Anda di halaman 1dari 34

Kelenjar Adrenal, Si Kecil dengan Fungsi Besar

Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal,

terbenam dalam jaringan lemak.Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta

berada di luar (ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan

membentuk topi (melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri

berbentuk seperti bulan sabit, menempel pada bagian tengahginjal mulai dari kutub atas

sampai daerah hilus ginjal kiri. Kelenjar adrenal pada manusia

panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm.

Bersama-sama kelenjar adrenal mempunyai

Berat lebih kurang 8 g, tetapi berat dan ukurannya

bervariasi tergantung umur dan keadaan fisiologi perorangan.


Gb. 2.1 Anatomi
Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen Adrenal
www.uvahealth.com

yang mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh

kapsul jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar

(Lippincott, 2011).

Kelenjar adrenal merupakan kelenjar kecil yang berperan dalam memproduksi beberapa

jenis hormon di dalam tubuh. Meskipun kecil, kelenjar adrenal memiliki fungsi yang

sangat besar bagi tubuh.


Masing-masing kelenjar adrenal terdiri dari korteks bagian luar dan medula di bagian

dalam.

a. Korteks mensekresi hormon steroid. Korteks terbagi menjadi tiga lapisan, dari luar ke

dalam : zona glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis.

b. Medula, yang secara embriologik berasal dari jenis neuroektodermis sama (sel-sel

krista saraf) yang menjadi asal neuron simpatis. Sel medula sebenarnya adalah neuron

postganglionik simpatis yang bermodifikasi (Sloane, 2003).

Gb. 2.2 Anatomi Melintang Adrenal

www.wikivet.net

Medula mengandung sel kromafin yang merupakan sumber penghasil hormon jenis

katekolamin, yaitu hormon adrenalin dan neropinefrin dengan jenjang reaksi yang

distimulasi kelenjar hipotalamus.


Fungsi Kelenjar Adrenal
1. Korteks Adrenal

Korteks adrenal bertanggung jawab dalam memproduksi tiga jenis hormon, yaitu;

a. Mineralokortikoid adalah hormone steroid yang bertanggung jawab untuk

menjaga natrium, dan menjaga keseimbangan garam, air didalam tubuh.

Mineralokortikoid primer dikenal sebagai aldosterone, dan disekresikan oleh zona

glomerulosa (lapisan terluar) dari korteks adrenal. Hormon steroid ini merupakan

bagian dari sistem renin-angiotensin (RAS) atau renin angiotensin aldosterone

sistem (Raas), ini adalah sistem hormon yang mengatur tekanan darah dan

keseimbangan cairan didalam tubuh. Umumnya, renin diproduksi oleh ginjal

ketika kelebihan garam dan air akan dihilangkan dari tubuh. Renin memicu

produksi angiotensin, yang pada akhirnya merangsang kelenjar adrenal untuk

melepaskan hormon aldesteron, penurunan tekanan darah arteri juga merangsang

sekresi renin. Jadi, bersama-sama dengan sistem renin-angiotensin, aldosterone

membantu ginjal untuk mempertahankan mineral penting seperti natrium.

Aldosterone meningkatkan reabsorpsi natrium dan ekskresi kalium oleh ginjal. Ini

membantu menyempitkan pembuluh darah dengan meningkatkan retensi natrium

dan air, yang dapat meningkatkan tingkat tekanan darah dan hormon ini berkaitan

dengan mengatur tingkat tekanan darah.

b. Glukokortikoid adalah kelas lain dari hormon steroid yang memainkan peran

penting dalam mengatur metabolisme glukosa. Glukokortikosteroid diproduksi di

fasikulata zona korteks adrenal, contohnya adalah kortisol. Kortisol ini

bertanggung jawab untuk mengatur metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.

Kortisol memainkan peran penting dalam mengatur respon inflamasi tubuh,

kortikosteroid dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan dapat digunakan


sebagai agen penekan kekebalan. Sekresi dikendalikan oleh hormon

adrenokortikotropik (ACTH) yang disekresi oleh kelenjar hipofisis.

c. Gonadokortikoid atau steroid androgenic disekresikan oleh zona retikularis atau

lapisan terdalam dari korteks adrenal. Androgen adalah hormon seks laki-laki, dan

memfasilitasi pengembangan organ seks laki-laki selama perkembangan embrio.

Sejumlah kecil hormon wanita juga diproduksi oleh korteks adrenal, namun efek

dari steroid androgenic disekresikan oleh korteks adrenal dapat tertutupi oleh

jumlah yang lebih besar dari testosterone dan estrogen yang disekresi oleh

masing-masing testis dan ovarium.

2. Medula Adrenal

Medula adrenal berperan dalam mengeluarkan hormon Epinefrin (adrenalin) dan

Norepinefrin (noradenalin) pada saat stress.

a. Epinefrin, baik epinefrin dan neropinefrin yang bersama-sama disebut

katekolamin, dan mereka dilepaskan oleh kelenjar adrenal dalam respon terhadap

stress fisik atau mental. Epinefrin, juga dikenal sebagai adrenalin memainkan

peran penting dalam konversi glikogen menjadi glukosa dan dengan demikian

meningkatkan kadar gula darah. Hal ini diperlukan oleh tubuh untuk menjaga

kelancaran pasokan darah ke otak dan otot. Ini juga dapat meingkatkan denyut

jantung dan tekanan darah, mengendurkan otot-otot polos pada paru-paru dan

saluran pencernaan. Hormon ini melebarkan arteri kecil jantung, paru-paru, ginjal,

dan otot-otot. Semangat, stress fisik dan mental, dan gangguan emosional memicu

sekresi hormon ini, yang mempersiapkan tubuh kita untuk respon ‘fight or flight’

disebut melawan atau lari.

b. Norepinefrin seiring dengan epinefrin, norepinefrin juga mengaktifkan

mekanisme untuk respon melawan atau lari dengan meningkatkan kewaspadaan


dan gairah. Ketika disuntikan sebagai obat, norepinefrin atau noradrenalin dapat

memiliki efek konstriktif pada arteri kononer. Hal ini menyebabkan pembuluh

darah kecil pada ginjal, sistem pencernaan, dan kulit mengerut. Ini memfasilitasi

pergerakan makanan melalui sistem pencernaan dan meningkatkan keringat, hal

ini juga merangsang pelepasan glukosa dan aliran darah ke otot-otot. Singkatnya

kelenjar adrenal bertanggung jawab untuk mensekresi hormon penting untuk

melaksanakan beberapa proses metabolisme penting. Selain itu mereka membantu

tubuh mengatasi stres fisik dan mental, stres kronis dapat membuat pekerjaan

kelenjar begitu keras sehingga bisa akhirnya kelelahan atau menjadi terlalu lelah

untuk memenuhi kebutuhan hormon adrenal.

