) + (20 x 103)
2 2
= 25.000 + 20.000
2
= 22.500
Maka jumlah koloni dalam 1 ml adalah 22.500 cfu/ml

 Bila cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah
koloni antara 25-250  hitunglah jumlah koloni dari masing-masing tingkat
pengenceran, dikalikan dengan faktor pengencerannya dan rata-rata jumlah koloni dari
kedua pengenceran tersebut.

Contoh:
Pengenceran Cawan I Cawan II Jumlah Koloni Rata-rata
10-2 215 225 = (215 + 225) x 10-2
2
= 220 x 10-2
10-3 55 45 = (55 + 45) x 10-3
2
= 50 x 10-3
PerhitunganTotal Plate Countadalah :
= (220 x 1/10-2) + (50 x 1/10-3) = (220 x 102) + (50 x 103)
2 2
= 22.000 + 50.000
2
= 36.000
Maka jumlah koloni dalam 1 ml adalah 36.000 cfu/ml

 Bila hasil perhitungan diatas, pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi diperoleh
jumlah koloni rata-rata ≥2kali jumlah koloni rata-rata pengenceran dibawahnya, maka
dipilih tingkat pengenceran yang lebih rendah.

 Bila tidak satupun koloni tumbuh dalam cawan, maka Total Plate Count dinyatakan
sebagai <1 dikalikan faktor pengenceran terendah.

 Jika seluruh cawan menunjukkan jumlah koloni ≥250, dipilih cawan dari tingkat
pengenceran tertinggi kemudian dibagi menjadi beberapa bagian atau sector (2,4, atau 8)
dan dihitung jumlah koloni dari satu sektor
Selanjutnya ,Total Plate Count didapatkan dari hasil jumlah koloni dikalikan dengan jumlah
sektor, kemudian dihitung rata-rata dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran .
Contoh:
Jumlah sektor : 4
Pengenceran Cawan I Cawan II Jumlah Koloni
Rata-rata
10-2 Jumlah koloni  Jumlah koloni  500 x 102
100 x 4= 400 150 x 4 = 600
10-3 Jumlah koloni  Jumlah koloni  750 x 103
175 x 4 = 700 200 x 4 = 800

PerhitunganTotal Plate Countadalah :


= (500 x 1/10-2) + (750 x 1/10-3) = (500 x 102) + (750 x 103)
2 2
= 50.000 + 750.000
2
= 400.000 = 40 x 104
Maka jumlah koloni dalam 1 ml adalah 40 x 104cfu/ml

Cara Menghitung dan Membulatkan Angka

Dalam melaporkan jumlah koloni atau jumlah koloni perkiraan hanya 2 angka penting yang
digunakan, yaitu angka yang pertama dan kedua. Pembulatan angka keatas dengan cara
menaikkan angka kedua menjadi angka yang lebih tinggi jika angka ketika adalah 6,7,8,atau 9.
Gunakanlah angka 0 pada masing-masing angka pada digit berikutnya. Pembulatan angka
kebawah bila angka ketiga adalah 1,2,3, atau 4. Bila angka ketiga adalah angka 5, maka
bulatkanlah keatas jika angka kedua merupakan bilangan ganjil atau bulatkan kebawah bila
angka kedua merupakan bilangan genap.
2…………………………

INFEKSI TERSERING PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KENCING DI


LABORATORIUM KLINIKA SURABAYA

Oleh
Muhammad Adib
Dosen Analis Kesehatan Akademi Analis Kesehatan Malang

INTISARI

Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah berkembangnya mikroorganisme didalam saluran kemih (
mulai dari ginjal sampai urethra ) yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih bisa disebabkan oleh bakteri, virus atau mikroorganisme lain,
tetapi sebagian besar infeksi saluran kemih ini disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli (sekitar
80%).
Rancangan penelitihan yang digunakan dalam penelitihan ini adalah deskriptif. Pengambilan data yang
dilakukan secara menyeluruh terhadap semua contoh air kemih yang dikerjakan di Laboratorium Klinika
Surabaya yang dicurigai menderita infeksi saluran kemih, pada bulan Januari sampai bulan Oktober 2011
. Adapun jumlah contoh air kemih yang dikerjakan di Laboratorium ini adalah 67 contoh air kemih laki –
laki dan 90 contoh air kemih wanita.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bakteri tersering penyebab infeksi saluran kemih di
Laboratorium Klinika Surabaya selama periode januari - Oktober 2011 adalah Escherichia coli, yaitu
sebesar 59%, diurutan kedua Enterobacter aerogenes yaitu sebesar 24.8%, sedangkan diurutan yang
ketiga dan keempat, secara berturut – turut dihuni oleh Staphylococcus epidermidis sebesar 14.3%, dan
Pseudomonas sebesar 1,9%.
Kata kunci: Infeksi saluran kemih, bakteri, Escherichia coli

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Infeksi saluran kemih ( ISK ) adalah berkembangnya mikroorganisme didalam saluran kemih (
mulai dari ginjal sampai urethra ) yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain .
Secara mikrobiologis dikatakan infeksi saluran kemih jika ditemukan mikroorganisme pathogen
didalam air kemih, uretra, kandung kemih, ginjal dan prostate. Pada kebanyakan kasus, pertumbuhan
organisme lebih dari 105 permililiter sampel urin porsi tengah yang dikumpulkan secara benar dan bersih,
menunjukkan adanya infeksi. Infeksi saluran kemih ini bisa menyerang siapa saja baik itu pria maupun
wanita dengan gejala dan tanda klinis yang berbeda. Adapun gejala – gejala dan tanda klinis yang lazim
ditemukan pada penderita infeksi saluran kemih ini adalah disuria, polakisuria, dan bakteriuria. Namun
gejala dan tanda klinis ini tidak dapat dipercayai dalam lokalisasi infeksi. Infeksi saluran kemih bisa
disebabkan oleh bakteri, virus atau mikroorganisme lain, tetapi sebagian besar infeksi saluran kemih ini
disebabkan oleh bakteri terutama Escherichia coli ( sekitar 80%). Sedangkan Proteus, Klebsiella, dan
kadang Enterobacter berperan pada sebagian kecil infeksi ringan. (STAMN, 1999)
Untuk mendiagnosa dini infeksi saluran kemih tidak bisa hanya didasarkan atas gejala dan tanda
klinis infeksi itu sendiri, karena gejala dan tanda klinis bukan merupakan hal yang mutlak oleh karena itu
perlu adanya pemeriksaan dalam membuktikan adanya mikroorganisme didalam saluran kemih yaitu
dengan biakan air kemih. Namun biakan air kemih itu harus dapat disingkirkan dari bakteri pencemar.
Laboratorium Klinika Surabaya melakukan pemeriksaan bakteriologis dalam mendiagnosa dini infeksi
saluran kemih. Sehingga kita sebagai tenaga medis bisa mengetahui bakteri apakah yang terkandung
dalam contoh air kemih tersebut yang diduga menjadi penyebab infeksi saluran kemih. Selain itu pihak –
pihak lain yang terkait dalam masalah ini juga bisa menunjukkan tindakan apakah yang pantas dalam
pengobatan dan pencegahan infeksi tersebut.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bakteri apakah yang menjadi penyebab infeksi saluran
kemih dilaboratorium Klinika Surabaya periode Januari – Oktober 2011 ?

