Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM ENDOKRIN

OLEH :

1. Nanda Sagita (04194862)


2. Nur Atiqah (04194863)
3. Nur Zahratun (04194864)
4. Nurul Azizah (04194865)
5. Pipit Tridayanti Matdoan (04194866)
6. Ramadanti Nur Kemala Dewi (04194867)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Endokrin”
tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas Ilmu Dasar Keperawatan, selain itu untuk
mengetahui dan memahami Sistem Endokrin Manusia.
Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang
bersifat membangun.

Yogyakarta, 10 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. 1


DAFTAR ISI ........................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang .................................................................................... 3
1.2. Rumusan masalah ............................................................................... 3
1.4. Tujuan Penulisan ................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1.  Pengertian Sistem Endokrin............................................................... 5
2.2. Fungsi Sistem Endokrin ..................................................................... 6
2.3. Klasifikasi dalam hal Struktur Kiminya ............................................. 6
2.4. Pengendalian Endokrin........................................................................ 7
2.5. Kelenjar Endokrin................................................................................ 7
2.6. Pengaturan Fungsi Endokrin Oleh Otak ............................................. 10
2.7. Patofisiologi Sistem Endoktrin............................................................ 10
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan ............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang
Sistem endokrin dapat dijumpai pada semua golongan hewan, baik vertebrata maupun
invertebrata. Sistem endokrin (hormon) dari sistem saraf secara bersama lebih dikenal
sebagai super sistem neuroendokrin yang bekerja sama secara kooperatif untuk
menyelenggarakan fungsi kendali dan koordinasi pada tubuh hewan. Pada umumnya, sistem
endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai fungsi fisiologi tubuh, antara lain aktivitas
metabolisme, pertumbuhan, reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik.
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ
endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar melalui satu saluran, tetapi
langsung masuk ke dalam darahyang beredar di dalam kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari
bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”; zat aktif utama dari sekresi internal ini
disebut hormon, dari kataYunani yang berarti “merangsang”. Beberapa dari organ endokrin
menghasilkan satu hormon tunggal, sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis
hormon: misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang
mengendalikan kegiatan banyak organ lain, karena itulah maka kelenjar hipofisis dilukiskan
sebagai ”kelenjar pemimpin tubuh”.
Oleh karena itu, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fisiologi sistem endokrin
pada berbaga jenis hewa vertebrata dan invertebrata maka dibuatlah makalah ini.
1.2       Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah:
1.       Apa itu sistem endokrin?
2.       Apa fungsi sistem endokrin ?
3.       Apa  Klasifikasi dalam hal Struktur Kiminya?
4.       Apa itu Pengendalian Endokrin?
5.       Apa Kelenjar Endokrin?
6.       Apa Pengaturan Fungsi Endokrin Oleh Otak?

1.3      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.       Untuk mengetahui apa itu sistem endokrin
2.      Untuk mengetahui  fungsi sistem endokrin ?
3.       Untuk mengetahui  klasifikasi dalam hal Struktur Kiminya?
4.       Untuk mengetahui itu Pengendalian Endokrin?
5.       Untuk mengetahui kelenjar Endokrin?
6.       Untuk mengetahui pengaturan Fungsi Endokrin Oleh Otak?h
BAB II
PEMBAHASAN