Bila hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal terlalu banyak ataupun

terlalu sedikit, maka tidak seimbang dan tubuh bisa mudah terserang penyakit.

Gangguan fungsi kelenjar adrenal dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:

a. Seperti kelainan genetic

b. Gangguan sistem kekebalan tubuh

c. Infeksi

d. Tumor, dan

e. Perdarahan.

Beberapa penyakit kelenjar adrenal, yaitu;

a. Sindrom Cushing, terjadi ketika tubuh kelebihan hormon kortisol dalam waktu

yang lama, Kondisi ini umumnya sering dialami wanita dan mereka yang berusia

25-40 tahun. Gejala yang ditimbulkan dari sindrom cushing, antara lain kenaikan

berat badan, wajah sembab dan kemerahan, berjerawat, tubuh terasa sangat lelah,

otot melemah, serta meningkatkan tekanan darah dan kadar gula darah. Bila
menyerang anak-anak sindrom cushing dapat menyebabkan obesitas dan

pertumbuhan yang terhambat.

b. Penyakit Addison, dapat terjadi ketika kelenjar adrenal mengalami kerusakan,

sehingga membuat tubuh kekurangan hormon kortisol. Wanita dan orang yang

berusia 30-50 tahun rentan terkena penyakit ini. Penyakit Addison menimbulkan

gejala berupa tubuh merasa kelelahan, kehilangan nafsu makan, berat badan

menurun, otot melemah, bad mood, merasa sering haus, pusing, pingsan, kram,

bibir atau gusi menjadi kehitaman.

c. Pheochromocytoma, merupakan tumor jinak yang berkembang di kelenjar

adrenal. Biasanya kondisi ini dapat mempengaruhi salah satu ataupun kedua

kelenjar adrenal, Penyakit pheochromocytoma bisa terjadi pada semua kelompok

usia, Namun paling banyak dialami pada usia 20-50 tahun. Gejala yang di

timbulkan dari kondisi ini antara lain, sakit kepala, tremor, sesak nafas,

berkeringat secara berlebihan, serta tekanan darah tinggi.

d. Hypoplasia Adrenal Kongenital, merupakan penyakit bawaan lahir akibat

kelainan genetic yang menyebabkan kelenjar adrenal tidak berfungsi dengan baik,

sehingga mempengaruhi hormon yang diproduksi. Penyakit ini lebih banyak

diderita oleh laki-laki, dan gejalanya dapat muncul sejak lahir. Namun beberapa

kasus, baru terdeteksi saat penderitanya sudah berusia lebih tua. Pada saat bayi

kondisi ini dapat menimbulkan gangguan elektrolit, dehidrasi, tekanan darah

rendah, gula darah rendah serta kelainan pada organ seksual.

Kita dapat menjaga kesehatan kelenjar adrenal dengan menerapkan pola hidup sehat,

seperti mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan, mengurangi konsumsi gula dan

kafein, mengurangi stres, serta menghindari konsumsi junkfood.


1. ANATOMI KELENJAR ADRENAL

• Sepasang organ yang menempel pada bagian cranial ginjal, terbenam dalam jaringan
lemak, berwarna kekuningan serta berada di luar (ekstra) peritoneal tertutup fascia
renalis

• Panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm, mempunyai berat lebih kurang 8
gr.

• Dekstra berbentuk piramid sedang sinistra berbentuk pipih atau bulan sabit
(semilunar)

• Dibagi atas dua bagian, yaitu

- Bagian luar (korteks) Menghasilkan kortisol, banyak sinosoid dari arteri-arteri


- Bagian tengah (medula) menghasilkan adrenalin & noradrenalin, lebih banyak
pembuluh darah dan saraf

• Vaskularisasi:

- Arteri suprarenalis cranialis


- Arteri suprarenalis medialis
- Arteri suprarenalis caudalis
- Vena suprarenalis dekstra
- Vena suprarenalis sinistra
2. HISTOLOGI KELENJAR ADRENAL

Korteks
Medula
Zona Glomerulosa Zona Fasciculata Zona Retikularis

Bentuk sel silindris Bentuk sel Sel membentuk Sel tersusun


ovoid polihedral anyaman dan lempengan-
saling lempengan
beranastomase
Di kelilingi kapiler Tersusun sejajar Dikelilingi kapiler,
dan tegak lurus vena, dan sel
ganglion simpatik

Intisel bulat, anak Inti sel open faced


inti tidak jelas type

Sitoplasma asidofil Sitoplasma lipid Sitoplasma lipid


droplet droplet

Granula basofil Khas spongiosit

Hormon Hormon Hormon seks dan Hormon


mineralkortikoid glukokortikoid glukokortikoid katekolamin
 Korteks Adrenal
1) Zona Glomerulosa
a) Merupakan suatu zona tipis di inferior dari kapsul kelenjar adrenal
b) Tersusun dalam kelompok kecil, terdiri atas bentukan ovoid dari sel-sel
silindris
c) Setiap bentukan ovoid dikelilingi kapiler-kapiler
d) Iinti sel bulat, anak inti jelas
e) Sitoplasma acidofilik, dengan granula basofilik
f) Menghasilkan hormon mineralocorticoid

2) Zona Facisulata
a) Merupakan zona intermedia paling tebal di korteks adrenal
b) Terdiri atas sel-sel tersusun sejajar & tegak lurus
c) Setiap deretan dikelilingi kapiler-kapiler
d) Sel: polyhedral, inti open faced type, sitoplasma lipid droplets  tampak
berbusa  spongiocyte. Sehingga tanda khasnya adalah wana pucat karena
adanya butiran lemak yang banyak
e) bersama z. retikularis menghasilkan hormon glucocorticoid (cortison,
cortisol, & cortisosteron).

