Anda di halaman 1dari 25

Dr.

Fajriati Zulfa
Etiologi
 Mikosis sistemik yang disebabkan oleh Cryptococcus
neoforman dan Cryptococcus gatii
 Cryptococcus, khamir berkapsul
 Berdasarkan biokimiawi kapsul dibagi menjadi:
 Cr. neoformans var. neoformans/serotipe D
 Cr. neoformans var. grubii/serotipe A
 Cr. gatii serotipe B dan C
 Cr. neoformans, serotipe hibrid AD
 jamur uniselular  bereproduksi secara aseksual dan
seksual.
 Bentuk aseksual  sel ragi yang berkembang biak
dengan membentuk tunas, dan merupakan bentuk yang
paling banyak ditemukan.
 Bentuk seksual atau perfect state (teleomorf) 
terbentuknya basidiospora (Filobasidiella neoformans)
sampai saat ini hanya dapat diamati di laboratorium
Distribusi geografik
 Cr. Neoforman var grubii, ditemukan di seluruh dunia
termasuk Indonesia
 Cr. Neoforman var neoforman , ditemukan di bbrp
daerah Eropa dan Afrika
 Cr. Gattii , ditemukan di Australia, California, Papua
New Guinea dan Vancouver island Canada
Ekologi Cr. neoformans
• di alam bersifat saprofit dan pada mamalia bersifat
oportunistik.
• Ditemukan secara kosmopolit
• Habitatnya 
– pada kotoran burung terutama burung merpati
(kreatinin  sumber nitrogen, asam urat & purin 
asimilasi jamur ) 1 gram kotoran merpati  lebih dari
106 sel Cr. neoformans.
– pada tanah
– beberapa jenis pohon, yaitu pink shower, november
shower (Brazil).
Faktor yg membantu pertumbuhan
Cr. neoformans
 pH (7,3-7,4),
 kelembaban tinggi (meningkatkan daya tahan dan
proliferasi jamur),
 suhu (25-37oC),
 kurangnya sinar matahari.
Virulensi Cr. neoformans
 Simpai polisakarida(virulensi utama),
 Kemampuan tumbuh pada suhu 37oC (termotoleran),
 alpha mating type,
 Kemampuan membentuk melanin,
 Produksi manitol,
 Mampu terlarut dalam cairan ekstraselular.
Patogenesis
 Port d’ entrée  Saluran pernafasan
 Cara infeksi: inhalasi(bentuk seksual /aseksual)
spora ditangkap oleh makrofag dan bertahan
intraselular. Spora yang relatif dehidrasi akan
mengalami rehidrasi dan berakibat penebalan
kapsul polisakarida
 Jamur berkolonisasi  menyebar secara hematogen
dan diseminasi limfatik ke organ lain terutama otak.
 Cryptococcus dapat menyebar ke otak (selaput otak)
diduga karena kemampuannya mensintesis melanin
dari catecholamine yang banyak terdapat pada
jaringan otak.
MANIFESTASI KLINIS
 Kriptokokosis dilaporkan dapat menginfeksi berbagai
organ yaitu SSP, kulit, paru, mata, saluran kemih, otot,
jantung, saluran cerna, kelenjar getah bening (KGB),
kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan leher.
 Tumor: kriptokokoma (imunokompeten), tumor
mediastinum
 Predileksi jamur ini pada individu imunokompromis
adalah SSP.
Gejala klinis pada paru
 Tidak khas
 Gejala yang timbul gejala klasik pneumonitis (batuk,
demam, produksi sputum dan efusi pleura)
 Sering terbentuk kriptokokoma pada paru
Kriptokokosis meningeal
 Sakit kepala yang makin lama makin hebat, muntah
dll (gejala peningkatan Tekanan Intra Kranial)
 Gangguan kesadaran
 Gangguan mental
Kriptokokosis Kulit

Tampak kelainan
berupa ulkus yang Tampak kelainan
meluas dengan batas
eritematosa dan berupa vesikel
infiltrat iregular.
Kriptokokosis pada AIDS
 Cr. Neoformans sering sebabkan kriptokokosis pada
pasien dengan imunocompromise spt HIV/AIDS
 Meningitis kelainan yang sering terjadi
 Prevalensi kriptokokosis meningeal pada AIDS
Indonesia:- Ridhawati et al, 2006; Jakarta: 21,9%.
- Ahmad et al, 2008; Bandung: 30%
Diagnosis
 Manifestasi klinis
 Laboratorium
 Patologi klinik : serologi
 Mikologi
 Histopatologi
 Radiologi
Mikologi

Pewarnaan tinta india :


Sel ragi bersimpai
Kultur

Koloni Cr. neoformans pada media ASD, berwarna putih dengan permukaan licin.
B. Koloni Cr. neoformans pada media ABS, koloni berwarna coklat tengguli.
Histopatologi
 Pulasan HE : jamur terlihat sebagai sel bulat dengan
simpai tidak terpulas
 Pulasan musikarmin : simpai terpulas warna merah
 Pulasan Gomori’s methenamine silver : jamur terlihat
berbentuk bangunan bulat/oval berwarna coklat atau
hitam
Serologi
 Uji aglutinasi lateks dan ELISA, untuk mendeteksi
antigen glucoroxyllomanan (GMX), polisakarida
penting pada simpai
 Antigen dideteksi pada bahan klinik darah, urin,
bilasan bronkus dan cairan cerebrospinal
Terapi pada pasien tanpa kelainan SSP
 Pulmonary mild to moderate kriptokokkosis
 Fluconazole: 200-400 mg/hari, 6-12 bulan
 Itraconazole: 200-400 mg/hari, 6-12 bulan
 Amphotericin B: 0.5- 1mg/kg/hari
 Gejala berat dan individu immunokompromise
diterapi seperti infeksi pada SSP
Terapi pada AIDS dengan Kriptokokosis
Meningeal
 amphotericin B (dua minggu) dilanjutkan fluconazole
 amphotericin B 0.7 -1 mg/kgBB/hari dikombinasi
dengan 5FC 150 mg /kgBB/hari, 6-10 minggu
 amphotericin B dikombinasikan dengan derivat azole
co. fluconazole, ketoconazole, itraconazole
 Lumbal punsi (LP) serial untuk menurunkan TIK yang
dikombinasikan dengan obat antifungal memberikan
hasil yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai