ERIK H. ERIKSON
Salah satu teori yang bagi saya mengagumkan dan mudah
dipahami dalam pembahasan tentang psikologi perkembangan
adalah teori Erik Homburger Erikson.
Erikson mengembangkan dua filosofi dasar berkenaan dengan
perkembangan, yaitu:
PERKEMBANGAN ANAK
Makna pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak
adalah terjadinya perubahan yang besifat terus nenerus dari
keadaan sederhana ke keadaan yang lebih lengkap, lebih
komleks dan lebih berdiferensiasi. Jadi berbicara soal
perkembangan anak yang dibicarakan adalah perubahan.
Pertanyaannya adalah perubahan apa saja yang terjadi pada diri
seorang anak dalam proses perkembangan ? Untuk menjawab
pertanyaan itu maka perlu dipahami tentang aspek-aspek
perkembangan
1. Aspek-Aspek pertumbuhan dan Perkembangan
1. pertumbuha dan Perkembangan fisik yaitu perubahan
dalam ukuran tubuh, proporsi anggota badan, tampang,
dan perubahan dalam fungsi-fungsi dari sistem tubuh
seperti perkembangan otak, persepsi dan gerak (motorik),
serta kesehatan.
2. pertumbuhan dan Perkembangan kognitif yaitu perubahan
yang bervariasi dalam proses berpikir dalam kecerdasan
termasuk didalamnya rentang perhatian, daya ingat,
kemampuan belajar, pemecahan masalah, imajinasi,
kreativitas, dan keunikan dalam menyatakan sesuatu
dengan mengunakan bahasa.
3. pertumbuhan yang seimbang dengan Perkembangan
sosial – emosional yaitu perkembangan berkomunikasi
secara emosional, memahami diri sendiri, kemampuan
untuk memahami perasaan orang lain, pengetahuan
tentang orang lain, keterampilan dalam berhubungan
dengan orang lain, menjalin persahabatan, dan pengertian
tentang moral.
Harus dipahami dengan sesungguh – sungguhnya bahwa ketiga
aspek perkembangan itu merupakan satu kesatuan yang utuh
(terpadu), tidak terpisahkan satu sama lain. Setiap aspek
perkembangan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek
lainnya. Sebagai contoh perkembangan fisik seorang anak seperti
meraih, duduk, merangkak, dan berjalan sangat mempengaruh
terhadap perkembangan kognitif anak yaitu dalam memahami
lingkungan sekitar di mana ia berada. Ketika seorang anak
mencapai tingkat perkembangan tertentu dalam berpikifr
(kognitif) dan lebih terampil dalam bertindak, maka akan
mendapat respon dan stimulasi lebih banyak dari orang dewasa,
seperti dalam melakukan permaianan, percakapan dan
berkomunikasi sehingga anak dapat mencapai keterampilan baru
(aspek sosial-emosional). Hal seperti ini memperkaya
pengalaman dan pada gilirannya dapat mendorong
berkembangnya semua aspek perkembangan secara menyeluruh.
Dengan kata lain perkembangan itu tidak terjadi secara sendiri-
sendiri.
November 2015
Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan pada perubahan-perubahan dan
perkembangan stuktur jasmani ( biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai
tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang kematiannya. Mempelajari teori-teori
perkembangan tidak hanya berguna bagi orang tua dan guru dalam memberikan pelayanan dan
pendidikan kepada anak sesuai dengan tahap perkembangannya, melainkan juga berguna dalam
memahami diri kita sendiri dengan cara pendekatan biologis, lingkungan dan suasana serta
interaksi. Teori perkembangan akan memberikan wawasan dan pemahaman tentang sejarah
perjalanan hidup kita sendiri ( sebagai bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa atau usia lanjut ).
Manusia mempunyai keistimewaan dari mahluk-mahluk yang lain, ia diciptakan oleh
Allah SWT begitu sempurna dan kesempurnaan ini manusia dapat meningkatkan kehidupanya.