3) Zona Reticularis
a) Merupakan zona terdalam dari cortex adrenal.
b) Tersusun atas sel-sel membentuk anyaman-anyaman yang saling
beranastomose.
c) Berakhir pada bagian medula.
d) sitoplasma: merah gelap, karena tidak ada lipid droplet
e) membentuk glucocorticoid & sex hormon.
 Medula Adrenal (merah tua)

- Tersusun sebagai lempengan-lempengen, dikelilingi kapiler, vena, sel-sel ganglion


simpatik
- Stimuli dari pre-synaptic fibers  medula bereaksi sebagai post synaptic fibers.
- Neuron simpatis post ganglionik kemudian menjadi sel sekretorik yang menyintesis
dan menyekresi katekolamin.
- Menghasilkan hormon catecholamin (epineprin & norepineprin).
- Neuron simpatis memperlihatkan inti vasikuler dengan nucleolus nyata dan sedikit
kromatin perifer
3. FISIOLOGI KELENJAR ADRENAL

Terdapat dua kelenjar adrenal, masing-masing terbenam di atas ginjal dalam


suatu kapsul lemak. Setiap kelenjar adrenal memiliki korteks yang menghasilkan
steroid dan medulla yang menghasilkan katekolamin. Terdapat tiga zona di korteks
adrenal, yaitu zona glomerulosa (paling luar), fasikulata (paling tebal), dan retikularis
(paling dalam). Berdasarkan efek kerja primernya, steroid korteks adrenal dapat
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Mineralokortikoid
Terutama aldosterone mempengaruhi keseimbangan mineral (elektrolit)
khususnya, keseimbangan Na+ dan K+. Tempat kerja utamanya di tubulus distal dan
koligentes ginjal, tempat mendorong retensi Na+ dan meningkatkan eliminasi K+
selama pembentukan urine. Retensi Na+ oleh aldosterone secara sekunder akan
mendorong retensi amotik H2O, meningkatkan volume CES, yang penting dalam
regulasi jangkapanjang tekanan darah.Sekresi aldosterone ditingkatkan
olehpengaktifan sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron oleh factor-faktor yang
berkaitan dengan penurunan Na+ dan tekanan darah, serta stimulasi langsung korteks
adrenal oleh peningkatan konsentrasi K+ plasma.
2. Glukokortikoid
Terutama kortisol berperang penting dalam metabolisme glukosa, protein, dan
lemak. Efek keseluruhan pengaruh kortisol pada metabolism adalah peningkatan
konsentrasi glukosa darah dengan mengorbankan simpanan lemak dan protein, yaitu
dengan:
a. merangsang gluconeogenesis di hati,
b. menghambat penyerapan dan penggunaan glukosa oleh banyak jaringan kecuali
otak,
c. merangsang penguraian banyak protein di jaringan, khususnya otot, dan
d. mempermudah lipolysis.
Selain itu, kortisol juga memiliki efek permisif signifikan bagi aktivitas hormone lain
dan penting bagi tubuh untuk menahan stress. Kortisol sangat penting karena efek
permisifnya, missal, kortisol harus ada dalam jumlah memadai agar jumlah
katekolamin dapat meninmbulkan vasokonstriksi.
3. Hormon seks
Identic dengan yang dihasilkan oleh gonad (testis untuk pria, ovarium untuk
wanita). Hormone seks adrenokorteks paling banyak dan penting secara fisiologis
adalah dehidroepiandrosteron, suatu hormone seks pria.

Karena lipofilik, semua hormone adrenokorteks diangkut dalam darah dalam


keadaan terikat protein plasma. Kortisol terutama terikat pada protein plasma yang
spesifik untuknya, yaitu corticosteroid-binding globulin (transkortin), sementara
aldosterone dan dehidroepiandrosteron umumnya terikat pada albumin.

Sistem Regulasi Dan Metabolisme Hormon Adrenal

Sekresi kortisol diatur oleh umpan balik negative yang melibatkan hipotalamus
dan hipofisis anterior. Pada umpan balik negative ini, terdapat dua factor yang
mempengaruhi kadar kortisol plasma, yaitu irama diurnal dan stress.
Sekresi katekolamin kedalam darah dilakukan oleh eksositosis granula
kromafin. Dari seluruh hormone adrenomedula, terdiri dari 80% epinefrin dan 20%
norepinefrin, yang masing-masing berbeda afinitasnya terhadap berbagai reseptor
adrenergic.
4. GANGGUAN PADA KELENJAR ADRENAL
 Cushing Sindrome
Definisi

Sindrom Cushing adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek metabolik
gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap
(Price, 2005).Sindrom cushing adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh efek
metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang
menetap. Kadar yang tinggi ini dapat terjadi secara spontan atau karena
pemberian dosis farmakologik senyawa-senyawa glukokortikoid (Sylvia A.
Price; Patofisiolgi, hal. 1088).

