Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Kritis
Dosen: Idris Handriana, S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 4
Alif Alin Arifah Suhada
De Piping Herdiana
Dina Amelia
Farhan Maulana R
Jihan Fitrina
Nanda Fatimatul Badriyah
Nunung Nurfitriani
Rima Amelia Nurwahyi
Yessy Gustia

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB
MAJALENGKA
2020
ATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-
Nya sehingga makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Endokrin” dapat terselesaikan dengan baik. Maksud dan tujuan dari penulis makalah ini
tidak lain untuk memenuhi salah satu mata kuliah Keperawatan Kritis serta merupakan bentuk
langsung tanggung jawab penulis pada tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak
Idris Handriana, S.kep., Ners., M.Kep selaku dosen pengempu serta semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan. Kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca. Terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Majalengka, September 2020

Penulis

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ...............................................................................................................i
Daftar Isi ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang ..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................2
A. Pengertian ..................................................................................................................2
B. Organ Utama Sistem Endokrin ..................................................................................2
C. Struktur dan Fungsi Sistem Endokrin ........................................................................3
D. Penyebab Sistem Endokrin ........................................................................................5
E. Tanda dan Gejala Sistem Endokrin ............................................................................5
F. Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin ......................................................................9
BAB III PENUTUPAN ..................................................................................................48
A. Kesimpulan ...............................................................................................................48
B. Saran ..........................................................................................................................48
Daftar Pustaka ................................................................................................................49

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem endokrin merupakan sistem kelenjar yang memproduksi substans untuk digunanakn
di dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang tetap beredar dan bekerja didalam
tubuh. Hormon merupakan senyawa kimia khsus diproduksi oleh kelenjar endokrin tertentu.
terdapat hormon setempat dan hormon umum. contoh dari hormon setempat adalah: Asetilkolin
yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung syaraf parasimpatis dan syaraf rangka. Sekretin yang
dilepaskan oleh dinding duedenum dan diangkut dalam darah menuju penkreas untuk menimbulkan
sekresi pankreas dan kolesistokinin yang dilepaskan diusus halus, diangkut kekandung empedu
sehingga timbul kontraksi kandung empedu dan pankreas sehingga timbul sekresi enzim.

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengertian dari sistem endokrin ?


2. Apa saja organ utama sistem endokrin?
3. Apa saja struktur dan fungsi sistem endokrin?
4. Apa saja penyebab sistem endokrin?
5. Apa saja tanda dan gejala sistem endokrin?

C. Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem endokrin.


2. Untuk mengetahui organ utama sistem endokrin.
3. Untuk mengetahui penyebab sistem endokrin.
4. Untuk mengetahui struktur dan fungsi sistem endokrin.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala sistem endokrin.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Endokrin

Dalam tubuh manusia terdapat kelenjar, enzim dan beberapa bagian penting yang
mempengaruhi kestabilan tubuh. Salah satu kelenjar yang memiliki pengaruh dalam tubuh adalah
kelenjar endokrin. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tersusun atas susunan sel mikro yang
sangat sederhana yan terdiri atas jaringan ikat halus yang mengandung pembuluh kapiler.

Kelenjar endokrin adalah sebuah organ yang memproduksi zat aktif (hormone), yang
dilepaskan melaluai darah. Zat aktif ini akan mengatur kerja sebuah organ atau bahkan beberapa
organ sekaligus. Sifat kerja hormone adalah bekerja sebagai control umpan balik, bekerja pada
spesifik target, dan memiliki mekanisme kerja  tertentu.

Sistem endokrin adalah suatu sistem dalam tubuh manusia yang bertugas untuk melakukan
sekresi (memproduksi) hormon yang berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan organ-organ dalam
tubuh manusia sesuai dengan yang dibutuhkan organ tersebut. Hasil sekresi berupa hormon ini
langsung masuk ke dalam pembuluh darah manusia tanpa harus melalui saluran (duktus).

Sistem endokrin terbagi menjadi beberapa kelenjar endokrin yang jika dalam satu kesatuan
disebut denngan sistem endokrin. Jadi, sistem endokrin merupakan gabungan dari beberapa
kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin itu sendiri ada yang mengahasilkan satu macam hormon
tunggal, dan juga menghasilkan beberapa hormone ganda.

B. Organ utama sistem endokrin


Organ-organ sistem endokrin bertanggung jawab untuk produksi hormon, yang pada
gilirannya dilepaskan ke dalam darah untuk mencapai organ target. Organ utama sistem ini
adalah:

1. Hipofisis
Kelenjar hipofisis, kelenjar hipofisis atau kelenjar master, adalah
kelenjar kecil yang terletak di otak. Ini bertanggung jawab untuk
produksi hormon, pengaturan siklus seksual dan kontrol aktivitas kelenjar l
ainnya

