Oleh
Kelompok 8 :
BORROMEUS PADALARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ yang fungsi utamanya adalah
menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah.
Hormone berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai
organ tubuh. Salah satu organ utama dari sistem endokrin adalah kelenjar adrenal. Kelenjar
adrenal merupakan bagian dari suatu sistem yang rumit yang menghasilkan hormon yang
saling berkaitan. Hipotalamus menghasilkan CRH (corticotropin-releasing hormone), yang
merangsang kelenjar hipofisa utnuk melepaskan kortikotropin, yang mengatur pembentukan
kortikosteroid oleh kelenjar adrenal. Fungsi kelenjar adrenal bisa berhenti jika hipofisa
maupun hipotalamus gagal membentuk hormon yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai.
Kekurangan atau kelebihan setiap hormon kelenjar adrenal bisa menyebabkan penyakit
yang serius. Salah satu penyakit yang ditimbulkan adalah penyakit Addison.
Penyakit Addison jarang dijumpai, di Amerika Serikat tercatat 0,4 per 100.000 populasi,
sedang Di rumah sakit terdapat 1 dari 6.000 penderita yang dirawat. Dari Bagian Statistik
Rumah Sakit Dr.Soetomo pada tahun 1983, Frekuensi pada laki-laki dan wanita hampir
sama. Menurut Thom, laki-laki 56%, dan wanita 44%. Penyakit Addison dapat dijumpai
pada semua umur, tetapi lebih banyak terdapat pada umur 20 – 50 tahun.
Penyakit Addison merupakan masalah kesehatan masyarakat karena penyakit ini
merupakan penyakit yang relatif langka dan masih perlu dipelajari untuk pemahaman yang
lebih baik dalam mendeteksi dan menanggulanginya secara dini. Oleh sebab itu kelompok
tertarik untuk membuat atau mengangkat makalah ilmiah yang berjudul “Addison”.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Umum
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu :
a. Memahami konsep penyakit Addison
b. Memahami asuhan keperawatan penyakit Addison
2. Khusus
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami:
a. Pengertian Addison
b. Manifestasi klinis Addison
c. Etiologi Addison
d. Phatofisiologi Addison
e. Komplikasi Addison
f. Asuhan keperawatan Addison
C. METODE PENULISAN
Metode yang dipakai dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan melihat buku-buku
yang berkenaan dengan penyakit endokrin khususnya pada bagian koeteks adrenal, selain
itu dengan melihat situs-situs internet.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I : Pendahuluan yang terdiri atas : latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan, sistematika
BAB II : Tinjauan teoritis terdiri atas : pengertian, etiologi, patofisiologi, komplikasi,
penatalaksanaan.
BAB III : Asuhan keperawatan
BAB VI : Penutup yang terdiri dari : kesimpulan dan saran
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian
Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada kelenjar
adrenal (Black,1997) Penyakit Addison (juga dikenal sebagai kekurangan adrenalin
kronik, hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah penyakit endokrin langka dimana
kelenjar adrenalin memproduksi hormon steroid yang tidak cukup. Penyakit ini juga
dapat terjadi pada anak-anak. dan presentasi dari kejadiannya yaitu 44% pada wanita
dan 56% bagi pria, namun hal ini tidak diketahui pasti penyebabnya. Nama penyakit ini
dinamai dari Dr Thomas Addison, dokter Britania Raya yang pertama kali
mendeskripsikan penyakit ini tahun 1855. Pada penyakit Addison, kelenjar adrenalin
kurang aktif, sehingga kekurangan hormon adrenal.
Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon korteks adrenal
(keperawatan medical bedah, bruner, dan suddart edisi 8 hal 1325).
Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggu fungsi bagian dari
kelenjar adrenal disebut korteks. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua penting
bahan kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan aldosteron.
(Patofisiologi Edisi 2 Hal 296)
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat rusaknya korteks adrenal. (baroon,
1994).
Kesimpulan kelompok penyakit Addison merupakan suatu penyakit hormonal yang
disebabkan karena sekresi hormon korteks adrenal menurun karena penyakit primer atau
insufisiensi korteks adrenal dan kekurangan sekresi ACTH.
2. Anatomi dan Fisiologi
Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal, terbenam
dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta berada di luar
(ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan membentuk topi
(melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri berbentuk seperti
bulan sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub atas sampai daerah
hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan
tebal 4-6 mm. Kelenjar adrenal mempunyai berat lebih kurang 8 gr, tetapi berat dan
ukurannya bervariasi bergantung umur dan keadaan fisiologi perorangan. Kelenjar ini
dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen yang mengandung jaringan lemak. Selain itu
masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan
membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar.
Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa tempat di
sekitar bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri suprarenalis superior,
berasal dari arteri frenika inferior; arteri suprarenalis media, berasal dari aorta ; dan
arteri suprarenalis inferior, berasal dari arteri renalis. Berbagai cabang arteri membentuk
pleksus subkapsularis yang mencabangkan tiga kelompok pembuluh: arteri dari simpai;
arteri dari kortex, yang banyak bercabang membentuk jalinan kapiler diantara sel-sel
parenkim (kapiler ini mengalir ke dalam kapiler medulla); dan arteri dari medulla, yang
melintasi kortex sebelum pecah membentuk bagian dari jalinan kapiler luas dari
medulla. Suplai vaskuler ganda ini memberikan medulla dengan darah arteri (melalui
arteri medularis) dan darah vena (melalui arteri kortikalis). Endotel kapiler ini sangat
tipis dan diselingi lubang-lubang kecil yang ditutupi diafragma tipis. Di bawah endotel
terdapat lamina basal utuh. Kapiler dari medulla bersama dengan kapiler yang
mensuplai kortex membentuk vena medularis, yang bergabung membentuk vena adrenal
atau suprarenalis.
Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari:
1) Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam
2) Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein
3) Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid
Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Medula Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut
saraf simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla
adrenal akan menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan
norepinephrine. Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan
katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber
endogen terpenuhi.
Efek utama pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk
memenuhi suatu tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan
pelepasan asam-asam lemak bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR)
dan menaikkan kadar glukosa darah.
2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu:
a. zona glomerulosa: menghasilkan hormon aldosteron
b. zona fasikulata: menghasilkan hormon kortisol
c. zona retikularis: menghasilkan hormon androgen
Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3 kelompok hormon:
a. Glukokortikoid
Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap metabolisme glukosa;
peningkatan hidrokortison akan meningkatan kadar glukosa darah. Glukokortikoid
disekresikan dari korteks adrenal sebagai reaksi terhadap pelepasan ACTH dari
lobus anterior hipofisis. Penurunan sekresi ACTH akan mengurangi pelepasan
glukokortikoid dari korteks adrenal.
Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat respon inflamasi pada cedera
jaringan dan menekan manifestasi alergi. Efek samping glukokortikoid mencakup
kemungkinan timbulnya diabetes militus, osteoporosis, ulkus peptikum,
peningkatan pemecahan protein yang mengakibatkan atrofi otot serta kesembuhan
luka yang buruk dan redistribusi lemak tubuh. Dalam keadaan berlebih
glukokortikoid merupakan katabolisme protein, memecah protein menjadi
karbohidrat dan menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif.
EFEK GLUKOKORTIKOID
a. Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat
1. Untuk merangsang proses glukoneogenesis (pembentukan karbohidrat dari
protein dan beberapa zat lain) oleh hati dan meningkatkan jumlah
penyimpanan glikogen dalam sel – sel hati.
2. Kortisol menurunkan kecepatn pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh.
3. Karena efek diatas dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa
darah menyebabkan diabetes adrenal.
b. Efek kortisol terhadap metabolisme protein
1. Kortisol mempunyai kemampuan untuk mengurangi penyimpanan protein
di seluruh sel tubuh kecuali protein dalam hati
2. Hal diatas dikarenakan oleh berkurangnya sintesis protein dan
meningkatnya katabolisme protein yang sudah ada di dalam sel.
3. Kortisol menyebabkan peningkatan protein hati dan protein plasma
disebabkan oleh kortisol.
c. Efek kortisol terhadap metabolisme lemak
1. Kortisol meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak ,
meningkatkan konsentrasi asam lemak bebas di dalam plasma dan
meningkatkan pemakaiaannya untuk energi.
2. Kortisol meningkatkan oksidasi asam lemak di dalam sel.
d. Fungsi kortisol pada stress dan peradangan
Kortisol sangat meningkat pada keadaan stress, glukokortikoid dapat
menyebabkan pengangkutan asam amino dan lemak dengan cepat dari
cadangan sel – selnya sehingga dapat dipakai untuk energi dan sintesis
senyawa lain.
e. Efek anti inflamasi kortisol
1. Pemberian kortisol dalam jumlah besar biasanya dapat menghambat proses
inflamasi atau malah dapat membalikkan sebagian besar efeknya segera
katika proses inflamasi mulai terjadi.