Etiologi

1. Sindromcushing disebabkan oleh sekresi kortisol atau kortikosteron yang


berlebihan, kelebihan stimulasi ACTH mengakibatkan hiperplasia korteks
anal ginjal berupa adenoma maupun carsinoma yang tidak tergantung ACTH
juga mengakibatkan sindrom cushing. Demikian juga hiperaktivitas hipofisis,
atau tumor lain yang mengeluarkan ACTH. Syindrom cuhsing yang
disebabkan tumor hipofisis disebut penyakit cusing.
2. Sindrom cusing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka
panjang dalam dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang
berlebihan pada gangguan aksis hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada
sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks adrenal terjadi akibat ransangan
belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang mengakibatkan
produksi kortisol abnormal.
Manifestasi Klinis

1. Gejala hipersekresi kortisol


(hiperkortisisme) yaitu :
- Obesitas yang sentrifetal dan “moon face”.
- Kulit tipis sehingga muka tampak merah,
timbul strie dan ekimosi
- Otot-otot mengecil karena efek katabolisme protein.
- Osteoporosis yang dapat menimbulkan fraktur kompresi dan kifosis.
- Aterosklerosis yang menimbulkan hipertensi.
- Diabetes melitus.
- Alkalosis, hipokalemia dan hipokloremia
2. Gejala hipersekresi ketosteroid :
- Hirsutisme ( wanita menyerupai laki-laki )
- Suara dalam.
- Timbul akne.
- Amenore atau impotensi
- Pembesaran klitoris.
- Otot-otot bertambah (maskuli nisasi)
3. Gejala hipersekresi aldosteron.
- Hipertensi
- Hipokalemia
- Hipernatremia
- Diabetes insipidus nefrogenik
- Edema (jarang)

 Addison’s Disease
Definisi

Penyakit Addison disebabkan karena kegagalan korteks adrenal memproduksi


hormon adrenokortikal. Sering kali disebabkan oleh atrofi primer. Atrofi primer
sering terjadi karena autoimunitas, TBC, dan karsinoma.

Etiologi

Sebagian besar idiopatik(autoimun) yang lainnya akibat kerusakan adrenal


(neoplasma , TB,amilodosis , nekrosis peradangan ) ,iatrogenik(penghentian
steroid , ketokonazol, dan obat-obat lain ) .Penyakit addison primer disebabkan
akibat kerusakan adrenal .Penyakit addison sekunder disebabakan oleh kerusakan
hipofisis.Pasien dengan penyakit addison hipofisis lebih toleran terhadap stress
metabolik karena mineralokortikoidnya normal.

Gejala klinis:

- defisiensi mineralokortikoid
hal ini akan menurunkan reabsorpsi natrium sehingga tubuh akan mengalami
hiponatremia, hiperkalemia, dan asidosis ringan. Prognosis buruk apabila
setelah empat hari sampai dua minggu setelah mineralokortikoid tidak
diproduksi pasien tidak segera ditangani karena pasien dapat meninggal.
- defisiensi glukokortikoid
terjadi keabnormalan pada kadar gula antara waktu makan. Prognosis buruk
karena infeksi pernapasan ringan saja dapat menyebabkan kematian apabila
setelah glukokortikoid tidak dihasilkan lagi pasien tidak segera ditangani.

- kelemahan , kelelahan , hipotensi ortostatik


- hiperpigmentasi , berbintik-bintik
- mual , penurunan berat badan, dehidrasi , hipotensi
- penurunan toleransi terhadap dingin , hipometabolisme
Diagnosis

- Kadar Na serum < 130 mEq/L, K> 5mEq/L, BUN dan kreatinin meningkat
- Dapat ditemukan hipoglikemik.Keadaan elektrolit mingkin hanya ditemukan
pada penyakit addison yang disebabkan oleh kerusakan adrenal karena harus
terjadi kehilangan aldosteron yang disebabkan oleh kerusakan adrenal,karena
harus terjadi kehilangan aldosteron untuk menghasilkan kelainan elektrolit
- Kadar kortisol di pagi hari rendah
- Uji perangsangan kortintropin.Berikan kosintropin 0,25 mg IV sebelum pukul
09.00 pagi.Kortisol harus meningkat dari nilai dasarnya yaitu 5 menjadi 25
pikogram/dl dan menjadi dua kali lipat dalam 60-90 menit .Kadar >20
pikogram/dl dianggap merupakan respon normal.Jika tetap mencurigai
hipoadrenalisme , lakukan ujia metirapron.
- Uji metirapron .Tentukan nilai dasar kortisol serum dasar.Berikan 3 g
metirapon secara oral pada tengah malam.Ukur kortisol dan deoksikortisol
pada pukul 8 pagi hari berikutnya. Jika sumbu hipofisi-adrenal normal , kadar
kortisol plasma harus kurang dari 5 pikrogram /dl dan kadar 11-deoksikortisol
lebih dari 10 mg/dl.Ukur kadar ACTH serum .ACTH serum akan meningkat
pada kegagalan adrenal primer dan normal atau rendah pada kegagalan
hipofisis primer.

Tata Laksana
- Darurat. Berikan terapi segera!. Berikan hidrokortison suksinat 100 mg IV
bolus dan 100 mg lagi di dalam NS selama 2 jam dan total 300 mg
hidrokortison suksinat IV selama 24 jam pertama. Berikan NS IV untuk
mengoreksi hipotensi dansyok.
- Terapi Jangka Panjang. Hidrokortison suksinat 150 mg IV pada 24 jam
yang kedua.Hidrokortison suksinat 75 mg IV pada 24 jam yang ketiga.Dosis
rumatannya adalah hidrokortison 30 mg Po setiap hari ditambah
fludrokortison asetat 0,1 mg PO setiap hari.
Pemeriksaan penunjang
- Pemerisaan laboratorium
1) Penurunan konsentrasi glukosa darah dan natrium (hipoglikemia dan
hiponatremia)
2) Peningkatan kosentrasi kalium serum (hiperkalemia)
3) Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
4) Penurunan kadar kortisol serum
5) Kadar kortisol plasma rendah
- Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya kalsifikasi diadrenal
- CT Scan
Detektor kalsifikasi adrenal dan pembesaran adrenal yang sensitive hubungannya
dengan insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltratif malignan
dan non malignan, dan haemoragik adrenal
- Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal
sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolit
DD
Munculnya gejala klinis akibat addison’s disease harus bisa dibedakan dengan:
1. hipotensi
2. GI tract disease
3. anorexia nervosa
4. cancer
Komplikasi
a. Syok (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
b. Kolaps sirkulasi
c. Dehidrasi
d. Hiperkalemia
e. Sepsis
Krisis Addison disebabkan karena hipotensiakut (hiperkortisolisme) ditandai
dengan sianosis, panas, pucat, cemas, nadi cepat.

