Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, Atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis telah dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul
“Manusia Dalam Kajian Filsafat ”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Olahraga.
Dalam menyusun makalah ini penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan rasa terima kasih terutama kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang telah memberi penghidupan, sehingga penulis dapat
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi.
2. Dosen pengampu Bapak Drs.Zarwan, M.Kes, Bapak Berto Apriyano S.Pd, M.Pd, dan
Bapak Ruki Febri Hartika S.Pd, M.Pd.
3. Teman- teman yang senasip dan seperjuangan yang banyak memberikan bantuan berupa
moril atau pun materi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Ikhwal ini tidak
terlepas dari keterbatasan penulis sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifat membangun
demi kesempurnaan tugas tugas yang akan datang.
Dengan adanya pembuatan dan penulisan ini akan dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia Indonesia pada umumnya. Terkhusus untuk penulis pribadi agar dapat
menlanjutkan cita-cita dan masa depan.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................................2
C. TUJUAN MASALAH.................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................................3
1. Jiwa Manusia...............................................................................................................................3
A. KESIMPULAN..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Filsafat Manusia adalah suatu cabang dari Filsafat yang mengupas tentang
arti menjadi manusia. Filsafat manusia termasuk dalam kajian Ontologi atau
Metafisik, biasa disebut juga, Antropologia Metafisika atau Psikologi Metafisis.
Manusia adalah mahluk yang berhadapan dengan diri sendiri dalam dunianya.Ada
2 aspek dalam memahami hakekat manusia, yaitu a) ekstensif, meliputi
pembahasan yang berhubungan dengan Sifat, Gejala, Kegiatan, dan segala sesuatu
yang meyangkut pada segala bidang. b) Intensif, meliputi pembahasan yang
mengarah pada intisari dari manusia.
Memandang manusia bisa dilihat dari dua sisi, yaitu Eksternal (raga) dan Internal
(Jiwa atau Rohani, dan kesadaran).Sejak lebih kurang setengah abad yang lalu adanya
hubungan timbal-balik antara jiwa dan raga, atau antara gejala fisik dan psikik, telah
menjadi bahan pembahasan para ahli psikologi. Perasaan atau emosi memegang
peranan penting dalam hidup manusia. Semua gejala emosional seperti: rasa takut,
marah, cemas, stress, penuh harap, rasa senang dsb dapat mempengaruhi perubahan-
perubahan kondisi fisik seseorang. Perasaan atau emosi dapat memberi pengaruh-
pengaruh fisiologik seperti: ketegangan otot, denyut jantung, peredaran darah,
pernafasan, berfungsinya kelenjar-kelenjar hormon tertentu.
Teori mengenai psikologi dan fisik berkembang karena para ahli menyadari
bahwa orang yang keadaan kejiwaannya mengalami gangguan, karena rasa
susah,gelisah atau ragu-ragu menghadapi sesuatu, ternyata mempengaruhi kondisi
fisiknya. Akibat rasa susah dan gelisah menghadapi masa depan, seseorang kurang
dapat tidur nyenyak, sehingga akhirnya mempengaruhi tingkah laku dan
penampilannya. Sebaliknya keadaan fisik yang kurang sehat, karena sedang sakit
ataupun sesudah mengalami kecelakaan dan cidera,juga dapat mempengaruhi
kejiwaan individu yang bersangkutan. Seperti kurang dapat memusatkan perhatian
pada masalah yang dihadapi, kurang dapat berfikir dengan tenang kurang dapat
berfikir dengan cepat.
Dalam melakukan kegiatan olahraga, lebih-lebih untuk dapat mencapai
prestasi yang tinggi, diperlukan berfungsinya aspek-aspek kejiwaan tertentu; misalnya
1
untuk mencapai prestasi yang tinggi dalam cabang olahraga panahan atau menembak,
maka atlet harus dapat memusatkan perhatian dengan baik, penuh percaya diri,
tenang, dapat berkonsentrasi penuh meski ada gangguan angin atau suara, dll-nya.
Emosi atau perasaan atlet perlu mendapat perhatian khusus dalam olahraga, karena
emosi atlet di samping mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan yang lain (akal dan
kehendak), juga mempengaruhi aspek-aspek fisiologiknya sehingga jelas akan
berpengaruh terhadap peningkatan atau merosotnya prestasi atlet.