2. Tiroid
Tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu yang terletak di daerah leher. Ini
adalah salah satu kelenjar terbesar di tubuh manusia. Ini memiliki fungsi penting
dalam tubuh, seperti mengatur pertumbuhan, perkembangan, kesuburan, siklus
menstruasi dan kontrol emosional.
2
3. Paratiroid
Kelenjar paratiroid adalah empat kelenjar kecil, terletak di sekitar tiroid. Fungsinya
adalah: pengaturan jumlah kalsium dalam darah dan produksi hormon. Kelenjar
paratirodi adalah empat kelenjar endokrin kecil yang terletak di leher masing-
masing kelenjar tersebut sehingga mempunyai ukuran besarnya sama dengan
ukuran butir beras. Berfungsi menjadi penghasil kelenjar paratiroid yang dapat
mengontrol jumlah kalsium di dalam tulang.
4. Adrenal
Kelenjar adrenal atau adrenal dibentuk oleh korteks dan medula. Mereka terletak di
atas ginjal dan fungsi utama mereka adalah produksi dan pelepasan hormon.
5. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar campuran yang bertanggung jawab untuk produksi
hormon (sistem endokrin) dan jus pankreas (sistem pencernaan). Letaknya di
belakang perut, antara duodenum dan limpa. Prankeas adlah organ penting yang
bersama dengan sistem pencernaan di dala tubuh. Letaknya ada di bagian belakang
perut yang menjadi organ kelenjar.
6. Timus
Timus adalah kelenjar yang mempunyai bentuk mirip dengan piramida dan
letaknya tepat ada di bawahnya leher, timus ini sebagai salah satu organ yang
khusus sekali dari sistem kekebalan tubuh dan mempunyai fungsi guna
menghasilkan limfosit sel-T yang bis amembantu dalam mengembangkan
kekebalan tubuh dari serangan beragam jenis penyakit.

C. Struktur dan fungsi sistem endokrin


Seiring dengan saraf, sistem endokrin berfungsi untuk mempertahankan hemostasis selama
istirahat dan olahraga. Saraf dan sistem endokrin juga bekerja sama unttuk memulai dan
mengendalikan gerakan, dan semua gerakan yang melibatkan proses fisiologis. Dimana
sistem saraf bertindak cepat (hamper seketika) menyampaikan pesan impulls saraf , sistem
endokrin memiliki respon lebih lambat tapi lebih tahan lama dari impuls sistem saraf.
Sistem endokrin mengatur pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi dan menambah
kapasitas tubuh untuk menangani stress fisik dan psikologis.
Secara keseluruhan, masing-masing kelenjar yang terdapat dalam tubuh memiliki fungsi
yang berbeda-beda tergantung dari mana kelenjar tersebut dihasilkan. Akan tetapi, secara
umum fungsi kelenjar endokrin adalah:

3
1. Penghasil Hormon – Kelenjar endokrin bertugas untuk menghasilkan berbagai
macam jenis hormon yang nantinya akan disalurkan ke darah apabila diperlukan
oleh jaringan tubuh tertentu.
2. Mengontrol Aktivitas – Kelenjar endoktrin bertugas untuk mengontrol aktivitas
dari kelenjar tubuh agar dapat berfungsi dengan normal dan maksimal.
3. Merangsang Aktivitas – Kelenjar endoktrin juga bertugas untuk merangsang
aktivitas kelenjar tubuh untuk kemudian disampaikan ke sistem saraf dan
menciptakan suatu efek dari rangsangan tersebut.
4. Pertumbuhan Jaringan – Kelenjar endoktrin juga mempengaruhi pertumbuhan
jaringan pada manusia agar jaringan tersebut berfungsi maksimal.
5. Mengatur Metabolisme – Kelenjar endoktrin juga berfungsi untuk mengatur
metabolisme dalam tubuh, sistem oksidasi tubuh serta bertugas untuk
meningkatkan absorpsi glukosa dalam tubuh dan pada usus halus.
6. Metabolisme Zat – Kelenjar endoktrin bertugas untuk mempengaruhi
fungsi metabolisme lemak, vitamin, metabolisme protein, mineral, air dan hidrat
aranga dalam tubuh untuk agar optimal.
Sedangkan fungsi dari hormone adalah
 Mengendalikan proses-proses dalam tubuh manusia seperti proses
metabolism, proses oksidatif, perkembangan seksual.
   Menjaga keseimbangan fungsi tubuh (hemeotasis).

Pada umumnya, sistem hormonal ( sistem endokrin ) terutama berhubungan denagn


pengaturan sebagai fungsi metabolisme tubuh, mengatur kecepatan reaksi kimia di
dalam sel atau trnspor zat-zat melalui membran selatau aspek-aspek metabolisme sel
lainnya seperti pertumbuhan dan sekresi.

Struktur Dasar Hormon secara Kimiawi

1. Derivat Asam Amino, dikeluarkan : Sel kelenjar buntu yg berasal dari jaringan
Nervus Medilla Supra Renal & Neurohipofise. (Contoh : Epinefrin & Nor-
Epinefrin)
2. Petide/Derivat Peptide, dibuat : Kelenjar Buntu yg berasal dari jaringan alat cerna
3. Steroid  dibuat : kelenjar buntu yg berasal dari mesotelium (Contoh : hormon
testes, ovarium, & korteks suprarenal
4. Asam Lemak  merupakan biosintesis contoh hormon prostaglandin

4
D. Penyebab sistem endokrin
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan dalam 2 kategori:
1. Kelenjar menghasilkan terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon endokrin, yang
disebut ketidakseimbangan hormon
2. Pembentukan luka (seperti bintil atau tumor) pada sistem endokrin, yang dapat atau
tidak mempengaruhi kadar hormon.
3.
E. Tanda dan gejala sistem endokrin
Apa saja tanda-tanda dan gejala gangguan sistem endokrin?
Gejala-gejala dari gangguan endokrin dapat berkisar dari ringan atau tidak ada
gejala hingga serius dan mempengaruhi seluruh tubuh Anda. Tergantung pada bagian
spesifik dari sistem endokrin yang terpengaruh, beberapa gejala dapat digolongkan
menjadi:
1. Diabetes
Gangguan endokrin yang paling umum adalah diabetes mellitus, yang terjadi
apabila pankreas tidak menghasilkan insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang tersedia dengan optimal. Gejala diabetes dapat
meliputi:
 Haus atau lapar yang berlebih
 Kelelahan
 Sering buang air kecil
 Mual dan muntah
 Kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak disertai alasan
 Perubahan pada penglihatan.

