Tampak kelainan
berupa ulkus yang Tampak kelainan
meluas dengan batas
eritematosa dan berupa vesikel
infiltrat iregular.
Kriptokokosis pada AIDS
Cr. Neoformans sering sebabkan kriptokokosis pada
pasien dengan imunocompromise spt HIV/AIDS
Meningitis kelainan yang sering terjadi
Prevalensi kriptokokosis meningeal pada AIDS
Indonesia:- Ridhawati et al, 2006; Jakarta: 21,9%.
- Ahmad et al, 2008; Bandung: 30%
Diagnosis
Manifestasi klinis
Laboratorium
Patologi klinik : serologi
Mikologi
Histopatologi
Radiologi
Mikologi
Koloni Cr. neoformans pada media ASD, berwarna putih dengan permukaan licin.
B. Koloni Cr. neoformans pada media ABS, koloni berwarna coklat tengguli.
Histopatologi
Pulasan HE : jamur terlihat sebagai sel bulat dengan
simpai tidak terpulas
Pulasan musikarmin : simpai terpulas warna merah
Pulasan Gomori’s methenamine silver : jamur terlihat
berbentuk bangunan bulat/oval berwarna coklat atau
hitam
Serologi
Uji aglutinasi lateks dan ELISA, untuk mendeteksi
antigen glucoroxyllomanan (GMX), polisakarida
penting pada simpai
Antigen dideteksi pada bahan klinik darah, urin,
bilasan bronkus dan cairan cerebrospinal
Terapi pada pasien tanpa kelainan SSP
Pulmonary mild to moderate kriptokokkosis
Fluconazole: 200-400 mg/hari, 6-12 bulan
Itraconazole: 200-400 mg/hari, 6-12 bulan
Amphotericin B: 0.5- 1mg/kg/hari
Gejala berat dan individu immunokompromise
diterapi seperti infeksi pada SSP
Terapi pada AIDS dengan Kriptokokosis
Meningeal
amphotericin B (dua minggu) dilanjutkan fluconazole
amphotericin B 0.7 -1 mg/kgBB/hari dikombinasi
dengan 5FC 150 mg /kgBB/hari, 6-10 minggu
amphotericin B dikombinasikan dengan derivat azole
co. fluconazole, ketoconazole, itraconazole
Lumbal punsi (LP) serial untuk menurunkan TIK yang
dikombinasikan dengan obat antifungal memberikan
hasil yang optimal.