Sehubungan itu semua maka jelaslah bahwa jiwa dan raga manusia saling
ketergantungan satu sama lain. Didalam dunia olahraga, selain fisik yang tangguh,
jiwa yang baik juga akan mempengarui performa dalam kegiatannya.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Jiwa Manusia
Manusia merupakan makhluk hidup yang terdiri dari raga dan jiwa. Raga
adalah tubuh yang terdiri dari bermacam-macam organ serta 5 indra yang masing-
masing memiliki fungsi. Tubuh kita ini tidak akan ada gunanya tanpa bantuan dari
jiwa dan roh, karena dengan ketiga unsur tersebut terciptalah yang namanya manusia
yang lebih tinggi derajatnya dari segala makhluk di Bumi ini. Jiwa merupakan bagian
yang ada dalam diri manusia dan dapat di pahami melalui tingkah laku dan perbuatan
manusia
Manusia merupakan makhluk yang memiliki jiwa yang ditunjukkan melalui
tingkah laku dan aktivitas manusia sehari-hari.Ketika seorang individu bisa merasakan
senang, berfikir, membuat keputusan dan lain sebagainya, di situlah kejiwaan manusia
sedang bekerja.Ada tiga golongan yang membagi kemampuan kejiwaan manusia,
yaitu kemampuan kognitif, kemampuan emosi dan kemampuan konasi.Setiap kegiatan
kejiwaan yang ada dalam seorang individu merupakan akibat dari stimulus yang
diterimanya dan bagaimana kejiwaannya sebagai satu kesatuan merespon stimulus
tersebut.
Jiwa tidak nyata secara empiris, tetapi eksistensinya diyakini ada.Pada zaman
sebelum Masehi, jiwa manusia sudah menjadi topik pembahasanpara filsuf. Berbagai
pengertian jiwa dikemukakan oleh para filsuf dunia.Saat itu, para filsuf sudah
membicarakan aspek-aspek kejiwaan manusia dan mereka mencari dalil,
pengertianyang berlaku pada manusia.Parah ahli ilmu filsafat kuno, seperti plato (429-
347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM), telah memikirkan hakikat jiwa dan gejala
gejalanya. Plato mengatakan jiwa merupakan satu substansi yang eksistensinya
mendahului badan, yang untuk sementara waktu tertutup didalam badan seperti
layaknya sebuah penjara bagi jiwa. Jiwa adalah sesuatu yang ”ada” dan badan adalah
sesuatu ada yang lain (dualisme).
Aristoteles mengatakan Jiwa dan Badan merupakan satu kesatuan yang utuh
yang tidak dapat dipisahkan yang menyatu dan dikenal sebagai mahluk hidup. Jiwa
dan badan merupakan 2 unsur esensial yang saling melengkapi dalam satu substansi
yang sama (monisme).Menurut Ibn Sina, Jiwa manusia merupakan satu unit yang
3
tersendiri dan mempunyai wujud terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tercipta
tiap kali ada badan, yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir didunia ini.Walaupun
jiwa tidak mempunyai fungsi fisik.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwasanya jiwa kadang kala
diartikan sebagai sesuatu yang berbentuk fisik yang materil melekat pada diri
manusia, tampak dan tidak tersembunyi, tetapi pada waktu lain ia mengandung arti
sebagai sesuatu yang berbentuk non-materil, yang mengalir pada diri fisikmanusia
sebagai substansi, substansi ruh ataupun substansi berfikir.
4
bijaksana atasnya. Hal ini pula yang membuat setiap manusia memiliki cara
berpikir yang berbeda karena setiap jiwa manusia tidaklah identik satu dengan yang
lainnya.
Memberi Perasaan Pada Manusia
Selain berlokasi di kepala dan di dada, menurut Plato jiwa manusia juga terletak di
perut (abdomen) berupa perasaan.Artinya, jiwa manusia juga berfungsi untuk
mengendalikan perasaannya, apakah dia rendah hati, tidak sombong dan lain
sebagainya.
Mengatur Kesadaran Sebagai Manusia
Ketiga unsur jiwa yang disebutkan Plato, yaitu pikiran, kehendak dan perasaan,
merupakan dasar dari segala aktivitas manusia.Ketiga unsur ini tidak dapat
dipisahkan agar seorang manusia bisa menyadari penuh keberadaannya sebagai
manusia.Dengan kesadaran sebagai manusia inilah, manusia bisa selalu
menentukan sendiri bentuk aktivitas dan tingkah laku yang diwujudkannya dalam
hidupnya.