2. Akromegali

Akromegali adalah gangguan di mana kelenjar pituitari menghasilkan hormon


pertumbuhan yang berlebih. Hal ini menyebabkan pertumbuhan yang berlebih,
terutama pada tangan dan kaki. Gejala akromegali biasanya adalah:

 Ukuran bibir, hidung, atau lidah yang terlalu besar

 Tangan atau kaki yang terlalu besar atau bengkak

5
 Perubahan struktur tulang muka

 Nyeri pada tubuh dan sendi


 Suara yang dalam
 Kelelahan dan kelemahan
 Sakit kepala
 Pertumbuhan tulang dan kartilago yang berlebih serta penebalan kulit
 Disfungsi seksual, termasuk penurunan libido
 Sleep apnea
 Gangguan pada penglihatan.

3. Penyakit Addison

Penyakit Addison ditandai dengan penurunan produksi kortisol dan aldosteron


akibat kerusakan kelenjar adrenal. Gejala Addison biasanya adalah:

 Depresi
 Diare
 Kelelahan
 Sakit kepala
 Hiperpigmentasi pada kulit
 Hipoglikemia
 Napsu makan rendah
 Tekanan darah rendah
 Periode menstruasi yang terlewat
 Mual, dengan atau tanpa muntah
 Ingin mengonsumsi garam
 Penurunan berat badan
 Kelemahan.

4. Sindrom Cushing

Sindrom Cushing disebabkan oleh kelebihan kortisol, dihasilkan oleh kelenjar


adrenal. Gejala dari sindrom Cushing biasanya adalah:

 Buffalo hump (lemak di antara bahu seperti punuk)

6
 Diskolorasi kulit seperti memar
 Kelelahan
 Merasa sangat haus
 Penipisan dan melemahnya tulang (osteoporosis)
 Sering buang air kecil
 Gula darah tinggi (hiperglikemia)
 Tekanan darah tinggi (hipertensi)
 Mudah marah dan perubahan mood
 Obesitas pada bagian atas tubuh
 Wajah bundar
 Kelemahan.

5. Penyakit Graves

Penyakit Graves merupakan salah satu jenis hipertiroidisme yang mengakibatkan


produksi hormon tiroid. Gejala penyakit Graves biasanya adalah:

 Mata menonjol
 Diare
 Kesulitan tidur
 Kelelahan dan kelemahan
 Goiter (pembesaran kelenjar tiroid)
 Intoleransi terhadap panas
 Detak jantung yang tidak teratur
 Mudah marah dan perubahan mood
 Detak jantung berdebar cepat (tachycardia)
 Kulit yang tebal atau merah pada betis
 Tremor
 Penurunan berat badan.

6. Hashimoto’s thyroiditis

Hashimoto’s thyroiditis adalah suatu kondisi di mana tiroid diserang oleh sistem
imun, menyebabkan hipotiroidisme dan produksi hormon tiroid yang rendah,
seperti:

7
 Intoleransi terhadap dingin
 Konstipasi
 Rambut kering dan rontok
 Kelelahan
 Goiter (pembesaran kelenjar tiroid)
 Nyeri sendi dan otot
 Periode menstruasi yang terlewat
 Detak jantung yang melambat
 Pertambahan berat badan.

7. Hipertiroidisme

Hipertiroidisme adalah kondisi yang ditandai dengan kelenjar tiroid yang overaktif.
Gejala umum dari hipertiroidisme meliputi:

 Diare
 Kesulitan tidur
 Kelelahan
 Goiter
 Intoleransi terhadap panas
 Mudah marah dan perubahan mood
 Detak jantung yang cepat (takikardia)
 Tremor
 Penurunan berat badan tanpa penyebab
 Kelemahan.

8. Hipotiroidisme

Hipotiroidisme merupakan kondisi di mana tiroid underaktif dan menghasilkan


terlalu sedikit hormon tiroid. Gejala umum dari hipotiroidisme meliputi:

 Intoleransi terhadap dingin


 Sembelit
 Menurunnya produksi keringat
 Rambut kering
 Kelelahan

8
 Goiter
 Nyeri pada sendi dan otot
 Periode menstruasi yang terlewat
 Detak jantung yang melambat
 Muka membengkak
 Kenaikan berat badan.

9. Prolaktinoma

Prolaktinoma muncul apabila kelenjar pituitari yang disfungsional menghasilkan


hormon prolactin berlebih, yang berguna dalam produksi ASI. Prolaktin berlebih
dapat menyebabkan berbagai gejala, seperti:

 Disfungsi ereksi
 Kemandulan
 Kehilangan libido
 Periode menstruasi yang terlewat
 Produksi ASI tanpa penyebab.

 Selain itu, terdapat beberapa komplikasi gangguan endokrin tertentu,


seperti:
 Kegelisahan atau insomnia (pada banyak kondisi tiroid)
 Koma (pada hipotiroidisme)
 Depresi (pada banyak kondisi tiroid)
 Penyakit jantung
 Kerusakan saraf
 Kerusakan atau gagal pada organ
 Kualitas hidup yang buruk.