Penyebab paling umum penyakit Addison adalah Kerusakan dan menyusut (atrofi) dari
adrenal korteks.
a. Etiologi dari penyakit Addison bentuk primer :
1. Infeksi kronis, terutama infeksi-infeksi jamur pada bagian kelenjar adrenal
2. Sel-se kanker yang menyebar dari bagian-bagian lain tubuh ke kelenjar-kelenjar
adrenal
3 Amyloidosis, yaitu penyakit yang mengenai kelenjar adrenal akibat adanya
penumpukan protein amiloid yang berlebihan.
4. Pengangkatan kelenjar-kelenjar adrenal secara operasi
5. Patofisiologi
Menurut Keperawatan Medikal Bedah II, edisi 8, 2001, gejala yang mungkin saja timbul
pada penderita penyakit addison adalah :
a. gejala yang mungkin timbul pada penderita penyakit addison yang disebabkan oleh
etiologi primer yaitu :
1. merasa lelah
2. lemah
3. kehilangan berat badan
4. dehidrasi
5. tidak mempunyai selera makan
6. sakit otot
7. mual
8. muntah
b. gejala yang mungkin timbul pada penderita penyakit addison yang disebabkan oleh
etiologi sekunder yaitu :
KRISIS ADDISON
1. Pengertian
Krisis adrenal adalah suatu keadaan insufisiensi adrenal akut, tanpa tanda klinis yang
khas.
2. Etiologi
a. Perdarahan
b. Trombosis
c. Trauma pinggang
d. Infeksi (sindroma water house friderichsen)
e. Komplikasi venografi adrenal
f. Stadium akhir insufisiensi adrenal kronik
g. Stres
h. Keadaan defisiensi kortisol dan aldosteron
Predisposisi :
a. Pasien yang pernah menderta penyakit addison’s sebelumnya
b. Pasien yang pernah dilakukan adrenalektomi bilateral
c. Pasien yang mendapat pengobatan steroid adrenal kurang lebih 6 bulan
3. Manifestasi klinis
a. Hiperpigmentasi
b. Shock
c. Rasa mual dan muntah
d. Dehidrasi
e. Frustasi
f. Rasa lelah
g. Kehilangan rambut tubuh (lebih jelas pada wanita)
h. Gangguan mental progresif yang menjurus ke delirium dan coma
i. sianosis, panas dan tanda-tanda klasik syok: pucat, perasaan cemas, denyut nadi
cepat dan lemah, pernapasan cepat serta tekanan darah rendah.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis dari penyakit Addison tergantung terutama pada tes darah dan urin. Tes
diagnostic fungsi adrenalkortikal meliputi:
a. Uji ACTH: meningkat secara mencolok (primer) atau menurun (sekunder). Tes
skrining ini paling akurat untuk penyakit Addison. Prosedurnya sebagai berikut: batas
dasar plasma cortisol ditarik (waktu ‘0’). Kortisol plasma merespon ACTH secara
intravena, 45 menit kemudian sampel darah diambil. Konsentrasi kortisol seharusnya
lebih besar dari pada 20 µg/dl.
b. Plasma ACTH: jika gagal menggunakan tes skrining, plasma ACTH dengan akurat
akan mengkategorisasikan dengan insufisiensi adrenal primer (tinggi), atau sekunder
(normal atau rendah).
c. Serum elektrolit: serum sodium biasanya menurun, sementara potassium dan kalsium
biasanya meningkat. Walau pun demikian, natrium dan kalium yang abnormal dapat
terjadi sebagai akibat tidak adanya aldosteron dan kekurangan kortisol.
d. ADH meningkat, aldosteron menurun, kortisol plasma menurun dengan tanpa respons
pada pemberian ACTH secara IM (primer) atau secara IV.
e. Glukosa: hipoglikemia
f. Ureum/ kreatinin: mungkin meningkat (karena terjadi penurunan perfusi ginjal).
g. Analisa gas darah: asidosis
metabolic Ph normal : 7.35 - 7.45
HCo2 : 23 - 27 mmol/l
pada asidosis metabolik Ph dibawah 7.30 dan Hco2 lebih dari 30 mmol/l
h. Sel darah merah (eritrosit): normositik, anemia normokromik (mungkin tidak nyata/
terselubung dengan penurunan volume cairan) dan hematokrit (Ht) meningkat (karena
hemokonsentrasi). Jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.
i. Urine (24 jam): 17- ketosteroid, 17-hidroksikortikoid, dan 17-ketogenik steroid
menurun. Kadar kortisol bebas menurun. Kegagalan dalam pencapaian atau
peningkatan kadar steroid urin setelah pemeriksaan dengan pemberian ACTH
merupakan indikasi dari penyakit Addison primer (atrofi kelenjar adrenal yang
permanen), walaupun peningkatan kadar ACTH memberikan kesan penyebab supresi
hormone sekunder. Natrium urin meningkat.
j. Sinar X: jantung kecil, kalsifikasi kelenjar adrenal, atau TB (paru, ginjal) mungkin
akan ditemukan.
k. CT Scan: Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya
dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan dan
non malignan dan hemoragik adrenal.
l. Gambaran EKG: Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non
spesifik abnormal sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik.