Tinjauan Pustaka
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah berkembangnya mikroorganisme didalam saluran kemih
(mulai dari ginjal sampai urethra) yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain (Rahardjo,1999).
Epidemiologi
Prevalensi infeksi saluran kemih bervariasi tergantung klasifikasi kliniknya. Tetapi, pada
umumnya prevalensi infeksi saluran kemih pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan laki – laki
dengan berbagai alasan. Prevalensi pada wanita meningkat sejalan dengan bertambahnya usia dan akan
mencapai 10 % pada usia lanjut. Aktivitas sek dan kehamilan meningkatkan resiko infeksi saluran kemih
pada wanita. Prevalensi pada laki – laki meningkat sehubungan dengan meningkatnya keluhan prostat. Di
Indonesia didapatkan angka prevalensi tinggi. Sardjito pada tahun 1985 mendapatkan bakteri
asimptomatik ( tak bergejala) pada 3,3 % pada balita yang terdiri dari 1 – 3,7 % wanita dan 0,3 – 2,1 %
laki – laki , sedangkan Barmawi Hisyam mendapatkan 15,4 % pada pelajar wanita dan 5 % pada pelajar
laki – laki.
Pada penelitian Pranawa tahun 1987, didapatkan bakteriuri asimptomatik (tak bergejala) pada
kehamilan sejumlah 10,7 % . Sementara pada awal 1997 diruangan penyakit dalam dijumpai infeksi
kateter menetap, angka ini lebih rendah dari yang didapatkan Hernomo Kusumobroto di tahun 1984 yaitu
sebesar 57,5 % (Pranawa, 2002).
Etiologi
Banyak macam mikroorganisme yang dapat menginfeksi saluran kemih, tapi sejauh ini agen yang
paling umum adalah bakteri golongan batang Gram negative yang dalam keadaan normal bertempat
tinggal didalam traktus digestifus (saluran pencernaan). Walaupun beberapa penelitian menunjukkan hasil
yang berbeda tetapi pada umumnya hasil penelitian menunjukkan bahwa 90 % penyebab tersering infeksi
saluran kemih adalah Escherichia coli. Bakteri batang Gram negative lainnya seperti Proteus, Klebsielle,
dan kadang Enterobacter berperan pada sebagian kecil infeksi ringan. (Widodo, 2004).
Kokus Gram positif memainkan peran yang lebih kecil pada infeksi saluran kemih. Namun
Staphylococcus suprophyticus menyebabkan 10 – 15 infeksi saluran kemih simptomatik (bergejala) pada
wanita muda. Enterococcus dan Staphylococcus aureus menyebabkan infeksi pada pasien dengan batu
ginjal. (STAMN, 1999)
Patogenesis
Dua jalur utama terjadinya infeksi saluran kemih ialah hematogen dan asending, tetapi dari kedua cara ini
asendinglah yang paling sering terjadi
1. Infeksi Hematogen
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tubuh yang rendah, karena
menderita penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapatkan imunosupresif. Penyebaran
hematogen juga bisa timbul akibat adanya focus infeksi disalah satu tempat. Misalnya infeksi
Staphylococcus aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari focus infeksi tulang,
kulit, endotel, atau ditempat lain. Salmonella, Pseudomonas, dan Proteus termasuk jenis bakteri yang
dapat menyebar secara hematogen, sedangkan Escherichia coli jarang ada di infeksi hematogen.
Walaupun jarang terjadi, penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang
berat, misalnya infeksi Staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginja
2. Infeksi Asending
a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung organisme kecuali pada bagian distral
uretra yang biasanya dihuni oleh bakteri normal kulit.
Disamping bakteri flora normal kulit, pada wanita daerah 1/3 bagian distral uretra ini banyak dihuni
bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat tersebut. Bakteri penghuni
terbanyak pada daerah tersebut adalah Escherichia coli.
Karena peran factor predisposisi maka kolonisasi Escherichia coli pada wanita didaerah tersebut
diduga karena :
1) . Adanya perubahan flora normal didaerah perineum.
2) . Berkurangnya antibody local
3) . Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel pada wanita.
b. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih.
Proses masuknya mikroorganisme kedalam kandung kemih dipengaruhi oleh beberapa factor,
antara lain :
1). Faktor anatomi
Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak pada wanita dari pada laki – laki, hal ini disebabkan
oleh bentuk anatomi uretra pada wanita lebih pendek dan terletak dekat anus.
2). Faktor tekanan air kemih pada waktu buang air kecil
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu buang air kecil karena tekanan air kemih. Dan
selama buang air kecil terjadi refluks kedalam kandung kemih setelah pengeluaran air kemih
3). Faktor lain
Misal kebersihan alat kelamin bagian luar dan perubahan hormonal waktu menstruasi.
c. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal.
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarkannya infeksi dari pelvis ke korteks
karena refluks intrarenal. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya
valvula vesikoureter yang tidak berfungsi ini disebabkan karena :
1) Memendeknya bagian intravesikal ureter yang bisa terjadi secara congenital.
2) Edema mukosa ureter akibat infeksi. (TESSY, 2001 )

Klasifikasi ISK
Klasifikasi ISK menurut Stamey didasarkan terutama pada terapeutik, dan alternatif penyebab
untuk pengelolaan penderitan ISK terbagi menjadi 3 golongan :
1. Infeksi pertama
Sekitar 80% infeksi pertama disebabkan oleh Escherichia coli, sangat sensitive terhadap antimikroba, dan
menurut pengalaman dalam beberapa hari akan lenyap dengan terapi oral yang tidak mahal.
2. Bakteriuria yang tidak sembuh
Bakteriuria yang tidak sembuh menunjukkan kegagalan sterilisasi air kemih walaupun diberi terapi
antimikroba. Jika bakteriuri tidak dapat dihilangkan, infeksi saluran kemih tidak dapat dianggap sembuh,
dan infeksi yang terjadi tidak dapat diklasifikasikan sebagai kuman penyebab tersering dari bakteriuria
yang tidak sembuh selama pengobatan adalah adanya mikroorganisme yang pada mulanya resisten atau
menjadi resisten terhadap agen antimikroba yang dipilih untuk mengobati infeksi.
3. Bakteriuria kuman
Jenis bakteriuria kuman dapat ditentukan, bila bakteriuria telah sembuh selama beberapa hari dan obat
antimikroba dihentikan.