F. Asuhan Keperawatan Sisetem Endokrin

ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN:


DIABETES MELLITUS

A. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian (Doengoes, 2001)


9
a. Aktivitas / istrahat.

Tanda :

1) Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus

otot menurun.

2) Tachicardi, tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas.

3) Letargi / disorientasi, koma.

b. Sirkulasi

Tanda :

1) Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan

pada ekstremitas dan tachicardia.

10
2) Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang

menurun / tidak ada.

3) Disritmia, krekel : DVJ

c. Neurosensori

Gejala :

Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk,

lifargi, stuport / koma (tahap lanjut). Sakit kepala, kesemutan,

kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan, gangguan

memori (baru, masa lalu) : kacau mental, refleks fendo dalam (RTD)

menurun (koma), aktifitas kejang.

d. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis

dengan palpitasi : tampak sangat berhati – hati.

e. Keamanan

Gejala :

1) Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.

2) Menurunnya kekuatan immune / rentang gerak, parastesia

/ paralysis otot termasuk otot – otot pernapasan (jika kadar

kalium menurun dengan cukup tajam).

3) Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang

menjadi oliguria / anuria jika terjadi hipololemia barat).

11
4) Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif

(diare).

f. Pemeriksaan Diagnostik

Gejala :

1) Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.

2) Aseton plasma : positif secara menyolok.

3) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.

4) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330

m osm/l.

12
8
2. Bagan Patofisiologi dan Penyimpangan Terhadap KDM

Defisiensi Insulin peningkatan Katabolisme/Glukoneogenesis

efek terhadap mikrovaskuler Transpor glukosa ke dalam sel Katabolisme protein penurunan penyerapan asam amino

Retina tidak mendapat oksigen metabolisme glukosa dimitokondria penurunan ATP asam amino darah meningkat

Hipoksia
peningkatan glukosa darah penurunan energi glukoneogenesis meningkat

Resiko Kebutaan Hiperglikemia Hambatan mobilitas fisik pemakaian lemak dan protein meningkat

Perubahan glukosa ke asam lemak Ketosis

Resiko Gangguan persepsi sensori efek mikrovaskuler aterosklerosis dinding intima napas berbau keton mual, muntah

nefropati mikroangiopati out put berlebihan

penurunan permeabilitas neuron neuropati

nutrisi kurang dari kebutuhan


Diuresis meningkat penurunan sensitifitas perifer

Defisit volume cairan mudah trauma Ketidakmampuan beraktifitas


Kerusakan integritas kulit

13
Terputusnya kontinuitas jaringan perubahan status kesehatan Penurunan rawat diri

kurang pengetahuan
pelepasan mediator kimia kurang informasi

stimulasi reseptor nyeri nyeri invasi kuman/bakteri patogen resiko infeksi

14
25

2. Diagnosa Keperawatan

a. Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare,

muntah, poliuria, evaporasi.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral : anoreksia, abnominal

pain, gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat pelepasan hormone

stress, epinefrin, cortisol, GH atau karena proses luka.

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/

gangguan sirkulasi.

e. Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan dengan

perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin

atau karena ketidakseimbangan elektrolit.

f. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi,

perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan

energi, infeksi, hipermetabolik.

g. Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).

h. Penurunan rawat diri berhubungan dengan kelemahan.

i. Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi

(Doengoes, 2001)

25
4. Perencanaan / Intervensi

a. NDX : Defisit volume cairan berhubungan dengan hiperglikemia, diare,

muntah, poliuria, evaporasi

Tujuan :

Klien akan mendemonstrasikan hidrasi adekuat, dengan kriteria :

1) Nadi perifer dapat teraba, turgor kulit baik.

2) Vital sign dalam batas normal, haluaran urine lancer.

3) Kadar elektrolit dalam batas normal

Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Kaji pengeluaran urine 1. Membantu dalam

memperkirakan kekurangan

volume total, tanda dan gejala

mungkin sudah ada pada

beberapa waktu sebelumnya,

adanya proses infeksi

mengakibatkan demam dan

keadaan hipermetabolik yang

menigkatkan kehilangan cairan

2. Pantau tanda-tanda vital 2. Perubahan tanda-tanda vital

dapat diakibatkan oleh rasa

26
nyeri dan merupakan indikator

untuk menilai keadaan

perkembangan penyakit.

3. Monitor pola napas 3. Paru-paru mengeluarkan asam

karbonat melalui pernapasan

menghasilkan alkalosis

respiratorik, ketoasidosis

pernapasan yang berbau aseton

berhubungan dengan pemecahan

asam aseton dan asetat

4. Koreksi hiperglikemia dan

4. Observasi frekuensi dan asidosis akan mempengaruhi

kualitas pernapasan pola dan frekuensi

pernapasan. Pernapasan

dangkal, cepat, dan sianosis

merupakan indikasi dari

kelelahan pernapasan,

hilangnya kemampuan untuk

melakukan kompensasi pada

asidosis.

5. Memberikan perkiraan

5. Timbang berat badan kebutuhan akan cairan

27
pengganti fungsi ginjal dan

keefektifan dari terapi yang

diberikan.

