TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicothyledoneae
Ordo : Piperales
Familia : Piperaceae
Genus : Peperomia
seperti ulisiman bato (Filipina), cao hu jiao (Cina) (Hariana, 2007), sirih cina,
5
katumpangan air (Malaisya), cang cua (Vietnam), usuba sunakosho (Japan),
II.1.4 Morfologi
sedikit terlindung pada daerah yang kurang subur seperti di pinggir selokan, sela-
sela bebatuan, celah dinding yang retak, dinding yang curam, ladang dan
perkarangan. Tanaman yang berasal dari amerika tropis ini bisa di temukan dari
dataran rendah sampai 1.000 m dpl pada daerah yang tidak begitu kering
(Dalimartha, 2003).
20-40 cm. Kalau agak tinggi kadang menggantung. Batang bulat, penampang 3-5
mm, bercabang, batang dan daun banyak mengandung cairan, berwarna hijau
pucat. Daun tunggal, bertangkai, dan berseling. Helai daun lebar berbentuk seperti
panjang 1-3 cm, permukaan atas hijau pucat, bagian bawah berwarna lebih muda.
6
Bunga majemuk tersusun dalam rangkaian berbentuk bulir dengan panjang 1-6
cm, keluar dari ujung tangkai atau ketiak daun, berwarna hijau. Buah bulat, kecil-
kecil dengan diamater kurang dari 1mm, ujung runcing, tersusun seperti buah
kalsium oksalat, lemak, dan minyak atsiri (Hariana, 2015), antarkuinon, glikosida
(Abriyani, 2018), juga mengandung minyak esensial seperti carotol, dill apiole,
al., 2013).
segar yang berukuran kecil ( tingginya 7-10 cm) dengan 3 gelas air hingga tersisa
2 gelas. Minum airnya sekaligus 1 gelas selagi hangat. Di minum 2 kali sehari
7
b. Luka Bakar Dan Terpukul
c. Penyakit Ginjal
(tinggi 7-10 cm) dengan 3 gelas air hingga tersisa 2 gelas. Minum airnya selagi
hangat. Di minum 2 kali sehari dengan dosis yang sama (Hariana, 2007).
tempelkan pada pelipis. Cara lain dengan merebus 2 tanaman segar yang
berukuran kecil (tinggi 7-10 cm) dengan 3 gelas air hingga tersisa 2 gelas. Minum
e. Sakit Perut
Digunakan dengan cara di tumbuk halus herba segar, lalu peras hasil
menunjukan efek analgesik yang signifikan dan tergantung dosis. Penelitian oleh
(Wijaya dan monica, 2004) menyatakan bahwa pemberian ekstrak herba suruhan
bahwa fraksi etanol ekstrak Peperomia pellucida (L.)Kunth memiliki efek yang
8
signifikan terhadap antipiretik. Penelitian oleh (Wei et al., 2011) menyatakan
yaitu flavonoid dan saponin yang dapat memberikan efek penurunan kadar
2.4 Inflamasi
yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat
1. Rubor (Kemerahan)
9
banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kapiler-kapiler yang
sebelumnya kosong, atau mungkin hanya sebagian meregang, secara cepat terisi
penuh dengan darah. Keadaan ini di sebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan
pada awal reaksi peradangan, baik secara neurologis maupun kimiawi melalui
2. Kalor (Panas)
peradangan akut. Panas secara khas hanya merupakan reaksi peradangan yang
terjadi pada permukaan tubuh, yang secara normal lebih dingin dari 37°C yang
merupakan suhu inti tubuh. Daerah peradangan di kulit menjadi lebih hangat dari
sekelilingnya karena lebih banyak darah (pada suhu 37°C) dialirkan dari dalam
Fenomena hangat lokal ini tidak terlihat di daerah-daerah meradang yang terletak
jauh di dalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah memiliki suhu inti
37°C dan hiperemia lokal tidak menimbulkan perbedaan (Price & Wilson, 2005).