a. Bakteri menetap
Menetapnya bakteri dalam saluran kemih (misal pada batu ginjal atau prostates bakteri )
menimbulkan infeksi kuman dengan spesies yang sama. Biasanya dilakukan pembedahan untuk
menghilangkan sumber infeksi untuk mengobati infeksi kuman ini.
b. Reinfeksi
Reinfeksi ini disebabkan oleh pemasukan kembali bermacam – macam bakteri dari reservoir luar
saluran kemih. Kebanyakan infeksi kuman pada wanita adalah reinfeksi dan memerlukan profilaksis
antimikroba, bukan pembedahan . (Schaeffer, 1994)
Klasifikasi ISK menurut lokalisasi nya, terbagi menjadi 2 bagian :
1) Infeksi saluran kemih atas, meliputi ginjal dan ureter.
2) Infeksi saluran kemih bawah, meliputi buli – buli dan uretra.
Gejala infeksi saluran kemih atas dan bawah biasanya berbeda. Untuk membedakan infeksi atas dan
bawah diperlukan ter invasif maupun non invasif. Tes invasif adalah tes bakteriologi dengan membiakkan
air kemih yang diambil dari kateterisasi ureter serta bilasan kandung kemih, menurut Fairly. Tes non
invasif terdiri atas tes imunologik yaitu tes tentang adanya bakteri berselubung antibody di air kemih dan
titer antibody serum terhadap bakteri penyebab infeksi saluran kemih. Tes non invasif pemeriksaan
bakteri berselubung antibody ini pertama kali dilakukan oleh Thomas (1974) relatif mudah, dan
mempunyai nilai sensitivitas 76% dan spesifisitas 88% (Thomas dan Forland 1982 ; Rahardjo, 1990).

Gambaran Klinis
Tanda dan gejala klinis infeksi saluran kemih tidak selalu dan bahkan tidak selalu ada, yaitu pada
keadaan bakteriuri asimptomatik ( tanpa gejala). Gejala yang lazim ditemukan adalah : disuria,
polakisuria, terdesak kencing (urgeney), stranguria, tenesmus, nokturia. Sedangkan gejala yang kurang
sering ditemukan adalah Enuresis nocturnal sekunder yaitu ngompol pada orang dewasa, dan
prostatismus yaitu adanya kesulitan memulai kencing dan kurang deras arusnya. (RAHARDJO, 1990).
Manifestasi klinis menurut jenis kelaminnya, gejala yang lazim ditemukan adalah :
1. Pada wanita
a. Sistitis, dengan gejala : merasa ingin buang air kecil, demam ringan, rasanya seperti terbakar bahkan
adanya darah dalam air kemih.
b. Sindrom uretra, dengan gejala : rasa nyeri pada perut bagian bawah dan sering buang air kecil.
c. Pyelonefritis, dengan gejala : rasa nyeri pada pinggang belakang disertai demam. Walaupun jarang
terjadi, namun penyakit ini perlu diwaspadai karena bisa merusak ginjal.
2. Pada laki – laki
a. Prostatis, dengan gejala : sering buang air kecil , demam, terasa terbakar saat buang air kecil, nyeri
pinggang, dan prostate bengkak.
b. Sistitis, dengan gejala : demam ringan, sering buang air kecil, dan adanya darah dalam air kemih. Gejala
ini bisa timbul oleh karena bakteri atau obstruksi seperti pembesaran prostate.
c. Uretritis, dengan gejala : keluarnya cairan pada uretra, terasa terbakar saat buang air kecil, dan nyeri pada
penis atau uretra.
Sedangkan menurut lokalisasi terjadinya infeksi saluran kemih, gejala yang lasim ditemukan :
1) Infeksi saluran kemih bagian atas
Gejala : nyeri pinggang, demam, menggigil, mual dan muntah, hematuria makroskopis.

2) Infeksi saluran kemih bagian bawah


Gejala : sering kencing, rasa panas atau terbakar dikandung kemih, dan nyeri suprapubik. (Siregar, 2000)

Diagnosis Bakteriologis
Sebelum kita mendiagnosis adanya bakteri didalam air kemih, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu syarat bakteriologis, cara pengambilan, dan penampugan air kemih.
A. Syarat Bakteriologis
1) Sebaiknya digunakan air kemih pada pagi hari
2) Penderita sebaiknya belum mendapat terapi antibiotoka / khemoterapika .
3) Proses pengambilan harus steril
4) Air kemih harus segera diperiksa ( tidak boleh lebih dari 2 jam ). Bila terpaksa harus ditunda, simpan
dalam lemari es suhu 4 – 5 C (Suparman, 1990 )
B. Cara pengambilan dan penampungan air kemih
Air kemih pada orang sehat mulai dari ginjal sampai dengan kandung kemih adalah steril, sedangkan
pada sepertiga bagian distral uretra dapat mengandung bakteri flora normal yang sering menimbulkan
pencemaran pada air kemih. Untuk mencegah terjadinya pencemaran tersebut maka perlu diperhatikan
proses pengambilan dan penampungan air kemih penderita :
a. Metode porsi tengah
Metode ini paling praktis dan paling sederhana cara pengambilan dan pengumpulan sampel air kemih
porsi tengah pada laki – laki adalah sebagai berikut :
1. Meatus dibersihkan dengan sabun dan air. Pada laki- laki belum disirkumsisi, menarik preputium
kepangkal penis, kemudian membersihkan glands penis dengan kasa basa kemudian dengan kasa kering.
2. Air kemih pertama dibuang, kemudian menampung 5 – 10 ml air kemih berikutnya dalam tabung
tertutup steril. Pengumpulan air kemih ini tidak boleh terisi air kemih sampai tahap akhir pengeluaran air
kemih. ( Shulman, 1994 ).
Pada wanita cara pengambilan contoh air kemih menghadapi masalah khusus, karena kemungkinan
bertambahnya pencemaran lebih tinggi yang disebabkan bentuk anatomi uretra wanita. Cara pengambilan
dan penampungan contoh air kemih pada wanita :
1. Labia dibuka, kemudian melakukan pencucian dari atas depan kearah belakang dengan kasa yang
dibasahi sabun .
2. Bilas dengan air mengalir.
3. Air kemih pertama dibuang, kemudian menampung 5 – 10 ml air kemih berikutnya dalam tabung tertutup
steril. Pengumpulan air kemih ini tidak boleh terisi air kemih sampai tahap akhir pengeluaran air kemih. (
Shulman, 1994 ).
b. Metode kateterrisasi
Metode ini digunakan untuk pasien yang tidak mampu menghasilkan contoh air kemih metode porsi
tengah. Beberapa milliliter air kemih pertama dari selang kateter harus dibuang untuk mencuci bersih
organisme yang mungkin telah berada pada ujung selang kateter. Contoh air kemih dapat diperoleh dari
selang kateter indwelling yang menggunakan jarum dan spuit. Memastikan dimana jarum akan
dimasukkan. Air kemih dapat diaspirasi melalui konektor karet lunak antara selang kateter dan selang
pengumpul. ( Shulman, 1994 ).
c. Metode aspirasi suprapubis
Metode ini digunakan khusus untuk neonatus dan anak – anak kecil, dan adakalanya untuk orang
dewasa yang secara klinis dicurigai adanya peradangan saluran kemih. ( Koneman E.W., 1992 )
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan langsung dari air kemih penderita dapat dipakai untuk pemeriksaan awal adanya
bakteriuria. Bila didapatkan bakteri dalam jumlah banyak, berarti ada infeksi saluran kemih. (
HARSONO, diktat mikrobiologi II ).

Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi yang dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang
paling sering dipakai adalah : Tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali
enterococcus, mereduksi nitrat. Sensitifitas pemeriksaan ini 90,7% dan spesifisitas 99,1%.

Tes Plat – celup ( Dip-Slide )


Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempeng plastic bertangkai dimana
pada kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat khusus. Cara ini mudah dilakukan, murah dan
cukup akurat . Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui
.
Pencegahan
1) Minum banyak air setiap hari.
2) Jika anda merasa harus buang air kecil, jangan menahannya.
3) Menyeka dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri disekitar anus memasuki vagina atau uretra.
4) Membersihkan daerah kelamin sebelum melakukan hubungan seks.
5) Buang air kecil setelah hubungan seks (www.hd.co.id)

METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian untuk mengetahui bakteri penyebab tersering ISK di Laboratorium Klinika
Surabaya periode Januari – Oktober 2011
Populasi penelitian adalah semua penderita yang dicurigai menderita infeksi saluran kemih.
Sampel diambil secara menyeluruh dengan jumlah 67 contoh air kemih laki – laki , dan 90 contoh air
kemih wanita pada periode januari - Oktober 2011
Pengambilan data yang dilakukan secara menyeluruh terhadap semua contoh air kemih yang
dikerjakan di Laboratorium Klinika Surabaya yang dicurigai menderita infeksi saluran kemih, pada bulan
Januari sampai bulan Oktober 2011 . Adapun jumlah contoh air kemih yang dikerjakan di Laboratorium
ini adalah 67 contoh air kemih laki – laki dan 90 contoh air kemih wanita.
Teknik Pemeriksaan sebagai berikut: Bahan yang digunakan sebagai pemeriksaan adalah 67
contoh air kemih laki – laki dan 90 contoh air kemih wanita, yang kedua – duanya menggunakan contoh
air kemih porsi tengah.
Cara kerja untuk diagnosis bakteriologi menggunakan biakan air kemih, sedangkan tahap pemeriksaannya
meliputi 2 tahap yaitu tahap pemeriksaan kuantitatif dengan metode total plate count dan tahap
pemeriksaan kualitatif.
Teknik analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif dengan metode prosentase adapun rumus yang
digunakan adalah jumlah masing – masing kuman penyebab diprosentasekan terhadap jumlah total kuman
penyebab infeksi saluran kemih

Kerangka Kerja
Gambar 1 Kerangka Kerja Penelitian
.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Januari sampai dengan Oktober 2011 . Selama kurun waktu tersebut telah dilakukan pemeriksaan
Penelitian dilakukan selama 10 bulan, yaitu mulai bulan bakteriologi terhadap 157 sampel air kemih yang
dicurigai menderita infeksi saluran kemih yang dikirim di Laboratorium Klinika Surabaya.
Hasil isolasi dan identifikasi dari 157 sampel air kemih yang diperiksa, ditemukan jumlah kuman
lebih besar atau sama dengan seratus ribu kuman per milliliter air kemih (  105 ) sebanyak 105 atau
sekitar ( 66.8% ). Ini menandakan bahwa 105 contoh air kemih tersebut positif menderita infeksi saluran
kemih. Dan 52 contoh air kemih lainnya ( 33.2% ) dinyatakan negatif. ( table 1)

Tabel 1. Hasil pemeriksaan sampel air kemih


Jenis Kelamin Presentase
NO Nilai Laki - Laki Wanita Jumlah (%)
1. Positif 40 65 105 66.8
2. Negatif 27 25 52 33.2
Jumlah 67 90 157 100
Sumber : data diolah

Dari 105 penderita yang dinyatakan positif infeksi saluran kemih, bakteri Escherichia coli
mendominasi terjadinya infeksi ini, yaitu sebesar 59%, diurutan yang kedua dihuni oleh Enterobacter
aerogenes yaitu sebesar 24.8%, sedangkan diurutan yang ketiga dan keempat, secara berturut – turut
dihuni oleh Staphylococcus epidermidis sebesar 14.3%, dan Pseudomonas sebesar 1,9%. ( table 2)
Tabel 2. Jenis bakteri penyebab ISK
NO Jenis bakteri penyebab Jumlah Presentase (% )
1. Escherichia coli 62 59
2. Enterobacter aerogenes 26 24.8
3. Staphylococcus epidermidis 15 14.3
4. Pseudomonas 2 1.9
Jumlah 105 100
Sumber : data diolah

Jenis bakteri yang sering menjadi penyebab infeksi saluran kemih pada 20 laki – laki adalah
Escherichia coli sebesar 60%, menyusul kemudian Enterobacter aerogenes sebesar 25%, Staphylococcus
epidermidis 15% .( table 3 )

Tabel 3. Jenis bakteri penyebab ISK pada laki – laki


No Jenis bakteri penyebab Jumlah Prosentase (% )
1. Escherichia coli 24 60
2. Enterobacter aerogenes 11 27.5
3. Staphylococcus epidermidis 3 7.5
4. Pseudomonas 2 5
Jumlah 40 100
Sunber: data diolah

Sedangkan hasil identifikasi dari 35 sampel air kemih pada wanita yang dinyatakan positif infeksi
saluran kemih, didapatkan 65,7% penyebabnya adalah Escherichia coli. Untuk jenis bakteri penyebab
ISK lainnya pada wanita, yaitu : Enterobacter aerogenes sebesar 22,9% , Staphylococcus epidermidis
sebesar 8,6% dan Streptococcus faecalis 2,6%. ( table 4 )

Tabel 4. Jenis bakteri penyebab ISK pada wanita


No Jenis bakteri penyebab Jumlah Prosentase (% )
1. Escherichia coli 38 58.5
2. Enterobacter aerogenes 15 23
3. Staphylococcus epidermidis 12 18.5
Jumlah 65 100
Sumber: Data diolah

Pembahasan
Dari data yang didapatkan di Laboratorium Klinika Surabaya selama periode januari sampai
Oktober 2011 ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, diantaranya adalah Escherichia coli
yang merupakan penyebab tersering infeksi saluran kemih, yaitu sebanyak 63,6% dan wanitalah yang
mendominasi infeksi saluran kemih ini, yaitu sebesar 65,7%. Hal serupa juga pernah dilaporkan oleh
Rahardjo dan susalit dalam penelitiannya didua rumah sakit yaitu, dirumah Sakit CiptoMangunkusumo (
RSCM ) dan Rumah Sakit swasta pada tahun 1974. Di RSCM ditemukan 51,5% penyebab infeksi saluran
kemih adalah Escherichia coli sedangkan di Rumah Sakit swasta sebesar 35%. Untuk kuman lain seperti
Enterococcus aerogenes, Staphylococcus epidermidis, dan Pseudomonas jarang ditemukan pada infeksi
saluran kemih. Dari penelitihan Ni Made Mertaniasih, dkk di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSU Dr.
Soetomo Surabaya tahun 2004 penyebab tersering infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli yaitu
sebesar 39%.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan tingginya Escherichia coli yang menjadi penyebab
tersering infeksi saluran kemih, antara lain adanya antigen O yang merupakan bagian terluar dinding sel
lipopolisakarida dan terdiri dari unit berulang polisakarida. Antigen O ini tahan terhadap panasdan
alcohol. Adanya antigen K juga berpengaruh terhadap tingginya Escherichia coli sebagai penyebab
infeksi saluran kemih. Hal ini disebabkan karena antigen K menyebabkan melekatnya bakteri pada sel
epitel yang memungkinkan invasi ke system saluran air kemih.
Infeksi saluran kemih juga kerap kali terjadi pada wanita 61,9% dibandingkan dengan laki – laki
38,1% hal demikian bisa terjadi karena adanya perbedaan anatomi uretra. Uretra wanita sangat pendek
dibandingkan dengan laki – laki. Panjang uretra wanita kira – kira 3 cm dan muaranya relative terbuka
serta berdekatan dengan vagina dan anus yang banyak mengandung kuman sehingga kemungkinan kuman
masuk ke dalam saluran air kemih cukup besar. Disamping itu uretra wanita merupakan lanjutan dari
krepti – krepti yang dikelilingi oleh kelenjar – kelenjar dan 2/3 distal uretra tersebut banyak mengandung
kuman. Oleh karena itu bila ada trauma seperti pemasangan kateter maka kuman dapat terdorong masuk
kedalam kandung kemih.
Secara umum infeksi saluran kemih pada laki – laki disebabkan oleh adanya obstruksi pada uretra
baik disebabkan oleh batu maupun pembesaran prostat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bakteri tersering penyebab infeksi saluran kemih di
Laboratorium Klinika Surabaya selama periode januari - Oktober 2011 adalah Escherichia coli, yaitu
sebesar 59%, diurutan kedua Enterobacter aerogenes yaitu sebesar 24.8%, sedangkan diurutan yang
ketiga dan keempat, secara berturut – turut dihuni oleh Staphylococcus epidermidis sebesar 14.3%, dan
Pseudomonas sebesar 1,9%.

Saran
Karena kita mengetahui bakteri tersering infeksi saluran kemih adalah Escherichia coli, maka
disarankan bagi praktisi Laboratorium umtuk mengidentifikasi Escherichia coli lebih teliti dalam
mengenali bakteri ini. Misalnya, jika dalam pemeriksaan contoh air kemih ditemukan kuman berbentuk
batang Gram negatif yang dicurigai Escherichia coli, sebaiknya menggunakan media EMB ( Eosin
Methylen Blue ) karena pada media ini Escherichia coli mempunyai morfologi yang khas yaitu
memberikan warna kemilau “ metallic sheen “.
Kebersihan daerah kemaluan juga harus dijaga, karena kemungkinan besar terjadinya infeksi
saluran kemih disebabkan adanya pencemaran disekitar daerah kemaluan tersebut.
Agar para wanita tidak memakai pakaian dalam yang mengandung bahan nilon, karena bahan
tersebut dapat mempercepat pertumbuhan kuman pathogen

DAFTAR PUSTAKA

Jawetz, Melnick dan Adelberg. 1996. Mikrobiologo kedokteran. Edisi 20. EGC. Jakarta. Halaman 732-734.
Mc Kane, L dan Kendel, J.1996. Microbiology Essential and Applications. McGraw-Hill. Singapore.
Mertaniasih N.m., dkk 2004. Media IDI. Volume 29. IDI Surabaya. Halaman 22-27.
Pranawa, 2002 Naskah lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan XVII Ilmu Penyakit Dalam. FKUA Dr.
Soetomo. Surabaya. Halaman 127-129

Rahardji, J.P dan Susalit. 1990. Ilmu Penyakit Dalam . Jilid II. FKUI. Jakarta. Halaman 262-272.
Scaffer, AJ. 1994. Dasar Biologis & Klinis Penyakit Infeksi. Edisi 4. UGM. Yogyakarta. Halaman 201-208.
Siregar, P. 2000. Current Treatmen in Internal Medicine. FKUI. Jakarta. Halaman
179-184. Halaman 112-120.
Stamn, W.E. 1999. Harrison Prinsip – prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 2 (13). EGC. Jakarta. Halaman 75-
84.
Tessy, Ardaya dan Suwanto 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Mikrobiologi Kedokteran. II(3). FKUI.
Jakarta. Halaman 369-376.
Widodo,D. 2004. Bunga Rampai Penyakit Infeksi. FKUI. Jakarta. Halaman 91-102.
Winsor, DK dan Cleary, T.G. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2 (15). EGC. Jakarta . Halaman
976-979.

Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Akademi Analis Kesehatan Malang (c). Template Simple. Gambar template oleh luoman.
Diberdayakan oleh Blogger.
3……………

 Home
 About
 Disclaimer
 TOS
 Privacy Policy
 Contact

Laporan Mikrobiologi Total Plate Count


By: Affif Riskani Noor on 19:19

Laporan Mikrobiologi Total Plate Count


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang terdapat pada bahan
pemeriksaan. Cara yang paling sering digunakan adalah cara perhitungan koloni pada lempeng biakan
(plate count). Disamping itu terdapat juga atau dapat diadakan perhitungan langsung secara
mikroskopis.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah mikroba salah satunya adalah cara
menghitung langsung. Cara ini pada mulanya dilakukan dalam pemeriksaan bakteri yang dapat dalam air
susu, tetapi dapat digunakan untuk penelitian lain. Dengan cara yang terhitung adalah baik bakteri hidup
maupun mati. Sehingga dengan cara ini tidak diketahui berapa jumlah bakteri hidup, tetapi
pengerjaannya lebih cepat (Irianto, 2006).
Percobaan ini dilatarbelakangi oleh perhitungan jumlah bakteri, agar para praktikan mengetahui cara
menghitung jumlah bakteri dan tekniknya.
1.2 Tujuan

 Mengetahui prinsip perhitungan dengan Metode TPC


 Mengetahui metode dalam perhitungan mikroba
 Mengetahui tujuan pengenceran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan zat yang mutlak bagi setiap makhluk hidup. Dan kebersihan air adalah syarat
utama bagi terjaminnya kesehatan (Waluyo, 2004).

Menurut tempatnya, air dapat berada di permukaan tanah-selanjutnya air ini disebut air
permukaan, dan dapat pula berada di dalam tanah, dan selanjutnya air ini disebut air tanah. Air hujan yang
jatuh ke tanah sebagian meresap ke dalam tanah dan sebagian lain menggenang dipermukaan anah. Hal
ini bergantung pada kondisi tanah. Air hujan membawa serta mikroorganisme-mikroorganisme yang
senantiasa berhamburan di udara, lebih-lebih di udara yang mengatasi tanah yang berdebu. Setiba ditanah,
air menjadi lebih cemar lagi karena sisa-sisa makhluk hidup (sampah), kotoran dari hewan maupun
manusia, dan mungkin juga kotoran yang berasal dari pabrik-pabrik (Waluyo,
2004).

Air tanah mengandung zat-zat anorganik maupun zat-zat organik, dan oleh karena itu merupakan
tempat baik bagi kehidupan mokroorganisme. Temperatur sekitar 30o C atau lebih sedikit baik sekali bagi
kehidupan patogen yang berasal dari hewan maupun manusia. Sinar matahari, terutama sinar ultra
ungunya, memang dapat mematikan bakteri, akan tetapi daya tembus sinar ultra ungu ke dalam air tidak
seberapa (Waluyo, 2004).

Air yang mengalir deras dan bergejolak kerena menerjang batu-batuan, kurang baik bagi
kehidupan bakteri. Air sumur (hal ini bergantung kepada lingkungan) pada umumnya lebih bersih dari
pada air permukaan, karena air yang merembes ke dalam tanah itu telah tersaring oleh lapisan tanah yang
dilewatinya (Waluyo, 2004).

Pertumbuhan dapat didefinisikan secara umum yaitu sebagai pertambahan secara teratur semua
komponen di dalam sel hidup. Dengan demikian, pertumbuhan ukuran yang diakibatkan oleh
bertambahnya air atau karena penumpukan lemak, bukan merupakan pertumbuhan. Perbanyakan sel
merupakan konsekuensi pertumbuhan. Pada organisme multiseluler, (banyak sel), yang disebut
pertumbuhan adalah peningkatan jumlah sel per mikroorganisme. Pada organisme multiseluler, (ber sel
satu), pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel, yang juga berarti penambahan jumlah organisme
yang membentuk populasi atau satu biakan. Pada organisme seonostik (aseluler), selama pertumbuhan
ukuran sel menjadi besar, tetapi tidak terjadi pembelahan sel (Dwidjoseputro, 2005).

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur atau menghitung jumlah jasad renik
yaitu:

a) Perhitungan jumlah sel


 Hitungan mikroskopis
 Hitungan cawan
 MPN (most probable number)
b) Perhitungan masa sel secara langsung
 Cara volumetrik
 Cara gravimetrik
 Turbidimetri (kekeruhan)
c) Perhitungan massa sel secara tidak langsung
 Analisis komponen sel (protein, ADN, ATP, dan sebagainya)
 Analisis produk katabolisme (metabolit primer, metabolit sekunder, panas)
 Analisis konsumsi nutrien (karbon, nitrogen, oksigen, asam amino, mineral dan sebagainya)
Pada praktikum kali ini metode yang digunakan adalah metode hitungan cawan atau TPC. Prinsip
dari metode hitungan cawan adalah bila sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka
mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung, dan
kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan cara paling sensitif untuk
menentukan jumlah jasad renik, dengan alasam:
 Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung
 Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus
 Dapat digunakan untuk isolasi, dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal
dari mikroba yang mempunyai penampang spesifik (Dwidjoseputro, 2005).
Selain keuntungan-keuntungan tersebut diatas, metode hitungan cawan juga mempunyai
kelemahan sebagai berikut:

 Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel yang sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan
mungkin membentuk koloni.
 Medium dan kondisi inkubasi yang berbeda mungkin menghasilkan jumlah yang berbeda pula.
 Mukroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan membentuk koloni yang
kompak, jelas dan tidak menyebar.
 Memerlukan persiapan dan waktu inkubasi relatif lama sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung
(Dwidjoseputro, 2005).
Dalam metode hitungan cawan, bahan yang dipergunakan diperkirakan mengandung lebih dari
300 sel mikroba per ml atau per gram, memerlukan pengenceran sebelum ditumbuhkan pada medium
agar di cawan petri. Setelah diinokulasi akan terbentuk koloni dicawan petri tersebut dalam jumlah yang
dapat dihitung, dimana jumlah yang terbaik adalah diantara 30-300 koloni. Pengenceran biasanya
dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan seterusnya. Larutan yang digunakan untuk
pengenceran dapat berupa larutan buffer fosfat, 0,85% NaCl atau larutan ringer (Dwidjoseputro, 2005).

Metode hitungan cawan dibedakan atas dua cara, yakni metode tuang (pour plate), dan metode
permukaan (surface / spread plate). Pada metode tuang , sejumlah sampel (1ml atau 0,1ml) dari
pengenceran yang dikehendaki dimasukkan kecawan petri, kemudian ditambah agar-agar cair steril yang
didinginkan (47-50oC) sebanyak 15-20 ml dan digoyangkan supaya sampelnya menyebar. Pada
pemupukan dengan metode permukaan, terlebih dahulu dibuat agar cawan kemudian sebanyak 0,1 ml
sampel yang telah diencerkan dipipet pada permukaan agar-agartersebur. Kemudian diratakan dengan
batang gelas melengkung yang steril. Jumlah koloni dalam sampel dapat dihitung sebagai berikut.