6. Pemberian cairan sesuai 6. Tipe dan jenis cairan tergantung

dengan indikasi pada derajat

kekurangan cairan dan respon

b. NDX: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan defisiensi insulin/penurunan intake oral:

anoreksia, abnominal pain, gangguan kesadaran/hipermetabolik

akibat pelepasan hormone stress, epinefrin, cortisol, GH atau

karena proses luka.

Tujuan :

Klien akan mengkonsumsi secara tepat jumlah kebutuhan kalori

atau nutrisi yang di programkan dengan kriteria :

1) Peningkatan barat badan.

2) Pemeriksaan albumin dan globulin dalam batas normal.

3) Turgor kulit baik, mengkonsumsi makanan sesuai

program.

28
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL

1. Timbang berat badan. 1. Penurunan berat badan

menunjukkan tidak ada

kuatnya nutrisi klien.

2. Auskultasi bowel sound. 2. Hiperglikemia dan

ketidakseimbangan cairan

dan elektrolit menyebabkan

penurunan motilifas usus.

Apabila penurunan motilitas

usus berlangsung lama

sebagai akibat neuropati

syaraf otonom yang

berhubungan dengan

sistem pencernaan.

3. Berikan makanan lunak / cair. 3. Pemberian makanan oral dan

lunak berfungsi untuk

meresforasi fungsi usus dan

diberikan pada klien

dgn tingkat kesadaran baik.

4. Observasi tanda hipoglikemia 4. Metabolisme KH akan

misalnya : penurunan tingkat menurunkan kadarglukosa

kesadaran, permukaan teraba dan bila saat itu diberikan

29
dingin, denyut nadi cepat, lapar, insulin akan menyebabkan

kecemasan dan nyeri kepala. hipoglikemia.

5. Berikan Insulin.

5. Akan mempercepat

pengangkutan glukosa

kedalam sel.

c. NDX : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka.

Tujuan : Klien akan mempertahankan integritas kulit tetap utuh dan terhindar

dari inteksi dengan kriteria :

1) Tidak ada tanda – tanda infeksi.

2) Tidak ada luka.

3) Tidak ditemukan adanya perubahan warna kulit.

Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL

1. Observasi tanda – tanda 1. Kemerahan, edema, luka

infeksi drainase, cairan dari luka

menunjukkan adanya infeksi.

2. Ajarkan klien untuk mencuci 2. Mencegah cross

tangan dengan baik, untuk contamination.

mempertahankan

kebersihan tangan pada

30
saat melakukan prosedur.

3. Pertahankan kebersihan kulit. 3. Gangguan sirkulasi perifer dapat

terjadi bila menempatkan

pasien pada kondisi resiko iritasi

4. Dorong klien mengkonsumsi kulit.

diet secara adekuat dan intake 4. Peningkatan pengeluaran urine

cairan 3000 ml/hari. akan mencegah statis dan

mempertahankan PH urine yang

dapat mencegah terjadinya

perkembangan bakteri.

5. Antibiotik bila ada indikasi 5. Mencegah terjadinya

perkembangan bakteri.

d. NDX : Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/

gangguan sirkulasi

Tujuan :

Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda “inteksi, dengan kriteria :

a. Luka sembuh

b. Tidak ada edema sekitar luka.

c. Tidak terdapat pus, luka cepat mongering.

31
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji keadaan kulit yangrusak 1. Mengetahui keadaan

peradangan untuk membantu

dalam menanggulangi atau dapat

2. Bersihkan luka dengan teknik dilakukan pencegahan.

septic dan antiseptic 2. Mencegah terjadinya inteksi

sekunder pada anggota tubuh

3. Kompres luka dengan larutan yang lain.

Nacl 3. Selain untuk membersihkan luka

dan juga untuk mempercepat

pertumbuhan jaringan

4. Anjurkan pada klien 4. Kelembaban dan kulit

agarmenjaga predisposisi kotorsebagai predisposisi

terjadinya lesi. terjadinya lesi.

5. Pemberian obat antibiotic. 5. Antibiotik untuk membunuh

kuman.

e. NDX : Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan

dengan perubahan fungsi fisiologis akibat ketidakseimbangan

glukosa/insulin atau karena ketidakseimbangan elektrolit.

Tujuan :

Klien akan mempertahankan fungsi penglihatan

32
Intervensi :

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji derajat dan tipe 1. Mengidentifikasi derajat

kerusakan kerusakan penglihatan

2. Latih klien untuk membaca. 2. Mempertahankan aktivitas

visual klien.

3. Orientasi klien dengan 3. Mengurangi cedera akibat

lingkungan. disorientasi

4. Gunakan alat bantu 4. Melatih aktifitas visual secara

penglihatan. bertahap.

5. Panggil klien dengan nama, 5. Menurunkan kebingungan dan

orientasikan kembali sesuai membantu untuk

dengan kebutuhannya mempertahankan kontak

tempat, orang dan waktu. dengan realita.

6. Pelihara aktifitas rutin. 6. Membantu memelihara panen

tetap berhubungan dengan

realitas dan mempertahankan

orientalasi pada

lingkungannya.