3. Dolor (Nyeri)
ditimbulkan dalam berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-
ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung syaraf. Hal yang sama, pelepasan zat-
zat kimia tertentu seperti histamin atau zat-zat kimia bioaktif lain dapat
10
menyebabkan peningkatan tekanan lokal yang tidak diragukan lagi dapat
4. Tumor (Pembengkakan)
pembengkakan lokal yang di hasilkan oleh cairan dan sel-sel yang berpindah dari
aliran darah ke jaringan interstisial. Campuran cairan dan sel-sel ini yang
peradangan, sebagian besar eksudat adalah cairan, seperti yang terlihat secara
cepat di dalam lepuhan setelah luka bakar ringan pada kulit. Kemudian, sel-sel
darah putih atau leukosit, meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai bagian
nyeri disertai sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi lokal yang abnormal,
jaringan yang merada ng itu terganggu tidak dipahami secara terperinci (Price &
Wilson, 2005).
sebagai reaksi terhadap kerusakan sel maka sel tersebut akan melepaskan
11
prekusor dari sejumlah besar mediator inflamasi. Setelah asam arakidonat tersebut
2002).
Fosfolipase
Fosfolipida
Asam arakidonat
Siklooksigenase Lipoksigenase
12
2.4.4 Klasifikasi Inflamasi
1. Inflamsi Akut
tersebut terjadi melalui media autokoid serta pada umumnya didahului oleh
2. Inflamasi Kronis
Inflamasi kronis yaitu lanjutan dari inflamasi akut, yang mana pada
pada respon akut. Salah satu kondisi yang paling penting yang melibatkan
menyebabkan sakit dan kerusakan pada tulang yang bisa menjurus kepada
Inflamasi dicetuskan oleh pelepasan mediator dari jaringan yang rusak dan
banyaknya mediator lain dan segera muncul dalam berapa detik yang
13
1. Histamin
vaskular. Sejumlah besar histamin disimpan di dalam granula sel-sel jaringan ikat
yang di kenal sebagai sel-sel mast, yang tersebar luas di dalam tubuh (histamin
juga terdapat di dalam basofil dan trombosit). Histamin yang disimpan tidak aktif
dan mengeluarkan efek vaskular hanya jika dilepas banyak cedera fisik
dalam peradangan yang merupakan mediator utama dalam beberapa reaksi alergik
2. Prostaglandin
terutama fosfatidil inositol dan kompleks lipid lainnya (Mycek et al., 2001).
tanda lokal yang menyesuaikan respon tipe sel yang spesifik. (Mycek et al.,
2001).
3. Serotonin
14
dan dalam dosis besar menghambat kapiler sehingga menyebabkan statis.
ujung-ujung saraf, dan pada sel-sel yang terlibat dalam inflamasi. Penemuan
isoform COX-1 yang konstitutif (bersifat pokok, selalu ada) cendrung menjadi
COX-2 yang sangat selektif telah dikembangkan dan dipasarkan dengan asumsi
kehilangan kemanjuran (efikasi) (Katzung, 2002). COX-2 adalah produk gen yang
cepat terjadi sebagai respon awal dalam inflamasi dan sel imun serta dapat
hidroperoksida. Hasilnya adalah PGG2 yang secara cepat dimodifikasi oleh gugus
yang penting bagi aktivitas biologis. Hasilnya adalah PGH2. Kedua endoperoksida
15
tersebut sangat tidak stabil. PGH2 kemudian menghasilkan prostaglandin,
dari yang lain dalam dua hal, yaitu: pada pengganti cincin pentana (ditandai
dengan huruf akhir seperti E dan F dalam PGE dan PGF), kedua letak ikatan
ganda pada rantai samping (ditandai dengan subskrip seperti PGE 1 dan PGE2)
(Katzung, 2001)
keton. Metabolit y ang tidak aktif tersebut kemudian dapat ditentukan jumlahnya
di dalam darah dan urine dengan cara pengukur imunologis atau spektrometri
massa sebagai pengukur sintesis in vivo dari senyawa asal mereka (Katzung,
2001).
al., 2001), seperti celecoxib sangat selektif penghambatan COX-2 kira-kira 375
kali lebih efektif untuk COX-2 dari pada COX-1 dan aktivitas antiinflamasi dari
16
obat penghambatan COX-2 yang sanga selektif yaitu celecoxib dan rofecoxib
(Katzung, 2002).