2.1      Pengertian Sistem Endokrin


Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar
sekresi internal), Sistem endokrin adalah jaringan tubuh manusia dari kelenjar yang
menghasilkan lebih dari 100 hormon untuk mempertahankan dan mengatur fungsi tubuh
dasar. yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara
langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk
mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh (Anonim, 2013).
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai
saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan
hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan,
antara lain aktivitas pertumbuhan.
Sistem endokrin hampir selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya
dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara
kerja antara kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut :
1.        Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih banyak bekerja melalui transmisi
kimia.
2.        Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf. Pada
sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 milidetik, tetapi
kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi,
berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam
waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di
bawah kendali sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan
memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang
sempurna.
Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut
(Ulfhitha, 20112) :
1.        Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai
penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut
memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin.
Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh
karena itu, sel saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
5
2.        Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang benar-benar
berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjat
endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara langsung ke dalam darah
(cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai
sistem sirkulasi, baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering
menjadi objek studi sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska.
Kelenjar endokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ multisel.
Sistem hormon (endokrin) dan saraf  dahulu dianggap sebagai pengatur fisiologi yang
terpisah. Tetapi pandangan tersebut berubah setelah ditemukannya neuron-neuron
termodifikasi yang dapat mensekresi hormon. Beberapa di antara neuron-neuron tersebut
menunjukkan mekanisme pengaturan terhadap kelenjar-kelenjar khusus yang menghasilkan
hormon. Sekresi neuron-neuron termodifikasi tersebut dipengaruhi neuron-neuron “biasa”,
dan banyak kelenjar penghasil hormon (kelenjar endokrin) yang secara langsung diinervasi
oleh neuron yang mempengaruhi aktivitas sekretorinya.
Sistem endokrin Vertebrata melibatkan kelenjar endokrin yang mensintesis dan
melepaskan duta kimia khas ke dalam darah (“the blood spesific chemical messenger”) yang
disebut hormon. Hormon diangkut melalui darah ke jaringan sasaran khas tempat hormon
menyebabkan perubahan aktivitas sel penyusun jaringan tersebut. Karena suatu hormon
hanya mempengaruhi sasaran tertentu, maka sasaran harus dapat menerima sinyal tersebut,
berarti sasaran harus mempunyai reseptor khas agar dapat merespon sinyal. Organ lain yang
bukan sasaran dan dipapar oleh hormon yang sama dengan kadar yang sama harus tidak
mampu merespon, dalam arti harus tidak mempunyai reseptor yang mampu merespon
keberadaan hormon.

2.2 Fungsi Sistem Endokrin :


Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang
2. Menstimulasi urutan perkembangan
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif
4. Memelihara lingkungan internal optimal
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat
2.3 Klasifikasi Dalam hal struktur Kimianya
1. Hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang larut dalam lemak.
Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (mis., insulin, glukagon,)
2. Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (mis., estrogen, progesteron, testosteron,
tiroksin). Hormon yang larut dalam air bekerja
melalui sistem mesenger-kedua, sementara hormon steroid dapat menembus membran sel
dengan bebas.

