Inflamasi atau radang merupakan proses fungsi pertahanan tubuh terhadap masuknya
organisme maupun gangguan lain. Inflamasi merupakan suatu reaksi dari jaringan hidup guna
melawan berbagai macam rangsangan.
Hipersensitivitas (Reaksi Alergi) adalah reaksi dari sistem kekebalan yang terjadi saat
jaringan tubuh sehat mengalami cidera atau luka. Reaksi alergi melibatkan antibodi, limfosit, dan sel
lainnya yang termasuk dalam komponen sistem imun sebagai pelindung fisiologis tubuh. Reaksi
alergi terbagi menjadi 4 macam menurut Gell dan Coombs yaitu tipe I-IV (Hikmah & Dewanti, 2010).
Hipersensitivitas tipe I merupakan reaksi segera atau biasa disebut anafilaksis yang sering
berhubungan dengan alergi. Gejalanya bermacam-macam mulai rasa tidak nyaman hingga kematian.
Reaksi ini terjadi melalui IgE yang dihasilkan oleh sel mast dan basofil. Hipersensitivitas tipe II akan
muncul ketika antibodi melilit pada antigen yang masuk ke dalam tubuh untuk dihancurkan. Reaksi
ini disebut denan sitotoksik yang terjadi melalui Immunoglobulin G (IgG) dan Immunoglobulin M
(IgM). Reaksi Hipersensitivitas tipe III diperantarai oleh kompleks imun (antigen, protein komplemen,
antibodi IgG, dan antibodi IgM) yang bisa ditemukan pada berbagai jaringan. Hipersesitivitas tipe IV
(selular) merupakan reaksi alergi yang diperantarai oleh sel T. monosit, dan makrofag. Reaksi ini
membutuhkan waktu antara dua hingga tiga hari untuk berkembang (Hikmah & Dewanti, 2010)
Hipersensitivitas tipe I disebabkan karena antibodi IgE yang melapisi sel mast dan basofil
berikatan dengan antigen bebas. Akibatnya, terjadi degranulasi sel dan pelepasan histamin serta
mediator inflamasi lainnya, seperti prostaglandin, leukotrien, triptase, platelet-activating factor, dll.).
Pelepasan histamin meningkatkan kontraksi otot sehingga dapat terjadi bronkospasm, kram, rhinitis,
hingga hypovolemi dan hypoxia.
Hipersensitivitas tipe II disebabkan oleh IgM atau IgG yang berikatan dengan antigen sel
normal pada jaringan tertentu. Kemudian, sistem komplemen akan teraktivasi untuk merangsang
fagositosis dan lisis pada sel yang berikatan.
Sistem komplemen merupakan protein yang bersirkulasi di dalam darah namun hanya
sebagai prekursor inaktif. Saat ada stimulasi, seperti tautan IgM atau IgG dengan sel, komplemen
akan teraktivasi dan merangsang aktivasi antibodi tersebut. Saat fungsi antibodi aktif, ia akan
mengganggu fungsi normal sel terikat.
Hipersensitivitas tipe III disebabkan karena IgG antibodi yang bertautan dengan antigen
membentuk kompleks imun sehingga membentuk endapan di jaringan tertentu. Kompleks imun
tersebut kemudian mengendap pada jaringan (umumnya pembuluh darah) sehingga menimbulkan
kaskade komplemen untuk melepaskan enzim lisosom dari netrofil guna membunuh sel-sel yang
terdapat di endapan kompleks imun tersebut. Akibatnya, dapat terjadi inflamasi hingga vaskulitis
(peradangan dinding pembuluh darah).