DISUSUN OLEH :
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “KEADILAN DAN KESEWENANG
WENANGAN ”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata
kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasardi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kusuma
Negara Jakarta.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami,yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas ini.
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ...................................................................................................................... ii
A. LatarBelakang ...................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan ................................................................................................................... 1
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 10
B. Saran ...................................................................................................................... 10
C. Pertanyaan ...................................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai mana kita ketahui bahwa di Negara kita masih terdapat disana sini ketidak
adilan, baik ditataran pemerintahan, masyarakat dan disekitar kita, Ini terjadi baik karena
kesengajaan atau tidak sengaja ini menunjukkan Rendahnya kesadaran manusia akan
keadilan atau berbuat adil terhadap sesama manusia atau dengan sesama makhluk Hidup.
Seandainya di negara kita terjadi pemerataan keadilan maka saya yakin tidak tidak akan
terjadi perotes yang disertai kekerasan, kemiskinan yang bekepanjangan, peranpokan,
kelaparan, gizi buruk dll. Mengapa hal diatas terjadi karena konsep keadilan yang tidak
diterapkan secara benar, atau bisa kita katakan keadilan hanya milik orang kaya dan
penguasa. Dari latar diatas penulis akan mencoba untuk memberikan sebuah konsep
keadilan sehingga diharapkan nantinya dapat meminimalisi ketidak adilan yang terjadi di
indonesia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah mengenai keadilan dan kesewenang-wenangan, kegelisahan dan
penderitaan mempunyai tujuan antar lain.
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD)
2. Memberi pengetahuan dasar kepada para mahasiswa mengenai maksud dari adanya
keadilan dan kesewenang-wenangan, kegelisahan dan penderitaan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana Pengaruh adanya keadilan dan kesewenang-
wenangan, kegelisahan dan penderitaan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keadilan
Keadailan berasal dari bahasa Arab yaitu adil yang artinya Tengah. Keadilan berarti
menepatkan sesuatu ditengah – tengah, tidak berat sebelah atau dengan kata lain keadilan berarti
menepatkan sesuatu pada tempatnya. Keadilan memberikan kebenaran, ketegasan dan suatu jalan
tengah dari berbagai persoalan juga tidak memihak kepada siapapun.Dan bagi yang berbuat adil
merupakan orang yang bijaksana.
Manusia adalah makhluk Tuhan tertinggi yang memiliki gejala – gejala istimewa yang
hanya terdapat pada manusia saja, tidak terdapat pada benda mati ataupun benda hidup lainnya
seperti pada hewan dan atau tumbuhan.Gejala istimewa ini digolongkan pada tiga jenis, yaitu
akal, rasa, dan kehendak akal.Rasa dan kehendak menyatu dalam diri manusia yang terdiri atas
manunggalnya jiwa dan raga yang kemudian menjadikan sumber – sumber kemampuan,
kecerdasan atau kecakapan dalam mengatur hidupnya.Manusia berpikir untuk memenuhi hasrat
memperoleh kemampuan untuk mencapai kebenaran dan kenyataan, berusaha untuk memenuhi
hasrat memperoleh seni dalam arti luas untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk
memperoleh hal – hal yang baik dan kebaikan.
Manusia sebagai makhluk Tuhan juga memiliki sifat kodrat, yaitu sifat kodrat
persorangan atau juga disebut makhluk pribadi dan sifat kodrat masyarakat atau disebut makhluk
sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia mengatur hubungan antar manusia, karena sangat tidak
mungkin manusia hidup sendiri tanpa manusia lain. Dalam mengatur hubungan kodrat manusia
perlu adanya keserasian, keseimbangan, kesesuaian, atau kesamaan dalam tingkah laku, baik
untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan masyarakat.Kemampuan inilah yang
kemudian menjelma menjadi tingkah laku adil yang menjadi tujuan seluruh umat manusia dalam
hidup.Semua orang menyebutnya dengan menghendaki keadilan.
2
a. Keadilan Menurut Para Ahli
1. Aristoteles
2. Plato
Keadilan merupakan proyeksi pada diri manusia sehingga orang yang dikatakan
adil adalah orang yang mengendalika diri dan perasaanya dikendalikan oleh akal.Dengan
begitu, keadilan adalah hak setiap manusia dengan sebab sifatnya sebagai manusia dan
sifat ini menjadi dasar keadilan di dalam ajaran-ajaran ketuhanan.Adapun ciri-ciri
keadilan antara lain:
1) Tidak memihak
2) Sama hak
3) Sah menurut hukum
4) Layak dan wajar
5) Benar secara moral.