Dengan berfikir atau bernalar, merupakan satu bentuk kegiatan akal manusia melalui
pengetahuan yang kita terima melalui panca indra diolah dan ditujukan untuk mencapai suatu
kebenaran. Aktivitas berfikir adalah berdialog dengan diri sendiri dengan manisfestasinya, ialah
mempertimbangkan , merenungkan, menganalisis menunjukan alasan-alasan, membuktikan
sesuatu, menggolong-golongkan, membanding-bandingkan, menarik kesimpulan, meneliti suatu
jalan pikiran, mencari kualitasnya, membahas secara realitas dan lain-lain. Sesuai dengan makna
filsafat yaitu sebagai ilmu yang bertujuan untuk berusaha memahami semua yang timbul dalam
keseluruhan lingkup pengalaman manusia, maka berfilosofis memerlukan suatu ilmu dalam
mewujudkan pemahaman tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat disimpulkan beberapa poin rumusan masalah
diantaranya yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan teori-teori perkembangan manusia?
2. Apa hubungan antar filsafat manusia, dan pendidikan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penulisan dapat di uraikan sebagai berikut :
1. Agar dapat mengetahui teori-teori perkembangan manusia
2. Agar dapat mengetahui hubungan antar filsafat manusia, dan pendidikan
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dalam makalah ini yaitu, agar kita atau pembaca dapat mengetahui
dan memahami mengenai wawasan pengetahuan dari pengertian teori-teori perkembangan
manusia, hubungan antar filsafat manusia, dan pendidikan. Untuk menambah ilmu, wawasan,
pengetahuan, lebih dalam mempelajari dan mengkaji filsafat pendidikan dalam kehidupan
E. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab. Bab pertama; Pendahuluan,
Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penulisan, Manfaat penulisan, Sistematika penulisan.
Bab dua; Pengertian: Teori-teori perkembangan manusia dan Hubungan antar filsafat manusia,
dan pendidikan. Bab tiga; Penutup: Kesimpulsan, dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Manusia
Secara umum, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat tetap dan
tidak dapat diputar kembali (Werner, 1969). Beberapa psikolog membedakan arti kata
‘pertumbuhan’ dengan ‘perkembangan’, namun beberapa tidak. Pertumbuhan bisa diartikan
sebagai bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni, sedangkan
perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang
muncul (Monks, Knoers, Haditono, 1982).
Di sisi lain, perkembangan juga dipandang secara menyeluruh, yang mencakup tiga
aspek, yaitu:
1. Perkembangan fisik, seperti perubahan tinggi dan berat.
2. Perkembangan kognitif, seperti perubahan pada proses berpikir, daya ingat, bahasa.
3. Perkembangan kepribadian dan social, seperti perubahan pada konsep diri, konsep gender,
hubungan interpersonal. (Atkinson, Atkinson, Smith, Bem, Hoeksema, 1996.)
Tugas-tugas perkembangan pada masa ini tumbuh atas dasar ketiga dorongan ini.
Dunia sosial anak pada masa ini sudah menjadi meluas, anak sudah keluar dari lingkungan
keluarga dan ini telah memasuki masa sekolah. Dalam lingkup ini sekolah memberikan pengaruh
yang cukup besar bagi perkembangan dirinya. Di sekolah anak memperoleh hubungan social
secara lebih luas dan memperoleh pengalaman- pengalaman yang baru banyak mempengaruhi
dan membantu proses perkembangan khususnya dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan.
Ada Sembilan tugas-tugas perkembangan pada masa ini, yaitu berikut ini :
1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan mempelajari kehidupan fisik
merupakan hal yang penting unntuk permainan dan aktivitas fisik karena hal itu mempunyai nilai
yang tinggi pada masa anak-anak. Secara psikologis anak sebaya akan mengajarkanya.
2. Membina sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai suatu organisme yang sedang
berkembang
Periode ini disebut juga dengan tahapan sensorik oral, karena orang biasa melihat bayi
memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Sosok Ibu memainkan peranan terpenting untuk
memberikan perhatian positif dan penuh kasih kepada anak, dengan penekanan pada kontak
visual dan sentuhan. Jika periode ini dilalui dengan baik, bayi akan menumbuhkan perasaan trust
(percaya) pada lingkungan dan melihat bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya,
bila gagal di periode ini, individu memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan melihat
bahwa dunia ini adalah tempat yang mengecewakan dan penuh frustrasi. Banyak studi tentang
bunuh diri dan usaha bunuh diri yang menunjukkan betapa pentingnya pembentukan keyakinan
di tahun-tahun awal kehidupan ini.
Di awal kehidupan ini begitu penting meletakkan dasar perasaan percaya dan keyakinan
bahwa tiap manusia memiliki hak untuk hidup di muka bumi, dan hal itu hanya bisa dilakukan
oleh sosok Ibu, atau siapapun yang dianggap signifikan dalam memberikan kasih sayang secara
tetap.