7. Lindungi klien dari cedera. 7. Pasien mengalami disorientasi

merupakan awal kemungkinan

timbulnya cedera, terutama

macam hari dan perlu

33
pencegahan sesuai indikasi.

f. NDX : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi,

perubahan kimia darah, insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan

energi, infeksi, hipermetabolik

Tujuan :

Klien akan menunjukkan perbaikan kemampuan aktivitas dengan kriteria :

a. mengungkapkan peningkatan energi

b. mampu melakukan aktivitas rutin biasanya

c. menunjukkan aktivitas yang adekuat

d. melaporkan aktivitas yang dapat dilakukan

Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusikan dengan klien 1. Pendidikan dapat memberikan

kebutuhan akan aktivitas motivasi untuk meningkatkan

tingkat aktivitas meskipun

pasien mungkin sangat lemah

2. Berikan aktivitas alternative 2. Mencegah kelelahan yang

berlebihan

3. Pantau tanda tanda vital 3. Mengindikasikan tingkat

34
aktivitas yang dapat ditoleransi

secara fisiologis

4. Diskusikan cara 4. Pasien akan dapat melakukan

menghemat kalori selama lebih banyak kegiatan dengan

mandi, berpindah tempat dan penurunan kebutuhan akan energi

sebagainya pada setiap kegiatan

5. Tingkatkan partisipasi 5. Meningkatkan kepercayaan diri

pasien dalam melakukan yang positif sesuai tingkat

aktivitas sehari-hari yang aktivitas yang dapat ditoleransi

dapat ditoleransi pasien

g. NDX: Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).

Tujuan :

Klien akan menunjukkan nyeri berkurang / teratasi dengan kriteria :

a. Klien tidak mengeluh nyeri

b. Ekspresi wajah ceria

Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat nyeri 1. Nyeri disebabkan oleh

penurunan perfusi jaringan atau

35
karena peningkatan asam laktat

sebagai akibat deficit insulin

2. Observasi tanda-tanda vital 2. Pasien dengan nyeri biasanya akan

dimanifestasikan dengan

peningkatan vital sign terutama

perubahan denyut nadi dan

pernafasan

3. Ajarkan klien tekhnik 3. Nafas dalam dapat

relaksasi meningkatkanoksigenasi jaringan

4. Memblokir rangsangan nyeri pada

4. Ajarkan klien tekhnik Gate serabut saraf

Control 5. Analgetik bekerja langsung pada

5. Pemberian analgetik reseptor nyeri dan memblokir

rangsangan nyeri sehingga respon

nyeri dapat

diminimalkan

h. NDX. Penurunan rawat diri berhubungan dengan kelemahan

Tujuan :

Klien akan mendemonstrasikan penurunan rawat diri, dengan kriteria :

a. Kuku pendek dan bersih

b. Kebutuhan dapat dioenuhi secara bertahap

c. Mandi sendiri tanpa bantuan

36
Intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan klien 1. Mengidentifikasi tingkat toleransi

dalam pemenuhan rawat diri aktivitas klien

2. Berikan aktivitas secara

bertahap 2. Melatih tingkat kemampuan rawat

3. Bantu klien dalam diri secara bertahap

pemenuhan kebutuhan sehari- 3. Meningkatkan rasa nyaman klien

hari dan memperbaiki sirkulasi ke

4. Bantu klien (memotong perifer

kuku) 4. Kuku panjang dapat digunakan

untuk menggaruk

i. NDx.: Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interprestasi

Tujuan :

Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria

: Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya

37
Intervensi :
Intervensi Rasional

1. Pilih berbagai strategi belajar 1. Penggunaan cara yang berbeda

tentang mengakses informasi,

meningkatkan penerapan pada

individu yang belajar

2. Diskusikan tentang rencana 2. Kesadaran tentang pentingnya

diet kontrol diet akan membantu

pasien dalam merencanakan

makan/mentaati program, serat

dapat memperlambat absorbsi

glukosa yang akan

menurunkan fluktuasi kadar gula

dalam darah

3. Diskusikan tentang faktor- 3. Diskusikan faktor-faktor yang

faktor yang memegang memegang peranan dalam kontrol

peranan dalam kontrol DM DM yang dapat menurunkan

berulangnya

kejadian ketoasidosis.

38
5. Implementasi

Merupakan tahap dimana rencana keperawatan

dilaksanakan sesuai dengan intervensi. Tujuan dari

implementasi adalah membantu klien dalam mencapai

peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri

maupun kolaborasi dan rujukan.

6. Evaluasi

Merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk mencapai

kemampuan klien dan tujuan dengan melihat perkembangan klien.

Evaluasi klien diabetes mellitus dilakukan berdasarkan kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES KETODIASIS

Ny R 45 tahun datang dirawat di IGD karena tidak sadarkan diri. Pasien


terdiagnosa DM tipe I sejak kecil. Sudah 2 hari ini keluarga menyatakan klien
mengalami stress akibat kondisi suami beliau yang sedang dirawat di RS
karena mengalami serangan jantung. Klien saat ini terpasang oksigen dan
diberikan IVFD Normal Saline. Klien mendapatkan terapi insulin per drip. Saat
ini berdasarkan hasil pengkajian pada klien didapatkan GD klien adalah 450
mg/dl, HCO3=10 meq/L, pH darah 7.

ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI


KEPERAWATAN
DO: Pola nafas tidak efektif Kompensasi asidosis
- Nafas cepat metabolic, hiperventilasi,
(28x/mnt) nafas

39
cepat dan dalam
(kusmaul)
- HCO3 : 10 10 meq/L,
- pH darah: 7
- perubahan pergerakan
dada dan penggunaan
otot bantu nafas,
- pucat, sianosis
- nafas berbau aseton

DS: pasien tidak sadar


DO: Kekurangan volume Dehidrasi
- muntah cairan
- poliuria, polidipsi
- kulit membrane ukosa
kering, penurunan
tirgor kulit,
- TD: 90/70 mmHg
- Lemas, lemah
- Nausea

PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian KAD pada KGD didasarkan pada prinsip – prinsip skala


prioritas : Airway (A), Breating (B), Circulation (C), dan pengkajian
esensial yang lain.