3. Socrates
3
Indonesia adalah terpenuhinya keadilan bagi seluruh masyarakat Indonesia.Hal ini dapat
diketahui baik dalam pembukaan UUD 1945 maupun pancasila.
Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa ; menuntut setiap warga negara
mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan
tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah Pancasila
menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda
keyakinan.
Sila Kedua, Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab : mengajak masyarakat untuk
mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki
martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan kata lain, ada sikap untuk
menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradap
terhadapnya.
4
B. Konsep Adil dan Rasa Keadilan
Adil adalah sifat perbuatan manusia.Kata adil ialah berarti tidak berat sebelah,
tidak memihak atau tidak sewenag – wenang. Keadilan mengandung pengertian sebagai
suatu hal yang tid Adil berarti tidak sewenang – wenang kepada diri sendiri maupun
kepada pihak lain. Pihak lain meliputi anggota masyarakat, alam lingkungan, dan Tuhan
Sang Pencipta. Jadi, konsep adil berlaku kepada diri sendiri sebagai individu, dan kepada
pihak lain sebagai anggota masyarakat, alam lingkungan, dan Tuhan Sang Pencipta.
Keadilan pada umumnya sulit diperoleh, sehingga kalau terpaksa harus dituntut,
dengan bantuan orang ketiga sebagai penengah, dengan harapan pihak ketiga tersebut
dapat bertindak adil terhadap pihak – pihak yang berselisih.oleh karena itu pihak ketiga
harus seseorang yang netral , tidak memihak, tidak menguntungkan salah satu pihak, dan
yang terpenting tidak sewenang – wenang. Dalam hal ini pihak ketiga sangat diperlukan
karena bila tidak maka para pihak yang bersikap konfrontif ini dapat mengarah kepada
kekerasan.Perlakuan kepada diri sendiri, sama seperti perlakuan kepada pihak lain dan
sebaliknya dalam konsep adil berlaku tolak ukur yang sama kepada pihak yang berbuat
dan kepada pihak yang lain terhadap mana perbuatan itu ditujukan. Implikasinya, ialah
perlakuan kepada diri sendiri seharusnya sama pula dengan perlakuan kepada pihak lain.
Bagaimana berbuat adil kepada pihak lain jika kepada diri sendiri saja sudah tidak adil.
Konsep adil (tidak sewenang – wenang) baru jelas bentuknya jika sudah diwujudkan
dalam perbuatan nyata dan nilai yang dihasilkannya atau akibat yang
ditimbulkannya.Situasi dari kondisi nyata juga ikut menentukan perbuatan nyata adil
manusia.
Adil bersifat kodrati, yang artinya sudah dibekali oleh Tuhan Sang Pencipta kepada
manusia sebagai bagian dari kehidupan manusia.Adil bersumber pada “unsur rasa” dalam
diri manusia yang didukung oleh akal sehat dan diwujudkan pada perbuatan.Sebagai
makhluk budaya, manusia menilai peristiwa atau kejadian yang ada di sekitarnya, atau
yang dialaminya. Hasil penilaian tersebut berupa perasaan yang tumbuh dalam dirinya
bahwa keadaan perbuatan atau kejadian yang dialaminya itu tidak sewenang – wenang,
atau seimbang, atau tidak berat sebelah, atau wajar, patut dan layak, baik kepada diri
sendiri maupun kepada pihak lain, yang dibenarkan oleh akal sehat,.
5
Macam-macam Keadilan
a. Keadilan komutatif
b. Keadilan distributif
1. Keadilan komutatif
adalah keadilan yang memberikan kepada setiap orang yang sama banyaknya,
tanpa mengingat berapa besar jasa – jasa yang telah diberikan. Bertujuan
memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum.Dalam kehidupan
sehari – hari banyak sekali petunjuk – petunjuk yang ditujukan kepada semua
orang agar sebagai warga dapat hidup aman, tentram, dan sejahtera.
2. Keadilan Distributif
adalah yang memberikan hak atau jatah kepada setiap orang menurut jasa – jasa
yang telah diberikan. Akan terlaksana manakala hal – hal yang sama diperlakukan
tidak sama.