2. Tahap Kanak-Kanak Awal (Early Childhood): 18 Bulan hingga 3 tahun.
Karena manusia itu memiliki akal pikiran yang senantiasa bergolak danberfikir, dan
kerena situasi dan kondisi alam dimana dia hidup selalu berubah-ubah dan penuh dengan
peristiwa-peristiwa penting bahkan dasyat, yang kadang-kadang dia tidak kuasa untuk
menenteng dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, temenung, memikirkan segala
hal yang terjadi disekitar dirinya. Dipandangnya tanah tempat dia berpijak, diliatnya bahwa
segala sesuatu tumbuh diatasnya, berkembang, berbuah,dan melimpah ruah.
Didalam sejaran umat manusia, setelah kemampuan intelektual dan kemakmuranmanusia
meningkat tinggi, maka tampullah manusia-manusia unggul merenung dan memikir,
menganalisa, membahas dan mengupas berbagai problema dan permasalahan hidup dan
kehidupan, sosial masyarakat, alam semesta, dan jagad raya. Maka lahirlah untuk pertama
kalinya filsafat dalam periode pertama, selanjutnya filsafat alam periode dua, lalu sophisme,
kemudian filsafat klasik yang bermula kurang lebih enam abad sebelum Masehi.
Memang filsafat alam, baik periode pertama maupun periode kedua, begitu pula
pemikiran Sophisme, belumlah mempunyai pengaruh yang mendalam, dalam bidang pendidikan.
Berulah setelah lahir filsafat klasik yang dipelopori oleh sokrates (470 SM – 399 SM), dan
murid-muridnya plato dan aristoteles, filsafat mulai berpengaruh positif dalam bidang
pendidikan.
Proses kehidupan umat manusia di abad kedua puluh ini, semuanya perubahan-perubahan
yang drastis. Kebangunan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendorong proses kehidupan
umat manusia diatas permukaan planet bumi ini ratusan tahun lebih maju dari abad-abad
sebelumnya. Dua kali perang dunia telah merubah status permukaan bumi secara drastis.
Kemauan teknologi telah mendekatkan jarak bumi yang jauh menjadi dekat sekali, seperti di
sebelah rumah saja. Apa yang terjadi di sutau negara pada detik ini dan saat ini juga telah
diketahui olehnegara-negara lain di dunia ini.
Jadi untuk menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat
sudah jelas sistem pendidikan, teori pendidikan, dan filsafat pendidikan harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi dunia sekarang ini. Sistem pendidikan, teori pendidikan, filsafat
pendidikan dan peralatan pendidikan tradisional sudah jelas tidak akan dapat menjawab
tantangan zaman yang sekarang kita hadapi.
Kita harus mengakui bahwa dalam sistem, teori,dan filsafat pendidikan kita masih
mengiport dari negara lain. Meskipun para ahli kita dalam bidang ini barangkali sudah ada, akan
tetapi belum berani tampil ke depan. Baiklah marilah! Kita gunakan sistem, teori, peralatan dan
filsafat pendidikan oran lain dulu, sebelum kita dapat menciptakan sendiri semuanya itu, asal kita
usahakan untuk menyeuaikannya dengan kepribadian kita, kita ambil mana yang baik dan kita
buang mana yang mudharat, lalu kita jadikan hak milik kita sendiri. Jadi dalam hal ini harus ada
proses indonesialisme.
2. Filsafat dan Teori Pendidikan
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan tersebut, secara lebih rinci dapat
diuraikan sebgai berikut:
a. Filsafat,dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan
oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori
pendidikannya, disamping menggunakan metoda-metoda ilmiyh lainnya.
b. Fisafat, juga berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah berkembang oleh para
ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai
relefansi dengan kehidupan nyata. Artinya mengarahkan agar teori-teori dengan pandangan
filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek
kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam
masyarakat.
c. Filsafat, termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk
dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik.
Disamping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan, juga terdapat
hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saefullah dalam
bukunya antara Filsafat dan pendidikan, sebagai berikut:
Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat
manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta ini moral pendidikannya.
Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi pelitik pendidikan,
kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran,
termasuk pola-pola akultrasi dan peran pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan negara.
Definisi diatas merangkum dua cabang ilmu pendidikan, yaitu: filsafat pendidikan dan sistem
atau teori pendidikan dan hubungan antara keduanya adalahbehwa yang satu suplemen terhadap
yang lain dan keduanya diperlakukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai
pengajar bidang studi tertentu.