 Precocius Puberty
Definisi

Precocious puberty adalah istilah dimana seorang anak telah mulai


memperlihatkan tanda-tanda pubertas sebelum usia 7 atau 8 tahun pada anak
perempuan dan 9 tahun pada anak laki-laki. Mungkin secara emosional hal ini
akan sulit di terima bagi mental anak dan bisa jadi kadang itu dikarenakan
adanya problem kesehatan pada diri anak tersebut.

Etiologi

- Pubertas biasanya dipicu oleh hypothalamus (yaitu suatu area dalam otak yang
membantu mengontrol fungsi kelenjar pituitary) hypothalamus ini
memberikan sinyal pada kelenjar pituitary (yaitu kelenjar yang berukuran
kecil yang terletak pada dasar otak) untuk melepaskan hormone dan
memberikan stimulasi pada indung telur, ovari (pada anak perempuan) atau
testis (pada anak laki-laki) untuk menghasilkan hormon sex.
- Kadang, puber dini juga bisa dipicu oleh masalah struktural pada otak (seperti
tumor), luka pada otak karena pernah terjadi trauma (benturan dan lainnya
yang mengakibatkan luka di otak), infeksi (seperti meningitis) atau masalah
dalam indung telur (ovarium) atau kelenjar tiroid yang memicu pada mulainya
tanda-tanda pubertas lebih awal dibanding yang umumnya terjadi.
- Yang umumnya terjadi pada anak perempuan, bahwa puber dini tidak dipicu
oleh gangguan medis, mereka hanya memperlihatkan tanda-tanda pubertas
tanpa diketahui sebabnya. Akan tetapi hal ini tidak sering terjadi pada anak
laki-laki, dimana kasus puber dini pada anak laki-laki biasanya disertai karena
adanya masalah kesehatan.
- Sekitar 5% anak laki-laki, masalah puber dini adalah karena faktor keturunan.
Bisa jadi anak mengalami puber dini karena keturunan dari ayahnya atau dari
keturunan pihak ibu dari kakeknya (yang mana sang ibu tidak mengalami
kelainan puber dini). Akan tetapi pada anak perempuan kasus puber dini yang
di sebabkan karena keturunan hanya 1% dibandingkan dengan anak laki-laki.

Gejala
Tanda-tanda pubertas pada anak perempuan adalah antara lain yang tersebut
dibawah ini pada usia anak sebelum 7 atau 8 tahun:
• Perkembangan payudara
• Pertumbuhan rambut dibawah lengan
• Pertumbuhan tinggi badan yang pesat diatas rata-rata usia anak sebayanya
• Menstruasi
• Jerawat
• Aroma bau badan seperti orang dewasa

Pada anak laki-laki, tanda-tanda pubertas dini antara lain:

• Mulai membesarnya ukuran testis atau penis


• Tumbuhnya rambut dibawah lengan dan pada wajah
• Pesatnya pertumbuhan tinggi badan
• Perubahan suara
• Jerawat
• Perubahan aroma bau badan seperti layaknya orang dewasa

Tatalaksana

- Jika dokter anda mencurigai bahwa anak anda menunjukkan tanda-tanda


puber dini, dia mungkin akan menganjurkan anda untuk berkonsultasi pada
dokter endocrinologist (dokter dengan spesialisasi pada pertumbuhan anak
dan kelainan hormon pada anak) untuk evaluasi lebih lanjut sekaligus
terapinya.
- Setelah dilakukan diagnosa, terapi untuk anak dengan pertumbuhan puber
dini ini ditujukan untuk menghambat proses perkembangan seksual dan
untuk menghentikan pesatnya pertumbuhan tulang anak yang mungkin
nantinya pada usia dewasa anak akan menjadi lebih pendek tingginya
dibanding normalnya.
- Terapi puber dini tergantung pada sebab puber dini itu sendiri, dimana ada
dua pendekatan terapi untuk anak dengan diagnosa puber dini, antara lain:
1. Memberi terapi pada sebab dari puber dini itu sendiri, misalnya tumor.
2. Merendahkan tingginya level hormon sex dengan proses pengobatan yang
tujuannya untuk menghambat prosesperkembangan seksual yang terlalu
pesat.
- Pada beberapa kasus, terapi pada gangguan kesehatan penyebab puber dini
dapat menghentikan proses puber dini itu sendiri, akan tetapi pada
kebanyakan kasus, karena puber dini tidak dipicu oleh gangguan kesehatan,
terapi biasanya terdiri dari terapi hormon yang bertujuan untuk
menghentikan laju pesatnya perkembangan seksual.
- Pada saat ini terapi hormon yang diperbolehkan dalam bentuk obat
disebut LHRH analogs- yaitu hormon sintetik yang menghambat
pertumbuhan hormon sex pada tubuh, yang menjadi penyebab puber dini.
Hasil memuaskan biasanya muncul selama kurang lebih satu tahun setelah di
konsumsinya LHRH, yang mana umumnya aman dan tidak mengakibatkan
efek samping pada anak-anak.
- Pada anak perempuan, ukuran payudara akan mengecil, atau paling tidak
nantinya tidak akan berkembang secara pesat. Sementara pada anak laki-
laki, ukuran penis dan testis akan kembali pada umumnya anak seusianya.
Petumbuhan tinggi badan akan melambat para rata-rata pertumbuhan tinggi
badan anak pada umumnya dan perilaku anak biasanya menjadi seperti
anak-anak pada umumnya usia sebayanya.