(Dwidjoseputro, 2005).

Perhitungan secara tidak langsung : a) Penentuan V total, b) Turbidimetri c)Penghitungan bakteri


hidup (Irianto, 2007).

1. Perhitungan jumlah bakteri secara keseluruhan


a. Menghitung langsung secara mikroskopik
Pada cara ini dihitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil untuk digunakan kaca objek
khusus yang bergaris.
b. Menghitung dengan cara kekeruhan
Cara ini menggunakan spektropometer atau nefelometer. Dasar teknik ini adalah banyaknya cahaya yang
diabsorpsi sebanding dengan banyaknya sel bakteri pada batas –bats tertentu.
2. Perhitungan jumlah bakteri hidup
Perhitungan jumlah mikroorganisme dengan cara viable count atau disebut juga sebagai standar plate
count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh
menjadi 1 (satu) koloni setelah diinkubasikan dalam ,edia biakan dan lingkungan yang sesuai.
Perhitungan jumlah mikroorganisme hidup (viable count) adalah jumlah minimum mikroorganisme. Hal
ini disebabkan koloni yang tumbuh pada lempengan agar merupakan gambaran mikroorganisme yang
dapat tumbuh dan berbiak dalam media dan suhu inkubasi tertentu.
Dalam perhitungan mikroorganisme sering kali diperlukan pengenceran. Dilaboratorium pengenceran
dilakukan dengan botol pengenceran seperti lazimnya dilakukan pada standar plate count, namun dapat
pula menggunakan tabung (Lay, 1994).

BAB III METODE KERJA

3.1 Waktu dan Tanggal


Pratikum keenam ini melakukan percobaan tentang Perhitungan Jumlah Mikroba, yang
dilaksanakan pada Hari Rabu, 13 April 2011 pukul 10.10 – 12.00 WITA dilaboratorium Mikrobiologi dan
Bioteknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat – Alat

- Cawan petri disk


- Laminar Air Flow Cabinet
- Mikropipet
- Bluetip
- Lampu bunsen
- Digital coloni counter
- Hand tally counter
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Voertex
- Spatula
- Neraca analitik
- Erlenmeyer
- Autoclafe
- Bulpoin
- Mangkuk
- Korek
3.2.2 Bahan – Bahan

- NaCl 0,9%
- Media LBA
- Alkohol 70%
- Kertas lebel
- Tanah FKIP
- Pensil

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pengenceran Sample

1. Diambil tabung reaksi yang telah berisi NaCl 0,9 %


2. Dimasukan sample (Tanah FKIP) kedalam tabung reaksi
3. Vortex

3.3.2 Pengenceran 10-1

1. Dipanaskan pinggiran mulut tabung reaksi yang berisi sample (Tanah FKIP) + NaCl
2. Diambil secara aseptis 1 ml dengan menggunakan micropipet, masukan kedalam tabung reaksi baru
3. Divortex
4. Beri sample 10-1
3.3.3 Pengenceran 10-2
1. Dipanaskan pinggiran mulut tabung reaksi yang berisi sample 10-1
2. Diambil secara aseptis 1 ml dengan menggunakan micropipet, masukan kedalam tabung reaksi baru
3. Divortex
4. Beri sample 10-2
3.3.4 Pengenceran 10-3
1. Dipanaskan pinggiran mulut tabung reaksi yang berisi sample 10-2
2. Diambil secara aseptis 1 ml dengan menggunakan micropipet, masukan kedalam tabung reaksi baru
3. Divortex
4. Beri sample 10-3
3.3.5 Pengenceran 10-4
1. Dipanaskan pinggiran mulut tabung reaksi yang berisi sample 10-3
2. Diambil secara aseptis 1 ml dengan menggunakan micropipet, masukan kedalam tabung reaksi baru
3. Divortex
4. Beri sample 10-4
3.3.6 Pengenceran 10-5
1. Dipanaskan pinggiran mulut tabung reaksi berisi sample 10-4
2. Diambil secara aseptis 1 ml dengan menggunakan micropipet, masukan kedalam tabung reaksi baru
3. Divortex
4. Beri sample 10-5
3.3.7 Pembuatan Media LBA 10-3
1. Diambil cawan petri, panaskan pinggirannya
2. Diambil 1 ml larutan dari sample 10-3 masukan kedalam cawan petri
3. Dituang Media LBA kedalam Cawan petri
4. Homogenkan angka 8
5. Diberi sample
3.3.8 Pembuatan Media LBA 10-4
1. Diambil cawan petri, panaskan pinggirannya diatas lampu bunsen
2. Diambil 1 ml larutan dari sample 10-4 masukan kedalam cawan petri
3. Dituang Media LBA kedalam Cawan petri
4. Homogenkan angka 8
5. Diberi sample
3.3.9 Pembuatan Media LBA 10-5
1. Diambil cawan petri, panaskan pinggirannya diatas lampu bunsen
6. Diambil 1 ml larutan dari sample 10-5 masukan kedalam cawan petri
7. Dituang Media LBA kedalam Cawan petri
8. Homogenkan angka 8
2. Diberi sample
3.3.10 Perhitungan Jumlah Mikroba
1. Diambil media biakan campuran
2. Diletakan diatas digital coloni counter
3. Dihitung dengan hand tally counter dan di tandai dengan spidol koloni yang sudah dihitung
4. Dicatat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan


4.1.1 Tabel hasil perhitungan jumlah mikroba
No Pengenceran Keterangan
1 Tanah FKIP 10-3 Jumlah koloni > 300
Tidak masuk syarat perhitungan

2 Tanah FKIP 10-4 Jumlah koloni = 210

3 Tanah FKIP 10-5 Jumlah koloni = 79


4.1.1. Grafik

4.2.Perhitungan
2.2.1. Tanah FKIP 10-3
Jumlah koloni lebih dari 300
2.2.2. Tanah FKIP 10-4

2.2.3.Tanah FKIP 10-5


4.3. Pembahasan
Pada praktikum ini kita melakukan percobaan mengenai metode Total Plate Count. Pada
percobaan ini digunakan sampel tanah FKIP dimana sangat memiliki berjuta-juta bakteri, oleh karena itu
dilakukan pengenceran. Pengenceran dilakukan hingga 10-5. Pengenceran dilakukan untuk mengurang
populasi mikroba dalam cairan. Pada saat pengenceran sampel ditimbang dengan neraca analitik, agar
didapat hasil yang lebih akurat. Dalam setiap pengenceran, setelah dicampur, campuran divortex agar
dapt tercampur rata disetiap bagian, lalu pengenceran 10-3, 10-4 dan 10-5 masing-masing dituang dalam
cawan petri berbeda, kemudian dicampur dengan media LBAagar mikroba dapat tumbuh. Lalu diinkubasi
selam 24 jam, waktu selama ini merupakan waktu yang bagus, karena mikroba yang tumbuh tidak
memenuhi cawan apabila terlalu lama dan tidak terlalu sedikit apabla terlalu sebentar. Setelah diinkubasi,
kolini dihitung, koloni dihitung dengan dibantu oleh digital coloni counter. Prinsip alat ini adalah
membantu penglihatan kita dengan memperbesar menggunakan LUV dan dibantu dengan cahaya dari
bawah.