3. Hubungan antara Filsafat, Manusia dan Pendidikan
a. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pendidikan
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau pokok. Karena
filsafat lah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk
mencapai kebenaran atau pengetahuan.lambat laun sesuai dengan sifatnya, manusia tidak pernah
merasa puas dengan meninjau suatu hal dari sudut yang umum, melainkan juga ingin
memperhaikan hal-hal yang khusus.[3]
Kedudukan atau hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan atau berfikir filosofis dan
berfikir ilmiah akan dilengkapi uraian ini dengan piaget tentang epistemologi genetis, yaitu fase-
fase berfikir dan pikiran manusia dengan mengambil contoh perkembangan akan mulai dari
tahun pertama usia anak hingga dewasa sebagaimana diuraikan oleh halford sebagai berikut:
Jasa utama dari piaget adalah uraiannya mengenai perkembangan anak dalam hal tinggah
laku yang terdiri atas empat fase, yaitu:
1. Fase Sensorimotor, berlangsung antara umur 0 tahun sampai usia dimana caraberfikir
anak masih sangat ditentukanoleh kemampuan pengalaman sensorinya, sehingga sangat sedikit
terjadi peristiwa berfikir yang sebenarnya, dimana tanggapan tidak berperan sama sekali dalam
proses berfikir dan pikiran anak.
2. Fase Pra-operasional, pada usia kira-kira antara 5 – 8 tahun, yang ditandai adanya
kegiatan berfikir dengan mulai menggunakan tanggapan (disebut logika fungsional).
3. Fase Operasional yang kongkrit, yaitu kegiatan berfikir untuk memecahkan persoalan
secara kongkrit dan terhadap benda-benda yang kongkrit pula.
4. Fase Operasi Formal, pada anak dimulai usia 11 tahun. Anak telah mulai berfikir abstrak,
dengan menggunakan konsep-konsep yang umum dengan menggunakan hipotesa serta
memprosenya secara sistematis dalam rangka menyelesaikan problema walaupun si anak belum
mampu membayangkan kemungkinan-kemungkinan bagaimana realisasinya.
Bisa disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan itu menerima dasarnya dari filsafat, antara lain :
Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai objek dan problem.
Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan dan dengan
dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus yang digunakan dalam tiap-
tiap ilmu pengetahuan.
Dasar yang diberikan oleh filsafat yaitu mengenai sifat-sifat ilmu dari semua ilmu pengetahuan.
Tidak mungkin tiap ilmu itu meninggalkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan dengan
meninggalkan syarat yang telah ditentukan oleh filsafat.
Filsafat juga memberikan metode atau cara kepada setiap ilmu pengetahuan.
2. Berdasarkan dasar-dasar hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan pedoman hidup kepada
manusia. Pedoman itu mengenai segala sesuatu yang terdapat disekitar maunusia sendiri seperti
kedudukan dalam hubungannya dengan yang lainnya. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat
kewajiban manusia meliputi akal, rasa dan kehendak. Dengan akal, filsafat memberikan
pedoman hidup untuk berfikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan rasa dan kehendak maka
filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.
Uraian mengenai filsafat sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya kiranya akan banyak
memberikan gambaran dan kemudian dalam memahami lapangan pendidikan dan filsafat
pendidikan kemudian. Dan munculnya filsafat pendidikan sebagai suatuilmu baru setelah tahun
1900-an tiada lain adalah sebagai akibat adanya hubungan timbal-blik antara filsafat dan
pendidikan, untuk memecahkan dan memjawab persoalan-persoalan pendidikan secara filosofis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar
kembali (Werner, 1969). Beberapa psikolog membedakan arti kata ‘pertumbuhan’ dengan
‘perkembangan’, namun beberapa tidak. Pertumbuhan bisa diartikan sebagai bertambah
besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni, sedangkan perkembangan lebih dapat
mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang muncul (Monks, Knoers,
Haditono, 1982).
B. Saran
Makalah ini di sampaikan kepada Sekolah Tinggi Agama Islam Almusaddadiyah selaku
lembaga pendidikan yang mempelajari tentang filsafat pendidikan, Yayasan Almusaddadiyah
yang menaungi lembaga ini tidak lupa kepada rekan-rekan Mahasiswa yang mempelajari mata
kuliah filsafat pendidikan ini, semoga beramanfaat dan menjadi bahan referensi juga koreksi dari
para pembaca.