 Phaeochromocytoma
Definisi

Secara etimologi Phaeochromositoma berasal dari bahasa Yunani. Phios berarti


kehitaman, chroma berarti warna dan cytoma berarti tumor. Hal ini mengacu
pada warna sel tumor ketika diwarnai dengan garam kromium.
Pheochromocytoma adalah tumor kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon
epinefrin dan norepinefrin. Hormon ini memiliki banyak fungsi, beberapa
diantaranya seperti mengatur tekanan darah dan detak jantung.
Pheochromocytoma banyak ditemukan pada orang dewasa dengan umur 30-60
tahun.

Phaeochromocytomas adalah tumor fungsional berasal dari sel-sel chromaffin


dari medula adrenal dan paraganglions. Sel Chromaffin adalah sel-sel yang
mensekresi katekolamin yang mempunyai karakteristik pewarnaan coklat dengan
dikromat karena kehadiran butiran sitoplasma katekolamin. Presentasi klinis
klasik adalah dengan serangan paroksismal hipertensi disertai sakit kepala,
berkeringat, kecemasan palpitasi dan tremor.

Etiologi

Banyak faktor yang dapat menyebabkan pheochromocytoma. Pada kebanyakan


kasus, yang paling berperan adalah faktor genetik dan lingkungan. 25% dari
pheochromocytomas karena faktor keluarga . Mutasi gen VHL , RET, NF1,
SDHB dan SDHD semua diketahui menyebabkan pheochromocytoma keluarga
/-adrenal paraganglioma ekstra. Pheochromocytoma adalah tumor dari neoplasia
endokrin multipel sindrom, tipe IIA dan IIB (juga dikenal sebagai MEN IIA dan
IIB MEN , masing-masing). Komponen lainnya neoplasma sindrom yang
mencakup paratiroid adenoma, dan kanker tiroid meduler . Mutasi di autosomal
RET proto-onkogen drive keganasan ini. mutasi umun onkogen RET juga dapat
mencakup ginjal spons meduler.

Pheochromocytoma terkait dengan MEN II dapat disebabkan oleh mutasi


onkogen RET. Kedua sindrom dicirikan oleh pheochromocytoma serta kanker
tiroid (karsinoma meduler tiroid). MEN IIA juga disebabkan oleh
hiperparatiroidisme, sedangkan MEN IIB juga disebabkan oleh neuroma
mukosa. Kesimpulannya bahwa Lincoln di sebabkan oleh MEN IIB, bukan
Sindrom Marfan seperti yang diduga sebelumnya, meskipun ini tidak pasti.
Pheochromocytoma juga berhubungan dengan neurofibromatosis.

Phaeochromositoma juga bisa terjadi pada penderita penyakit von Hippel-


Lindau, dimana pembuluh darah tumbuh secara abnormal dan membentuk tumor
jinak (hemangioma); dan pada penderita penyakit von Recklinghausen
(neurofibromatosis, pertumbuhan tumor berdaging pada saraf). Penyakit ini juga
dapat timbul dan atau tanpa gejala.

Patofisiologi

Phaeochromositoma suatu penyebab hipertensi sekunder yang jarang terjadi atau


sangat langka, merupakan tumor medullar adrenal atau tumor rantai simpatis
(paraganglioma) yang melepaskan katekolamin dalam jumlah besar (epinefrin,
norepinefrin, dan dopamine) secara terus-menerus atau dengan jangka waktu.
Feokromositoma menyerang 0.1% hingga 0.5% penderita hipertensi dan dapat
menyebabkan akibat yang fatal bila tidak terdiagnosis atau diobati.
phaeochkromositoma dapat menyerang laki-laki dan perempuan dalam
perbandingan yang sama dan mempunyai insiden puncak antara usia 30 dan 50
tahun.

Sekitar 90% tumor ini berasal dari sel kromafin medulla adrenalis, dan 10%
sisanya dari ekstra-adrenal yang terletak di area retroperitoneal (organ
Zuckerkandl), ganglion mesenterika dan seliaka, dan kandung kemih. Pasien
dengan neoplasia endokrin multiple (MEN II), telah meningkatkan sekresi
katekolamin dengan manifestasi klinis phaeochromositoma akibat hyperplasia
medulla adrenal bilateral.

Beberapa penderita memiliki penyakit keturunan yang disebut sindroma


endokrin multipel, yang menyebabkan mereka peka terhadap tumor dari berbagai
kelenjar endokrin (misalnya kelenjar tiroid, paratiroid dan adrenal).

Manifestasi klinis

- Takikardi
- Palpitasi jantung
- Sakit kepala
- Berat badan menurun, nafsu makan normal
- Pertumbuhan lambat
- Mual
- Muntah
- Sakit perut
Tatalaksana

Farmakologi

- Alpha-adrenergic blocking agents.- eg. Phentolamine (Regitine)


- Smooth muscle relaxants. eg. Na nitroprusside (Nipride)
Pada kehamilan

- Diagnosis dengan pemeriksaan urin 24 jam dan MRI


- Trimester 1 dan 2 (<24 minggu):
- Phenoxybenzamine + beta blocker
- Tumor direseksi ASAP laprascopically
- Trimester 3 :
Phenoxybenzamine + beta blocker
Ketika janin cukup besar: dilakukan secsio diikuti dengan reseksi tumor

 Testicular Feminization Syndrome

Definisi

TFS adalah kelainan yang disebabkan oleh mutasi gen Androgen Receptor

(AR gen). TFS merupakan kelainan pada kromosom X resesif yang

menyebabkan laki-laki memiliki genatalia eksternal perempuan, memiliki

payudara, tidak ada uterus, dengan kariotip yang normal 46 XY. AR gen ini

terletak pada kromosom X yg terdiri dari 910 asam amino. Klasifikasi TSF

antara lain complete androgen insensitivity syndrome (CAIS), partial

androgen insensitivity syndrome (PAIS), and mild androgen insensitivity

syndrome (MAIS). CAIS yang lebih sering disebut TSF memiliki ciri-ciri

fenotip perempuan, punya testis di abdominal / inguinal, kariotip 46XY. PAIS

sering disebut Incomplete AIS. PAIS dibagi tiga, yaitu yang memiliki
kecenderungan ke laki-laki, wanita, dan memiliki kedua genitalia eksternal.