Prinsip dari metode TPC adalah bila sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium,
maka mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan
kemudian dihitung tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan cara paling sensitif untuk
menentukan jumlah jasad renik, dengan alasam :

 Hanya sel mikroba yang hidup yang dapat dihitung


 Beberapa jasad renik dapat dihitung sekaligus
 Dapat digunakan untuk isolasi, dan identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mungkin berasal
dari mikroba yang mempunyai penampang spesifik (Dwidjoseputro, 2005).
LBA (Luria Bertani Agar) dikatagorikan sebagai media yang diperkaya, karena LBA terbuat dari
garam (NaCl), pepton, yeast ekstrak dan agar. Garam berfungsi untuk menjaga keisotonisan sel bakteri
pada medium, pepton berfungsi sebagai sumber utama nutrisi dan nitrogen untuk bakteri, yeast ekstrak
berfungsi menyediakan asam amino dan vitamin yang dibutuhkan yang dibutuhkan bakteri (Waluyo,
2004).

Pada perhitungan mikroba ini dilakukan pengenceran sampel agar jumlah koloni yang tumbuh
pada cawan petri tidak terlalu banyak maupun terlalu sedikit, yaitu antara 30-300 koloni. Semakin banyak
pengenceran, maka jumlah koloni yang dihasilkan semakin sedikit.

Metode cawan tuang adalah metode yang simpel untuk menghitung mikroba, dimana sampel
yang sesuai dengan pengenceran yang akan digunakan dituang kedalam petridish dan dicampur media
LBA yang kemudia jumlah koloni cawan dihitung secara langsung.

Pada praktikum kali ini fungi dio vortex adalah ntuk menghomogenkan antara sampel dan garam
fisiologi. Kemudian perlakuan didekatkan di lampu bunsen untuk tetap berada pada udara yang steril,
kemudian setiap mulutt alat gelas yang digunakan selalu dipanaskan untuk menjaga alat dan bahan yang
digunakan tetap steril.

Dalam percobaan ini diamati bahwa jumlah koloni mikroba pada pengenceran 10-5 lebih sedikit
dan pengenceran 10-3 lebih banyak. Pada pengenceran 10-5 didapat jumlah koloni percawan sebanyak 79
koloni. Sehingga apabila dimasukkan kerumus didapat 7500000 cfu/gr bakteri. Pada pengenceran 10 -4
didapat jumlah koloni percawan sebanyak 210, sehingga jumlah koloni per gram tanah adalah 2100000
cfu/gr.

Faktor kesalahan dari percobaan ini adalah:

 Ketidak telitian dalam menghitung jumlah koloni


 Media yang digunakan sudah terlalu lama diluar, jadi media sudah agak memadat dan tidak rata ketika
dicampurkan.

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari percobaan perhitungan jumlah Mikroba ini dapat ditarik kesimpulan bahwa :

- Prinsip dari metode TPC adalah bila sel mikroba yang masih hidup ditumbuhkan pada medium, maka
mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan
dihitung tanpa menggunakan mikroskop
- Dalam percobaan kali ini metode yang digunakan adalah Metode Total Plate Count (TPC)
- Tujuan dari pengenceran adalah pada setiap sample adalah untuk memperkecil atau mengurangi jumlah
mikroba yang tersuspensi dalam cairan sehingga membantu untuk mempermudah perhitungan jumlah
mikroba

5.2. Saran
Sebaiknya pada pratikum ini pratikan tidak hanya melakukan percobaan menggunakan satu
sample saja agar pengetahuan para pratikan tidak hanya ada pada satu sample.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta


Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1. CV Yarma Widya : Bandung
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi. Universitas Muhammadiah Malang : Malang

Lihat Juga :
Laporan Mikrobiologi Peralatan dan Sterilisasi
Laporan Mikrobioloi Media Pertumbuhan Mikroba
Laporan Mikrobiologi Isolasi dan Identifikasi Dasar Mikroba
Laporan Mikrobiologi Pembuatan Biakan Murni
Laporan Mikrobiologi Total Plate Count
Laporan Mikrobiologi Pewarnaan dan Cara-cara Pewarnaan
Laporan Mikrobiologi Most Probable Number
Laporan Mikrobiologi Uji Daya Hambat Mikroba
Laporan Mikrobiologi Pengamatan Jamus Mikroskopis

Share30

No comments:

Post a Comment
Search...

Translate
Powered by Translate

Popular Posts
 Laporan Kimia Dasar I Pembuatan Larutan
 Laporan Mikrobiologi Pewarnaan dan Cara-cara Pewarnaan
 Laporan Kimia Dasar I Pemisahan dan Pemurnian
 Laporan Mikrobiologi Total Plate Count
 Laporan Kimia Dasar II Pembuatan dan Sifat-sifat Koloid

Blog Archive
 ▼ 2013 (9)
o ▼ September (9)
 Laporan Mikrobiologi Pengamatan Jamur Mikroskopis
 Laporan Mikrobiologi Uji Daya Hambat Mikroba
 Laporan Mikrobiologi Most Probable Number
 Laporan Mikrobiologi Total Plate Count
 Laporan Mikrobiologi Pewarnaan dan Cara-cara Pewar...
 Laporan Mikrobiologi Pembuatan Biakan Murni
 Laporan Mikrobiologi Isolasi dan Identifikasi Dasa...
 Laporan Mikrobioloi Media Pertumbuhan Mikroba
 Laporan Mikrobiologi Peralatan dan Sterilisasi

 ► 2012 (13)

About Me

Affif Riskani Noor

View my complete profile

Followers

About Me
Saya seseorang yang bercita-cita menjadi Process Engineer.
Labels
 Laporan Kimia Dasar I (6)
 Laporan Kimia Dasar II (7)
 Laporan Mikrobiologi (9)

Designed By Seo Blogger Templates

Anda mungkin juga menyukai