2.4 Pengendalian Endokrin


Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormon di dalam
darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk
mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormon harus diatur dalam batasbatas
yang tepat.
Tubuh perlu merasakan dari waktu ke waktu apakah diperlukan lebih banyak atau
lebih sedikit hormon. Hipotalamus dan kelenjar hipofisa melepaskan hormonnya jika mereka
merasakan bahwa kadar hormon lainnya yang mereka kontrol terlalu tinggi atau terlalu
rendah. Hormon hipofisa lalu masuk ke dalam aliran darah untuk merangsang aktivitas di
kelenjar target. Jika kadar hormon kelenjar target dalam darah mencukupi, maka hipotalamus
dan kelenjar .Hipofisa mengetahui bahwa tidak diperlukan perangsangan lagi dan mereka berhenti
melepaskan hormon.
Sistem umpan balik ini mengatur semua kelenjar yang berada dibawah kendali
hipofisa. Hormon tertentu yang berada dibawah kendali hipofisa memiliki fungsi yang
memiliki jadwal tertentu.
Misalnya, suatu siklus menstruasi wanita melibatkan peningkatan sekresi LH dan
FSH oleh kelenjar hipofisa setiap bulannya. Hormon estrogen dan progesteron pada indung
telur juga kadarnya mengalami turun-naik setiap bulannya.
Mekanisme pasti dari pengendalian oleh hipotalamus dan hipofisa terhadap bioritmik
ini masih belum dapat dimengerti. Tetapi jelas terlihat bahwa organ memberikan respon
terhadap semacam jam biologis.
2.5      Kelenjar Endokrin
1.        Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar)
karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari
kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2
bagian, yaitu anterior dan posterior.
a.         Hipofisis anterior:
1)      Hormon Somatotropin(untuk pembelahan sel, pertumbuhan)
2)      Hormon tirotropin (sintesis hormon tiroksin dan pengambilan unsur yodium)
3)      Hormon Adrenokortikotropin (merangsang kelenjar korteks membentuk hormon)
4)      Hormon Laktogenik (sekresi ASI)
5)      Hormon Gonadotropin (FSH pada wanita pemasakan folikel, pada pria pembentukan
spermatogonium; LH pada wanita pembentukan korpus luteum,pada pria merangsang sel
interstitial membentuk hormon testosteron)
Hipofisis Medula (membentuk hormon pengatur melanosit)
b.        Hipofisis posterior
1)      Hormon oksitosin (merangsang kontraksi kelahiran)
2)      Hormon Vasopresin (merangsang reabsorpsi air ginjal)
2.             Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh
membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon
lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi
tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas
tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor
utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang
bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
3.        Kelenjar Paratiroid
Ada 2 jenis sel dalam kelejar paratiroid, ada sel utama yang mensekresi hormon
paratiroid (PTH) yang berfungsi sebagai pengendali keseimbangan kalsium dan fosfat dalam
tubuh melalui peningkatan kadar kalsium darah dan penuurunan kadar fosfat darah dan sel
oksifilik yang merupakan tahap perkembangan sel chief.
4.        Timus
Kelenjar timus merupakan kelenjar yang bertanggungjawab dalam pertumbuhan
manusia. Kelenjar timus bahkan sangat berpengaruh pada saat usia pertumbuhan. Kelenjar
timus berfungsi untuk pertumbuhan. Bila kekurangan kelenjar timus akan menderita
kretinisme (kekerdilan) dan bila kelebihan menimbulkan gigantisme (raksasa).
5.        Adrenalin
Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas ginjal
bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna kekuningan yang
menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan  bagian medula yang menghasilkan adrenalin
atau epinefrin dan non adrenalin atau nor eprinefrin.
Kelenjar adrenal beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar adrenal terdiri atas dua bagian
yang berbeda, yaitu: Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua
bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Medula Adrenal yang berada
di pusat, bagian ini kira-kira 20% dari keseluruhan kelenjar adrenal, berkaitan dengan sistem
saraf simpatis, bertugas untuk mensekresi hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks
Adrenal,  bagian ini berada di luar dan berfungsi untuk mensekresi hormon kortikosteroid dan
androgen.
Pada korteks menghasilkan hormon deoksikortison dan kortison dengan fungsi
mempengaruhi penyerapan. Apabila kekurangan menyebabkan penyakit adison. Pada
medulla menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin) dengan fungsi mengubah glikogen
menjadi glukosa, menaikkan gula darah dan mempercepat kerja jantung. Hormone adrenalin
bekerja antagonis dengan hormone insulin dalam mengatur gula dalam darah agar tetap
normal.
6.        Pankreas
Kelenjar pankreas termasuk golongan kelenjar endokrin. Ada beberapa kelompok sel
pada pankreas yang dikenal sebagai pulau langerhans. Bagian ini berfungsi sebagai kelenjar
endokrin yang menghasilkan hormone insulin. Hormoneinsulin berfungsi mengatur
konsentrasi glukosa dalam darah. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan penyakit
diabetes yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Selain
menghasilkan insulin, pankreas juga menghasilkan hormon glucagons yang bekerja antagonis
dengan hormon insulin.
7.        Gonad
Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) adalah kelenjar endokrin yang memproduksi dan
mengeluarkan steroid yangmengatur pembangunan tubuh dan mengendalikan karakteristik
seksual sekunder. Gonad adalah organ yang memproduksi sel kelamin. Pada pria, gonadnya
adalah testes, dan pada wanita gonadnya adalah ovarium. Secara umum, kelanjar kelamin (kelenjar
gonad) pada laki-laki dan perempuan sangat berbeda baik dari segi struktur fisiologis,
kandungan dan jumlah hormon yang dikandungnya.
Kelenjar kelamin (kelenjar gonad) terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi
dan tampak jelas pada minggu kelima. Diferensiasi jelas dengan mengukur kadar testosteron
fetal terlihat jelas pada minggu ketujuh dan ke delapan gestasi. Keaktifan kelenjar gonad
terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH)
akibat penurunan inhibisisteroid.
2.6       Pengaturan Fungsi Endokrin Oleh Otak
            Organ-organ endokrin secara konstan berinteraksi dengan sistem saraf pusat. Otak
mempengaruhi dan mengendalikan fungsi-fungsi endokrin baik secara langsung maupun tak
langsung.
            Hormon-hormon berpengaruh besar terhadap funsi sistem saraf pusat. Sebagai contoh,
anjing betina yang sedang birahi menerima perilaku kawin anjing jantan meski pada saat lain
sinyal yang sama menimbulkan perilaku antagonis. Kenyataannya bahwa sinyal yang sama
yang dapat mengakibatkan perilaku berbeda  tergantung pada pengaruh hormonal yang dapat
ditiru dengan menginjeksikan hormon yang sesuai.
2.7. Patofisiologi Sistem Endoktrin

 Sistem Endoktrin
Terdiri atas kelenjar, kumpulan sel dengan spesialisasi khusus, hormon, dan jaringan yang
menjadi sasaran (jaringan target).
Kelenjar dan kumpulan sel menyekresi hormon dan transmiter kimia.
Setiap jaringan target memiliki reseptor untuk hormon-hormon
Hormon berikatan dengan reseptor dan kompleks hormon-reseptor memicu respons sel target
Bersama sistem saraf, sistem endokrin mengatur serta mengintegrasi berbagai aktivitas
metabolik tubuh dan mempertahankan homeostasis internal. Sistem endokrin memungkinkan
satu sel mempengaruhi fungsi sel lain yang terletak berjauhan melalui sekresi atau inhibisi
sekresi hormon ke dalam aliran darah.