tikus setelah injeksi agen radang yang kemudian diukur volume radang. Volume
edema diukur sebelum dan sesudah pemberian zat yang diuji. Beberapa iritan
yang bias dipakai sebagai penginduksi edema antara lain formalin, kaolin, ragi,
kulit hewan yang telah dicukur bulunya. Tikus secara kimiawi dihilangkan
air hangat. Esok harinya senyawa uji disuspensikan sebanyak setengah dosisnya,
17
2 menit setelah berjalan pemaparan UV. Eritema dibentuk akibat iritasi sinar UV
(Vogel, 2002)
Metode ini berdasarkan pengukuran luas radang dan berat edema yang
terbentuk setelah diiritasi dengan panas. Mula-mula hewan diberi zat warna tripan
biru yang disuntik secara IV, dimana zat ini akan berikatan dengan albumin
timbul inflamasi. Zat warna akan keluar dari pembuluh darah yang mengalami
radang akibat pembesaran zat ke jaringan yang meradang. Pengukuran juga dapat
karena iritasi dengan indikator radang. Adanya aktivitas obat yang diuji ditandai
dengan berkurangnya volume eksudat. Obat diberikan secara oral. Satu jam
kemudian di suntik dengan indikator radang seperti formalin secara intra pleura.
Setelah 24 jam, hewan dibunuh dengan eter lalu rongga pleura dibuka dan volume
18
2.5 Karagen
Untuk menginduksi edema pada kaki tikus percobaan, banyak sekali iritan
yang dapat digunakan, antara lain formalin, dekstran, kaolin, dan albumin. Namun
ganggang laut yang diperoleh dari spesies chandrus cripus. Komposisi dari
menimbulkan udem dan udem yang dihasilkan dapat diamati dengan jekas. Selain
itu, karagen merupakan indikator yang paling peka karena pada dosis kecil sudah
2.6 Celecoxib
pertama dengan khasiat menghambat selektif COX-2. Pada dosis biasa COX-1
tidak di ringtangi, maka PgI2 dengan daya protektifnya atas mukosa lambung-
usus tetap di bentuk. Karena itu praktis tidak menyebabkan efek buruk terhadap
lambung-usus. Setelah di serap mencapai kadar darah maksimal setelah 2-3 jam
dan masa paruh eliminasi 8-12 jam. Dalam hati diubah menjadi metabolit inaktif
yang di keluarkan dengan kemih. Wanita hamil dan laktasi tidak dianjurkan
19
Celecoxib efektif pada dosis 100-200 mg dua kali sehari untuk pengobatan
artritis rheumatoid dan osteoarthritis dan nampaknya tidak menambah efikasi atau
kemanjuran dengan dosis harian setinggi 1200 mg. Obat ini sama efektifnya
dengan seperti AINS lainnya pada artritis rheumatoid dan osteroartritis dalam
2.7 Plestismometer
mengukur edema. Prinsip kerja alat ini merupakan penerapan hokum Archimides
yaitu pengukuran organ yang diukur derajat inflamasinya kedalam cairan raksa
(Winter et al., 1962). Jika suatu benda dicelupkan ke dalam air maka cairan raksa
yang terdapat pada tabung kapiler akan naik. Kenaikan ini sebanding dengan
Sebagai teknik serologi, prinsip dasar ELISA adalah reaksi antara antigen (Ag)
dan antibodi (Ab) menjadi molekul Ag-Ab yang lebih besar dan mudah
terjadi pada substrat preaksi sesuai dengan label atau imunoprob (immuno probe)
reaksi antara konjugat Ab-enzim dengan substratnya, sehingga hasil ELISA lebih
peka dan dapat dikuantifikasi. ELISA telah banyak mengalami perubahan sejak
20
teknik ini pertama kali dipublikasikan. Ciri utama teknik ini ialah dipakai
2.9 Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat dapat larut dengan pelarut cair.
Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah diserap oleh pelarut
sehingga pada proses ekstraksi tidak perlu diserbuk sampai halus (Departemen
Ada beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan antara lain yaitu:
1. Cara Dingin
a. Maserasi
b. Perkolasi
ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Departemen
21
2. Cara Panas
a. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah terbatas yang relatif konstan dengan adanya
b. Soxhlet
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
c. Digesti
temperature yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
Indonesia, 2000)
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98◦C)
2000).
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30◦C) dan temperatur
22