MAIS memiliki ciri-ciri antara lain kegagalan spermatogenesis

Diagnosis

- Pemeriksaan level testosterone

- Pemeriksaan kariotip

- Pemeriksaan LH

- Pemeriksaan FSH

- Sonogram

Tatalaksana

Jika testis ditemukan dalam abdomen maka ketika mencapai masa pubertas dn

pertumbuhan sudah lengkap, testis dapat diangkat karena dapat menyebabkan

kanker. Setelah itu dlakukan pelebaran vagina. Kemudian dilakukan

penggantian estrogen setelah masa pubertas dan dilakukan psikoterapi.

 Hiperaldosteronisme

Definisi

Keadaan terjadi produksi hormone aldosterone berlebihan.

Etiologi

- hipersekresi tumor adrenal (hiperaldosteronisme primer/sindrom conn)


- peningkatan berlebihan aktivitas system renin angiotensin aldosterone
(hiperaldosteronisme sekunder)
- penyakit akibat aktivitas berlebihan system renin angiotensin aldosterone,
missal aterosklerosis
Manifestasi klinis

- hypokalemia
- hypernatremia
- hipertensi
- Rasa lemas,
- kesemutan,
- kram otot,
- periode lumpuh sementara,
- sangat haus
- sering berkemih.

Tatalaksana

- Adrenalektomi unilateral dibutuhkan untuk adenoma yang

memproduksi aldosteron.

- Diuretik penyerap kalium mengontrol hiperaldosteronisme

- Penanganan sebaiknya juga mengoreksi penyebab

(hiperaldosteronisme sekunder).
5. FARMAKOLOGI KELENJAR ADRENAL

Korteks adrenal mensitesis dua golongan steroid, yaitu kortikosteroid


(glukokortikoid dan mineralokortikoid) dan androgen. Kortikosteroid
berinteraksi dengan protein reseptor spesifik pada jaringan target untuk mengatur
ekspresi gen yang responsive terhadap kortikosteroid sehingga mengubah dan
mengatur susunan protein yang disintesisnya. Sebagian besar efek dari
kortikosteroid tidak terjadi segera, namun setelah beberapa jam.

Kortikosteroid memiliki efek sangat besar terhadap metabolism


karbohidrat dan protein. Karena efeknya pada metabolism glukosa,
kortikosteroid memperburuk control glikemik pada pasien diabetes dan
mempercepat serangan diabetes pada kelompok yang memiliki
kecenderungan. Selain itu, kortikosteroid juga berefek pada metabolism lipid.
Pertama, redistribusi drastic lemak tubuh pada saat hiperkortisisme terinduksi
oleh endogen ataupun farmakologis, seperti pada sindrom cushing. Pada
keadaan ini akan terjadi buffalo hump dan moon face. Kedua, fasilitasi
permisif efek lipolitik senyawa lain, seperti hormone pertumbuhan dan agonis
reseptor β-adrenergik yang menghasilkan kenaikan asam lemak bebas setelah
pemberian glukokortikoid.
Aldosteron adalah kortikosteroid yang paling poten mempengaruhi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Selain itu, kortikosteroid juga
berefek pada kardiovaskular, utamanya hipertensi akibat retensi Na+ dan air
akibat peningkatan aktivitas system renin angiotensin aldosterone.

Sumber: Goodman & Gilman Manual Farmakolsogi & Terapi

6. KEDOKTERAN KOMUNITAS

Saat ini banyak obat obatan yang beredar di masyarakat sehingga kita
harus lebih waspada karena banyak dari obat obatan tersebut digunakan tanpa
melihat efek samping yang di timbulkan. Salah satu obat yang paling banyak
penyalah gunaannya yaitu obat corticosteroid. Karena efek kebugarannya yang
di timbulkan maka obat ini banyak dari masyarakat yang mengkonsumsi obat
obatan ini secara bebas tanpa resep dokter. Di lain sisi obat ini sangat
berbahaya jika di konsumsi tanpa aturan yang jelas dan dapat mengakibatkan
timbulnya penyakit penyakit yang sebelumnya tidak pernah di temukan akibat
efeknya yaitu imunosupresan. Oleh karena ini sebaga tenaga medis kita perlu
memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak mengkonsumsi secara
bebas obat obatan ini sehingga dampat negative yang irreversible tidak
muncul. Terdapat tiga langkah yang dapat kita lakukan untuk mengontrol
penggunaan obat obatan ini yaitu :

a. Memberikan edukasi tentang dampak negatif penggunaan kortikosteroid

b. Membuat iklan layanan public bahaya penggunaan obat

c. Bekerja sama dengan pihak apoteker untuk mengontrol penjualan bebas


obat cortikosteroid

Penggunaan Obat Secara Rasional

Penggunaan Obat secara Rasional (POR) atau Rational Use of


Medicine (RUM) merupakan suatu kampanye yang disebarkan ke seluruh
dunia, juga di Indonesia. Dalam situsnya, WHO menjelaskan bahwa definisi
Penggunaan Obat Rasional adalah apabila pasien menerima pengobatan sesuai
dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan,
dalam periode waktu yang sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh
dirinya dan kebanyakan masyarakat. Dengan empat kata kunci yaitu
kebutuhan klinis, dosis, waktu, dan biaya yang sesuai, POR merupakan upaya
intervensi untuk mencapai pengobatan yang efektif.

Kampanye POR oleh WHO dilatarbelakangi oleh dua kondisi yang


bertolak belakang. Kondisi pertama menunjukkan bahwa terdapat lebih dari
50% obat-obatan di dunia diresepkan dan diberikan secara tidak tepat, tidak
efektif, dan tidak efisien. Bertolak belakang dengan kondisi kedua yaitu
kenyataan bahwa sepertiga dari jumlah penduduk dunia ternyata kesulitan
mendapatkan akses memperoleh obat esensial.