 Perubahan Patofisiologi:
Perubahan pada kadar hormon yang secara signifikan tinggi atau rendah dapat terjadi karena:
sistem umpan balik yang mungkin tidak berfungsi dengan baik disfungsi kelenjar endokrin
sehingga gagal memproduksi hormon aktif dengan jumlah yang memadaiantibodi yang
mengubah dan menghilangkan kecepatan aktivitas hormon sebelum mencapai sel target
respon sel target yang abnormal

 Gangguan Sistem Endokrin:



1. Sindrom Cushing
Merupakan kumpulan abnormalitas klinis yang disebabkan oleh keberadaan hormon korteks
adrenal (khususnya kortisol) dalam jumlah berlebih atau kortikosteroid yang berkaitan, dan
hormon androgen serta aldosteron (dalam taraf lebih rendah).
Berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi:
a. Sindrom Cushing endogen, akibat peningkatan kortisol atau kortikotropin
b. Sindrom Cushing eksogen, terjadi karena pemberian glukokortikoid atau
kortikotropin yang lama
Patofisiologi:

Kelebihan kortisol akan menimbulkan efek inflamasi dan katabolisme protein serta lemak
perifer yang berlebihan untuk mendukung produksi glukosa oleh hati. Mekanisme tersebut
dapat bergantung kortikotropin (kenaikan kadar kortikotropin plasma menstimulasi korteks
adrenal untuk menghasilkan kortisol secara berlebihan) atau tidak bergantung kortikotropin
(kortisol yang berlebihan diproduksi oleh korteks adrenal atau diberikan secara eksogen).
Korteks yang berlebihan akan menekan poros hipotalamus-hipofisis-adrenal dan juga
ditemukan pada tumor yang menyekresi kortikotropin secara ektopik.

2. Hipertiroidisme
Disebut juga tirotoksikosis
Merupakan suatu ketidakseimbangan metabolisme yang terjadi karena produksi berlebihan
hormon tiroid. Terjadi peningkatan produksi T3 dan T4
Bentuk yang paling umum adalah penyakit Graves, terjadi meningkatkan produksi hormon
tiroksin (T4), pembesaran kelenjar tiroid (goiter) disebut juga eksoftalmus goiter, bersifat
herediter dan autoimun.
Dapat disebabkan penyakit pada tiroid atau penyakit dari luar tiroid

Patofisiologi:
Adanya gangguan autoimun yang ditandai dengan produksi autoantibodi dalam kelenjar
tiroid kemudian menstimulasi reseptor hormon tiroid. Terjadi peningkatan stimulasi
mengakibatkan pembesaran tiroid menjadi goiter yang menyekresikan hormone tiroid secara
berlebihan

3. Diabetes Mellitus

Keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan atau memakai insulin sebagaimana mestinya.
Insulin adalah hormon yang membawa glukosa darah ke dalam sel-sel dan menyimpannya
sebagai glikogen. Karena insulin mengalami gangguan, berkurangnya hormon insulin disertai
menurunnya efek insulin, maka kadar glukosa darah tidak terdeteksi sehingga terjadi
penumpukan glikogen dalam darah yang disebut hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa
serum) yang menimbulkan gangguan metabolik
Kadar glukosa darah yang tinggi mengganggu sirkulasi dan dapat merusak saraf berakibat
nyeri pada tungkai, kebutaan, gagal ginjal dan kematian
Meningkatkan risiko timbulnya aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah

Ada 3 jenis diabetes mellitus yaitu:

 Tipe 1 (DMT1) / IDDM / insulin dependent diabetes mellitus


Disebut diabetes primer, insufisiensi absolut insulin (bergantung insulin)
 Tipe 2 (DMT2) / NIDDM / non-insulin dependent diabetes mellitus
Disebut diabetes primer, resistensi insulin yang disertai defek sekresi insulin dengan derajat
bervariasi (tidak bergantung insulin)
 Diabetes Gestasional (kehamilan), muncul pada masa hamil
Disebut diabetes sekunder, terjadi karena kelainan hormonal pada masa kehamilan