Menumbuhkan Kepedulian Pada Orang Lain
Fungsi jiwa dalam psikologi selanjutnya adalah untuk memberi perasaan empati
atau kepedulian terhadap lingkungan di sekitarnya. Misalnya, ada seseorang yang
merasa acuh tak acuh kepada lingkungannya, atau ada orang lain yang merasa
sangat peduli dan wajib berperan untuk lingkungannya. Seseorang yang sangat
tebal perasaannya terhadap lingkungan disebut seorang altruis, sedangkan orang
yang memusatkan perasaan pada dirinya sendiri disebut egois.
Membantu Beradaptasi
Seorang manusia dengan seluruh aspek kesadarannya yang dipengaruhi oleh
jiwanya akan menentukan mudah atau sulit dalam beradaptasi. Dengan perasaan
yang dimiliki, seorang individu akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di
sekitarnya, dengan pikirannya dia akan lebih bijaksana dalam membuat pilihan
sesuai keadaan lingkungan dan lain sebagainya. Bagaimanapun, cara kita
beradaptasi akan melibatkan pikiran, perasaan dan tingkah laku kita terhadap
lingkungan di sekitar kita. Oleh karena itu, keberadaan jiwa yang mengatur tiga
unsur tersebut sangat berperan dalam usaha kita beradaptasi dengan lingkungan.
Membuat Perbedaan Dengan Makhluk Lainnya
Dengan adanya jiwa, manusia menjadi berbeda dengan makhluk hidup
5
lainnya.Secara psikologi, manusia bisa membuat pilihan yang terbaik menurutnya,
bisa merasakan bahagia atau sedih, dan lain sebagainya. Hal ini tentu sangat
berbeda jika dibandingkan dengan makhluk hidup lain, seperti hewan dan
tumbuhan. Keberadaan jiwa dalam diri manusialah yang membentuknya sebagai
manusia. Jika tidak ada jiwa, manusia hanya akan makan dan minum sekedar untuk
melanjutkan hidup. Dia tidak akan memiliki tujuan hidup yang lebih berarti
ataupun target yang ingin dicapainya.
Memberi Rasa Peri Kemanusiaan
Seorang manusia yang memiliki jiwa akan memiliki rasa ketuhanan, dimana dia
menyadari tugasnya sebagai hamba tuhan yang memiliki tugas, kewajiban dan
takdir yang diatur oleh Tuhan. Hal ini pula yang bisa menciptakan rasa peri
kemanusiaan antar manusia dan merasa setara dengan makhluk lainnya sebagai
makhluk ciptaan Tuhan. Tentu, secara psikologis hal ini akan mempengaruhi
perilaku dan pikiran kita dalam kehidupan sehari-hari.
Setidaknya terdapat empat aliran pemikiran yang berkaitan tentang masalah rohani
dan jasmani (sudut pandang unsur pembentukan). Menurut Husein (2017) tiap-tiap
aliran memiliki pandangan tentang hakikat manusia atau esensi manusia yang
berbeda-beda. Dari sekian banyak aliran, terdapat dua aliran tertua dan terbesar yaitu
materialisme dan idealisme.
a) Aliran serba zat.
b) Aliran serba ruh.
c) Aliran dualisme dan
d) Aliran aksistensialisme.
6
b. Aliran serba ruh
Aliran ini diberi nama aliran Idealisme. Aliran ini berpendapat bahwa segala
hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah ruh, juga hakekat manusia adalah ruh
(Jalaludin dan Abdulloh, 1997) . Ruh disini bisa diartikan juga sebagai jiwa, mental,
juga rasio/akal. Karena itu, jasmani atau tubuh (materi, zat) merupakan alat jiwa untuk
melaksanakan tujuan, keinginan dan dorongan jiwa (rohani, spirit, ratio) manusia.
Jadi, aliran ini beranggapan bahwa yang menggerakkan tubuh itu adalah ruh atau jiwa.
Tanpa ruh atau jiwa maka jasmani, raga atau fisik manusia akan mati, sia-sia dan tidak
berdaya sama sekali.
c. Aliran Dualisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri dari dua
substansi, yaitu jasmani dan rohani (Jalaludin dan Abdulloh, 1997) . Aliran ini melihat
realita semesta sebagai sintesa kedua kategori animate dan inanimate, makhluk hidup
dan benda mati. Demikian pula manusia merupakan kesatuan rohani dan jasmani, jiwa
dan raga. (Syam,1988). Misalnya ada persoalan: dimana letaknya mind (jiwa, rasio)
dalam pribadi manusia. Mungkin jawaban umum akan menyatakan bahwa ratio itu
terletak pada otak. Akan tetapi akan timbul masalah, bagaiman mungkin suatu
immaterial entity (sesuatu yang non-meterial) yang tiada membutuhkan ruang, dapat
ditempatkan pada suatu materi (tubuh jasmani) yang berada pada ruang wadah
tertentu. Jadi, aliran ini meyakini bahwa sesungguhnya manusia tidak dapat
dipisahkan antara zat/raga dan ruh/jiwa. Karena pada hakekatnya keduanya tidak
dapat dipisahkan. Masing-masing memiliki peranan yang sama-sama sangat vital.