1. Anamnesa
2. Keluhan utama

40
Datang dengan atau tanpa keluhan Poliuria, Polidipsi, Polifagi; lemas, luka
sukar sembuh atau adanya koma/penurunan kesadaran dengan sebab tidak
diketahui. Pada lansia dapat terjadi nepropati, neurophati atau retinophati, serta
penyakit pembuluh darah.

3. Riwayat penyakit sekarang

Berapa berat keluhan yang dirasakan

4. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit DM yang tertanggulangi maupun tidak terdiagnosis. Penyakit


hipertensi dan pankreatitis kronik.

5. Riwayat penyakit keluarga

DM dan penyakit jantung pada anggota keluarga.

6. Riwayat psikososial spiritual

 Persepsi klien tentang penyakitnya


 Apakah penyakit tersebut menggangu jiwanya
B. Pengkajian pola fungsional
1. Aktivitas / istirahat

S: lemah, lelah, kejang otot, gangguan istirahat tidur

O: Takhikardi, tachipneu saat istirahat / aktifitas, koma, penuruna


kekuatan otot.

2. Sirkulasi

S: Riwayt hipertensi, penyembuhan luka yng lambat

O: Takhikardi, hipertensi, penurunan nadi, disritmia, kulit kering

41
3. Eliminasi

S: Poliuri, nokturia, nyeri BAK, diare

O: Oliiguri/ anuri, urin keruh, bising usus turun

4. Makanan/ cairan

S: Anoreksia, mual, muntah, haus

O: Kulit kering, turgor turun, distensi abdomen, muntah

5. Respirasi

S: Batuk dengan atau tanpa sputum

O: Takhikardi, nafas kusmaul, nafas bau aseton

6. Neurosensori

S: Pusing, nyeri kepala, mati rasa, kelemahan otot, paratesia, gangguna


penglihatan

O: Disorientasi, letargi, stupor, koma, gangguan memori, kejang

7. Keamanan

S: Kulit kering, ulserasi kulit

O: panas, diaporesis, kulit pecah, penurunan ROM

C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum

Penurunan BB, nyeri abdomen, status gizi turun,

2. Sistem pernafasan

Nafas kusmaul, takhipneu, nafas bau aseton, vesikuler pada lapang paru.

3. Sistem integument

Turgor kulit turun, kulit kering, mukosa bibir kering.

42
4. Sistem kardiovaskuler

Hipertensi

5. Sistem gastrointestinal

Nyeri abdomen, mual muntah, anoreksia

6. Sistem neurologi

Sakit kepala, kesadaran menurun

7. Sistem penglihatan

Penglihatan kabur

Dx 1. Pola nafas tidak efektif b.d kompensasi asidosis metabolic

Definisi :

Inspirasi dan / ekspirasi yang tidak member ventilasi yang adekuat

Tujuan / criteria hasil:

- klien menunjukan pola nafas efektif, dibuktikan dengan status pernafasan


yang tidak berbahaya: ventilasi dan status TTV
- klien menunjukan status pernapasan: ventilasi tidak terganggu, ditandai
dengan : kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas, ekspansi dan
simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, kusmaul (-),

INTERVENSI RASIONAL
1. Pemantauan pernapasan: 1. Pemantauan pernapasan
a. pantau adanya pucat dan a. Pucat dan sianosis merupakan
sianosis tanda penurunan ambilan
b. pantau kedalaman nafas, oksigen di paru-paru akibat
kecepatan, irama, dan usaha hiperventilasi sehingga
repirasi. menyebabkan penurunan aliran
c. Perhatikan kesimetrisan dada, oksigen ke kapiler.
penggunaan otot bantu b. Pola dan kecepatan pernafasan

43
pernapasan, dipengaruhi oleh status asam
d. Pantau pola pernapasan basa, status hidrasi, status
hipervenliasi, pernapasan cardiopulmonal dan sistem
kusmaul dan nafas berbau persyarafan. Keseluruhan faktor
koton harus dapat diidentifikasi untuk
e. Kaji kemungkinan adanya menentukan faktor mana yang
secret yang mungkin timbul berpengaruh/paling berpengaruh
f. Pantau Kadar AGD c. Hiperventilasi dan kusmaul
akan meningkatkan kerja
2. Pertahankan oksigen masker 100 pernapasan
% d. Paru-paru mengeluarkan asam
3. Pastikan jalan nafas tidak karbonat melalui pernafasan
tersumbat yang menghasilkan kompensasi
4. Baringkan klien pada posisi alkalosis respiratorik terhadap
nyaman, semi fowler keadaan ketoasidosis. Pernafasn
yang berbau keton berhubungan
dengan pemecahan asam
ketoasetat dan harus berkurang
bila ketosis harus terkoreksi
e. Penurunan kesadaran mampu
merangsang pengeluaran
sputum berlebih akibat kerja
reflek parasimpatik dan atau
penurunan kemampuan menelan
f. AGD normal menunjukan
perbaikan sirulasi ogsigen
darah, terutama pada pambuluh
kapiler. Evaluasi rutin
konsentrasi HCO3, CO2 dan O2
merupakan bentuk evaluasi
objektif terhadap keberhasilan
terapi dan pemenuhan oksigen