Penggunaan obat dapat diidentifikasi rasionalitasnya dengan


menggunakan Indikator 8 Tepat dan 1 Waspada. Indikator 8 Tepat dan 1
Waspada tersebut adalah Tepat diagnosis, Tepat Pemilihan Obat, Tepat
Indikasi, Tepat Pasien, Tepat Dosis, Tepat cara dan lama pemberian, Tepat
harga, Tepat Informasi dan Waspada terhadap Efek Samping Obat. Beberapa
pustaka lain merumuskannya dalam bentuk 7 tepat tetapi penjabarannya tetap
sama. Melalui prinsip tersebut, tenaga kesehatan dapat menganalisis secara
sistematis proses penggunaan obat yang sedang berlangsung. Penggunaan obat
yang dapat dianalisis adalah penggunaan obat melalui bantuan tenaga
kesehatan maupun swamedikasi oleh pasien.

Berikut ini adalah penjabaran dari Indikator Rasionalisasi Obat yaitu 8 Tepat
dan 1 Waspada:

1. Tepat Diagnosis

Penggunaan obat harus berdasarkan penegakan diagnosis yang tepat.


Ketepatan diagnosis menjadi langkah awal dalam sebuah proses pengobatan
karena ketepatan pemilihan obat dan indikasi akan tergantung pada diagnosis
penyakit pasien. Contohnya misalnya pasien diare yang disebabkan
Ameobiasis maka akan diberikan Metronidazol. Jika dalam proses penegakkan
diagnosisnya tidak dikemukakan penyebabnya adalah Amoebiasis, terapi tidak
akan menggunakan metronidazol.

Pada pengobatan oleh tenaga kesehatan, diagnosis merupakan wilayah kerja


dokter. Sedangkan pada swamedikasi oleh pasien, Apoteker mempunyai peran
sebagai second opinion untuk pasien yang telah memiliki self-diagnosis.

2. Tepat pemilihan obat

Berdasarkan diagnosis yang tepat maka harus dilakukan pemilihan obat ya ng


tepat. Pemilihan obat yang tepat dapat ditimbang dari ketepatan kelas terapi
dan jenis obat yang sesuai dengan diagnosis. Selain itu, Obat juga harus
terbukti manfaat dan keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis yang
paling mudah didapatkan. Jenis obat yang akan digunakan pasien juga
seharusnya jumlahnya seminimal mungkin.

3. Tepat indikasi

Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai diagnosa Dokter.
Misalnya Antibiotik hanya diberikan kepada pasien yang terbukti terkena
penyakit akibat bakteri.

4. Tepat pasien

Obat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan kondisi individu


yang bersangkutan. Riwayat alergi, adanya penyakit penyerta seperti kelainan
ginjal atau kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil, laktasi, balita,
dan lansia harus dipertimbangkan dalam pemilihan obat. Misalnya Pemberian
obat golongan Aminoglikosida pada pasien dengan gagal ginjal akan
meningkatkan resiko nefrotoksik sehingga harus dihindari.

5. Tepat dosis

Dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat tersebut. Obat
mempunyai karakteristik farmakodinamik maupun farmakokinetik yang akan
mempengaruhi kadar obat di dalam darah dan efek terapi obat. Dosis juga
harus disesuaikan dengan kondisi pasien dari segi usia, bobot badan, maupun
kelainan tertentu.

6. Tepat cara dan lama pemberian

Cara pemberian yang tepat harus mempertimbangkan mempertimbangkan


keamanan dan kondisi pasien. Hal ini juga akan berpengaruh pada bentuk
sediaan dan saat pemberian obat. Misalnya pasien anak yang tidak mampu
menelan tablet parasetamol dapat diganti dengan sirup.

Lama pemberian meliputi frekuensi dan lama pemberian yang harus sesuai
karakteristik obat dan penyakit. Frekuensi pemberian akan berkaitan dengan
kadar obat dalam darah yang menghasilkan efek terapi. Contohnya
penggunaan antibiotika Amoxicillin 500 mg dalam penggunaannya diberikan
tiga kali sehari selama 3-5 hari akan membunuh bakteri patogen yang ada.
Agar terapi berhasil dan tidak terjadi resistensi maka frekuensi dan lama
pemberian harus tepat.

7. Tepat harga

Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas atau untuk keadaan yang sama
sekali tidak memerlukan terapi obat merupakan pemborosan dan sangat
membebani pasien, termasuk peresepan obat yang mahal. Contoh Pemberian
antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik yang
sebenarnya tidak diperlukan hanya merupakan pemborosan serta dapat
menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki.l
8. Tepat informasi

Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan pasien
akan sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan pengobatan.
Misalnya pada peresepan Rifampisin harus diberi informasi bahwa urin dapat
berubah menjadi berwarna merah sehingga pasien tidak akan berhenti minum
obat walaupun urinnya berwarna merah.

9. Waspada efek samping

Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak


diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. Contohnya
Penggunaan Teofilin menyebabkan jantung berdebar.

Prinsip 8 Tepat dan 1 Waspada diharapkan dapat menjadi indikator untuk


menganalisis rasionalitas dalam penggunaan Obat. Kampanye POR
diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi belanja obat dan
mempermudah akses masyarakat untuk memperoleh obat dengan harga
terjangkau. POR juga dapat mencegah dampak penggunaan obat yang tidak
tepat sehingga menjaga keselamatan pasien. Pada akhirnya, POR akan
meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien) terhadap mutu pelayanan
kesehatan.
Sumber informasi

1. (https://www.alodokter.com/kelenjar-adrenal).

2. (https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/fungsi-kelenjar-adrenal/).

3. (https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/fungsi-kelenjar-adrenal/).

4. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kelenjar_adrenal).

5. (https://www.academia.edu/9812484/Kelenjar_Adrenal_dan_Kelainannya).

Anda mungkin juga menyukai