8. Penatalaksanaan
Pasien Addison disease mengalami hipotesi maka dianjurkan untuk mengkonsumsi antara
lain:
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Identitas Klien
Penyakit Addison bisa terjadi pada laki -laki maupun perempuan yang mengalami krisis adrenal
B. Riwayat Kesehatan Klien
1. KesehatanMasa Lalu
Riwayat Penyakit dahulu perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit
penyakit yang beresiko dapat merusak kerja hormon seperti penyakit TBC
2. Riwayat kesehatan sekarang
a. Data subyektif :
1) Mengeluh pusing
2) kelemahan
3) muntah
4) cepat lelah
b. Data obyektif :
1) Hipotensi
2) Keringat dingin
3) Gemetar
4) Mual-mual
5) Hiperpigmentasi
6) Kecemasan
7) Nampak lemah
8) Kadang-kadang terjadi penurunan kesadaran
D. Data Biologis
1. Pola nutrisi
klien mengalami perubahan nafsu makan, karena gejala mual, dsb yang
membuat klien menjadi kurang nutrisi
2. Pola Eliminasi
Klien sering BAK
3. Pola Aktivitas
Aktivitas klien terbatas karena sering merasa lelah
E. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Pernapasan
Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot
bantu pernapasan (dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung.Terdapat
pergesekan dada tinggi.Resonan.
2. Sistem Pencernaan.
Mulut dan tenggorokan : anoreksia, bibir kering.
Abdomen :Bentuk simetris. Bising usus meningkat. Nyeri tekan karena ada kram
abdomen. Timpani
3. Sistem Endokrin
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab.
Diagnostik ACTH meningkat.
4. Sistem Integumen : Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas
dingin, cyanosis, pucat, terjadi hiperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan
kuku-kuku pada jari, siku dan mebran mukosa
5. Sistem Reproduksi
Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda-tanda seks
sekunder (berkurang rambut-rambut pada tubuh terutama pada wanita)
hilangnya libido.
6. Sistem perkemihan
Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik urin
7. Sistem neurosensori
Pusing, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi disorientasi waktu,
tempat, ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka
rangsangan, cemas, koma ( dalam keadaan krisis)
8. Sistem kardiovaskuler
denyut nadi cepat dan lemah bisa diikuti dengan sianosis, tekanan darah rendah.
PENGELOMPOKKAN DATA
Subjektif Objektif
ANALISA DATA
NO DATA PENYEBAB MASALAH
Hiponatremia, hiperkalemia
pasien mengatakan ↓
lemah dan tidak bisa
beraktivitas Sintesis Glokosa menurun dan
mengurangi mobilisasi protein, dan
O: lemak dari jarimgan sehingga akan
membuat banyak
- BB
menurun ↓
Intoleransi aktivitas
3. S: Intake yang kurang dan perubahan Gangguan pola eliminasi
absorbsi usus BAB
pasien mengatakan
sulit BAB ↓
O:
↓
sering bertanya
tentang penyakit dan Kurangnya pengetahuan tentang
pengobatannya penyakit dan pengobatan penyakit
F. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
dan elektrolit melalui ginjal.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual anoreksia
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan hyperpigmentasi
4. Disfungsi sexsualitas b.d penurunan libido dan perubahan struktur tubuh
5. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan Fisik
Dapat
mengganti
kekurangan
kortison
dalam tubuh
dan
meningkatkan
reabsorbsi
natrium
sehingga
dapat
2. mineral menurunkan
kortikoid, kehilangan
fludokortisan 25- cairan dan
30mg per oral mempertahan
kan curah
jantung.
Di mulai
setelah
pemberian
hidrokartisol
yang tinggi
yang telah
mengakibatka
n retensi
garam
berlebihan
dan
mengakibatka
n gangguan
tekan darah
dan gangguan
elektrolit
-Berikan
pendidikan
kesehatan tentang
penurunan fungsi
seksual.
.
.
DAFTARPUSTAKA
Brunner And suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.1. Jakarta :
EGC Marylynn E, Doenges, dkk.1999. Rencana asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Huddak and Gallok.1996.Keperawatan Kritis Vol. II Edisi VI,. Jakarta : EGC