Patofisiologi:

Untuk DMT1, adanya faktor genetik dan autoimun disertai faktor pemicu yakni kemungkinan
infeksi virus akan menimbulkan produksi autoantibodi terhadap sel-sel beta di pankreas
mengakibatkan destruksi sel beta yang menimbulkan penurunan sekresi insulin dan akhirnya
terjadi kekurangan hormon insulin. Defiensi insulin mengakibatkan keadaan hiperglikemia,
peningkatan lipofisis (penguraian lemak), dan katabolisme protein. Karakteristik ini terjadi
ketika sel-sel beta yang mengalami destruksi melebihi 90%
Untuk DMT2, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh satu atau lebih faktor berikut
ini: kerusakan sekresi insulin, produksi glukosa yang tidak tepat di dalam hati, atau
penurunan sensitivitas reseptor insulin perifer. Faktor genetik merupakan hal yang signifikan,
dana witan diabetes dipercepat oleh obesitas serta gaya hidup sedentary (sering duduk).
Sekali lagi, stress tambahan dapat menjadi faktor penting.
Untuk diabetes gestasional, terjadi ketika seorang wanita yang sebelumnya tidak didiagnosis
sebagai penyandang diabetes memperlihatkan intoleransi glukosa selama kehamilannya. Hal
ini dapat terjadi jika hormon-hormon plasenta melawan balik kerja insulin sehingga timbul
resistensi insulin. Diabetes kehamilan merupakan faktor risiko yang signifikan bagi
terjadinya diabetes mellitus tipe 2 di kemudian hari.

Tahap perjalanan penyakit diabetes mellitus


Tahap Peristiwa
 Kepekaan genetik (predisposisi genetik)
 Peristiwa lingkungan (virus?) mengawali proses pada individu yang peka. Pentingnya
faktor lingkungan: kembar monozigot, yang DM hanya 50%
“environmental insult”
 Respons radang pankreas yang disebut “insulitis”. Sel yang menyebuk pulau-pulau
adalah limfosit-T aktif (fase insulitis)

 Aktivasi autoimunitas. Perubahan pada permukaan sel-sel beta, sehingga oleh sistem
imun dikenali sebagai “non-self” (asing) / konversi sel beta dari self ke non self
 Timbul respons imun. Antibodi sitotoksik menyerang sel beta (lebih dari 90%) 
DM (aktivasi sistem imun) dan (destruksi sel-sel beta)
 DM
PATHWAY PATOFISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN
BAB III
PENUTUP

3.1      Kesimpulan
Kesimpulan makalah ini antara lain:
1.        Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja sama secara kooperatif untuk mengatur aktivitas
dalam tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang kan mempengaruhi sel sasaran.
Hormon dapat dihasilkan oleh organ endokrin sejati atapun oleh neurosekretori. Hormon
dapat diklasifikasi menjadi 3 yaitu steroid, peptida, dan turunan tirosin.
2.        Timbulnya tanggapan hayati pada sel target akibat rangsang hormon relatif lebih lambat
jika dibandingkan dengan tanggapan yang timbul akibat rangsang saraf. Hormon
mempengaruhi sel target secara spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan erat dengan adanya
reseptor hormon pada sel target yang sesuai dengan hormon tetentu. Reseptor hormon ada
yang terdapat di membran sel.
DAFTAR PUSTAKA

Bond, C. E.  1979.  Biology of Fishes.  W.  B. Saunders, Philadelphia.

Fujaya, Yushita., Ir., M.Si. 2004. Fisiologi Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Helfman, G. S.., B. C. Collete dan D. E. Facey. 1997.  The Diversity of Fishes.  Blackwell Science,
UK.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Jogyakarta

Syahraini, 2012. Sistem Endokrin pada Hewan. http://syahraini-ritz.blogspot.com/. Diakses pada


tanggal 24 Maret 2013 pukul 15.00.

Anonim, 2013. Hormon dan Sistem Endokrin. http://sehat-enak.blogspot.com/ diakses pada tanggal 26


Maret 2013 pukul 14.14 WITA, Makassar.

Ulfhitha, Desi, 2012. Sistem Endokrin. http://desyyulfitha.blogspot.com/ diakses pada tanggal 26


Maret 2013 pukul 14.20 WITA, Makassar

Anda mungkin juga menyukai