Jiwa tanpa ruh ia akan mati, ruh tanpa jiwa ia tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam
olahraga pun, harus memaksimalkan kedua unsur ini, tidak hanya salah satu saja
karena keduanya sangat penting.
d. Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern ini berpikir tentang hakekat manusia yang merupakan
eksistensi atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakikat manusia
itu, apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Di sini manusia dipandang dari
serba zat, serba ruh atau dualisme dari kedua aliran itu, tetapi memandangnya dari segi
eksistensi manusia itu sendiri di dunia.
7
3. Hakekat manusia dari sudut pandang filsafat
8
Dari segi antropologi terdapat tiga sudut pandang hakikat manusia, yaitu
manusia sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk susila. Berikut
penjelasan dari ketiganya
9
c. Manusia Sebagai Makhluk Susila (Moral Being)
Asas pandangan bahwa manusia sebagai makhluk susila bersumber pada
kepercayaan bahwa budi nurani manusia secara apriori adalah sadar nilai dan pengabdi
norma-norma. Kesadaran susila (sense of morality) tak dapat dipisahkan dengan realitas
sosial, sebab, justru adanya nilai-nilai, efektivitas nilai-nilai, berfungsinya nilai-nilai
hanyalah di dalam kehidupan sosial. Artinya, kesusilaan atau moralitas adalah fungsi
sosial. Asas kesadaran nilai, asas moralitas adalah dasar fundamental yanng
membedakan manusia dari pada hidup makhlukmakhluk alamiah yang lain. Rasio dan
budi nurani menjadi dasar adanya kesadaran moral itu.
Ketiga esensi diatas merupakan satu kesatuan yang tidak terlepaskan dari diri
manusia, tinggal ia sadar atau tidak. Beberapa individu mempunyai kecenderungan
terhadap salah satu esensi itu. Ada yang cenderung esensi pertama yang lebih menonjol,
ada yang kedua dan ada yang ketiga. Semua tergantung pemahaman dan pendidikan
yang dialami oleh si individu tersebut. Fungsi pendidikan adalah mengembangkan
ketiganya secara seimbang.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Manusia adalah makhluk yang unik, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab.
Berkat daya psikis cipta, rasa dan karsanya, manusia bisa tahu bahwa ia mengetahui dan
juga ia tahu bahwa ia dalam keadaan tidak mengetahui. Dari pada makhluk yang lain,
dengan daya psikisnya manusia memiliki kelebihan, yaitu mampu menghadapi setiap
persoalan kehidupannya.
Setidaknya terdapat empat aliran pemikiran yang berkaitan tentang masalah rohani dan
jasmani (sudut pandang unsur pembentukan) yaitu; Aliran Serba zat (Faham
Materialisme), Aliran Serba Ruh, Aliran Dualisme, dan Aliran Eksistensialisme. Dari segi
antropologi terdapat tiga sudut pandang hakikat manusia, manusia sebagai makhluk
individu (individual being), manusia sebagai makhluk sosial (sosial being) dan manusia
sebagai makhluk susila (moral being).
11
DAFTAR PUSTAKA
Mufid, Sofyan Anwar, 2010. Islam dan Ekologi Manusia (Paradigma Baru, Komitmen dan
Integritas Manusia dalam Ekosistemnya, Refleksi Jawaban atas Tantangan
Pemanasan Global Dimensi Intelektual, Emosional dan Spritual, Bandung:
Masita, Hana. 2018. 15 Fungsi Jiwa dalam Psikologi,
https://dosenpsikologi.com/fungsi-jiwa-dalam-psikologi. 28 September 2022
Nuansa,
hlm. 70-71.
Syahputra, Heru.2020.Manusia Dalam Padangan Filsafat. Journal Theosofi dan Peradaban
Islam, Vol 2 No.1, Des-Mei 2020.
Syam, Mohammad Noor . 1988 Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan
Pancasila, Surabaya: Usaha Nasional, cet.4 , hlm. 165.
12