44
2. Pernafasan kusmaul sebagai
kompensasi keasaman memberikan
respon penurunan CO2 dan O2,
Pemberian oksigen sungkup dalam
jumlah yang minimal diharapkan
dapat mempertahankan level CO2
3. Pengaturan posisi ekstensi kepala
memfasilitasi terbukanya jalan
nafas, menghindari jatuhnya lidah
dan meminimalkan penutupan
jalan nafas oleh sekret yang
munkin terjadi
4. Pengaturan posisi ekstensi kepala
memfasilitasi terbukanya jalan
nafas, menghindari jatuhnya lidah
dan meminimalkan penutupan
jalan nafas oleh sekret yang
munkin terjadi

Dx 2. Kekuranagn volume cairan b.d dehidrasi


Definisi :
Penrunan cairan intravaskuler, interstisial, dan intraseluler, mengarah pada
dehidrasi, kehilangan cairan tanpa perubahan sodium.
Kriteria hasil:
- Kekurangnvolume caran akan teratasi, dibuktikan denan keseimbangan
cairna, keseimbangan elektrolit, dan asam basa, hidrasi yang adekuat,
asupan cairan adekuat.
- Menampilkan hidrasi yang baik
- Memiliki asupan cairan yang adkuat (oral, intravena)

45
INTERVENSI RASIONAL
8. Kaji riwayat durasi/intensitas 1. Membantu memperkirakan
mual, muntah dan berkemih pengurangan volume total. Proses
berlebihan infeksi yang menyebabkan
demam dan status hipermetabolik
meningkatkan pengeluaran cairan
insensibel.

2. Hypovolemia dapat
9. Monitor tanda-tanda vital dan
dimanifestasikan oleh hipotensi
perubahan tekanan darah
dan takikardia. Hipovolemia
orthostatic
berlebihan dapat ditunjukkan
dengan penurunan TD lebih dari
10 mmHg dari posisi berbaring
ke duduk atau berdiri.

10. Monitor perubahan pernafasan :


3. Pelepasan asam karbonat lewat
kussmaul, bau aceton
respirasi menghasilkan alkalosis
respiratorik terkompensasi pada
ketoasidosis. Napas bau aceton
disebabkan pemecahan asam
keton dan akan hilang bila sudah
11. Observasi kualitas nafas,
terkoreksi
penggunaan otot asesori dan
cyanosis 4. Peningkatan beban nafas
menunjukkan ketidakmampuan
untuk berkompensasi terhadap
12. Observasi ouput dan kualitas asidosis
urin
5. Menggambarkan kemampuan
kerja ginjal dan keefektifan terapi
13. Timbang Berat Badan

6. Menunjukkan status cairan dan


14. Ciptakan lingkungan yang
keadekuatan rehidrasi
nyaman, perhatikan perubahan

46
emosional
7. Mengurangi peningkatan suhu
yang menyebabkan pengurangan
cairan, perubahan emosional
menunjukkan penurunan perfusi
15. Catat hal yang dilaporkan
cerebral dan hipoksia
seperti mual, nyeri abdomen,
muntah dan distensi lambung
8. Kekurangan cairan dan elektrolit
mengubah motilitas lambung,
sering menimbulkan muntah  dan
16. Obsevasi adanya perasaan
potensial menimbulkan
kelelahan yang meningkat,
kekurangan cairan & elektrolit.
edema, peningkatan BB, nadi
tidak teratur dan adanya distensi 9. Pemberian cairan untuk
pada vaskuler perbaikan yang cepat mungkin
sangat berpotensi menimbulkan
beban cairan dan GJK

47
BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan
1. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.
2.  Sistem endokrin memiliki fungsi untuk mempertahankan hemoestatis,
membatu mensekresikan hormon-hormon yang bekerja dalam sistem
persyarafan, pengaturan pertumbuhan dan perkembangan dan kontrol
perkembangan seksual dan reproduksi.
3. Pada sistem endokrin ini terdapat beberapa kelenjar diantaranya hipofisis,
kelenjar thyroid, kelenjar  paratiroid, kelenjar adrenal, kelenjar pankreas,
kelenjar timus.

B Saran

Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan


kelainan, baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau
kesalahan mengkonsumsi makanan. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar selalu
dapat beraktivitas dengan baik.

48
Daftar Pustaka

Price, Sylvia (1990), Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit , EGC,


Jakarta

Prof.DR.H.Tabrani.2008.agenda gawat darurat (critical care).


Bandung.PT.Alumni

Santoso, Budi (alih bahasa). 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan


Nanda 2005-2006 Definisa & Klasifikasi. Prima Medika. Jakarta.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC.


Jakarta

Novianto, Dewi. 2011. Askep Ketoasidosis Diabetikum. http//askep-


ketoasidosis-diabetikum.html. diakses pada 8 Desember 2011.

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,


Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta

Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,


(Edisi 2), EGC, Jakarta

Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan


Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.

FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta

Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta

Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC,
Jakarta

Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta

49
Hinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, Jakarta

Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC,
Jakarta

Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta

http://niasari19.blogspot.com/2017/12/makalah-sistem-endokrin-pada-
manusia.html

https://adalah.co.id/endokrin/

https://apa-itu.net/organ-tubuh/

https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/gangguan-sistem-endokrin/#gref

50
51
52
53

Anda mungkin juga menyukai