6
dengan kemampuannya yang bersangkutan.Timbul karena adanya penyatuan dan
penyesuaian untuk memberi tempat yang sama, selaras kepada bagian yang
membentuk suatu masyarakat. Keadilan ini terwujud dalam masyarakat manakala
setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara baik menurut
kemampuannya.
Setiap manusia dapat melihat “perlakuan adil” berdasarkan sudut pandang masing
– masing. Sehingga tanggapannya mungkin sama dan mungkin juga tidak sama antara satu
dan yang lainnya. Begitu juga dengan “keadilan” seperti yang diketahui bahwa keadilan
mengandung pengertian sebagai suatu hal yang tidak berat sebelah atau tidak memihak
atau tidak sewenang – wenang.Kemungkinan letak ketidaksamaannya ialah terletak pada
nilai bobot kualitas perlakuannya.Walaupun yang satu dan yang lainnya memandang
perlakuan itu sebagai perlakuan adil, karena nilai bobot kualitas perlakuannya berbeda,
maka timbullah gradasi perlakuan dari perlakuan adil ke perlakuan kurang adil, sampai ke
perlakuan tidak adil.Oleh karena itu, Keadilan umumnya sulit diperoleh, sehingga kalau
terpaksa harus dituntut.Mengacu pada kata “tidak berat sebelah” maka diperlukan adanya
bantuan orang ketiga sebagai penengah dengan harapan pihak ketiga tersebut dapat
bertindak adil terhadap pihak – pihak yang berselisih.Oleh karena itu, pihak ketiga harus
bersikap netral, tidak memihak, tidak menguntungkan satu pihak.Dalam hal ini, pihak
ketiga sangat diperlukan karena bila tidak para pihak yang bersikap konfrontatif dapat
mengarah pada kekerasan.
7
Setelah adanya Pihak ketiga, bentuk perlakuan keadilan juga erat kaitannya dengan
hukum. Hukum atau Undang – undang diperlukan untuk mengatur masyarakat dalam
suatu Negara. Hukum merupakan suatu system norma – norma yang mengatur kehidupan
dalam masyarakat. Hukum memiliki norma yang terletak pada sanksi yang akan
dikenakan pada pelanggarnya. Hukum dibuat untuk mendisiplikan, mengatur, serta
mengurangi tingkat sebuah “konflik”.Untuk menghindari hal tersebut maka diciptakanlah
hukum yang mempunyai fungsi dasar untuk mencegah agar konflik kepentingan
dipecahkan dalam konflik terbuka atas dasar hukum yang tidak membedakan antara orang
yang lemah atau yang kuat.
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan
hati nuraninya, apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang
kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada.Jujur juga berarti
seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan
hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan-perbuatan yang berarti bahwa
apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur juga
menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang
masih terkandung dalam nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.
8
D. Kesewenang – wenangan
Tentang hubungan antara budaya lokal dan agama yang tidak jelas garis
pembatasnya itu dapat dilihat dalam konteks masyarakat seperti, daerah Nanggro Aceh
Darussalam, Sumatera Barat, dan dalam bentuk jargon-jargon adat juga dapat dijumpai di
beberapa kabupaten/kota di Provinsi Riau, dan lain-lain. Jika banyak sosiolog dan juga
pengamat politik melihat fenomena bangkitnya sentimen agama itu lebih sebagai politisasi
agama, atau sebagai bentuk populisme Islam baru. Namun bila dilihat dari produk-produk
legislasi yang dihasilkan dan implementasinya di tingkat local, dalam banyak kasus akan
menghadapkan nasib konstitusi kita dalam kepungan syari’ahisme yang
diimplementasikan secara sewenang-wenang. Kesewenang-wenangan tersebut antara lain
pertama dilihat dari tingkat kekejaman hukuman atas implementasi regulasi syari’ah yang
diasumsikan keduatingkat diskriminasi yang ditimbulkan dari konsep syari’ah yang
diaplikasikan.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, Manusia dan keadilan pada intinya terletak pada keseimbangan atau
keharmonisan antara menuntut hak, dan kewajiban manusia itu sendiri.Menurut pendapat
yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang
seimbang antara hak dan kewajiban.Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak
dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain. keadilan adalah keadaan bila setiap
orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang
sama dari kekayaan bersama. Keadilan adalah kata kunci yang menentukan selamat
tidaknya manusia di muka bumi.Tanpa keadilan manusia pasti hancur.Menegakkan
keadilan adalah kewajiban setiap manusia.
B. Saran
Agar setiap orang harus selalu menjujung tinggi keadilan serta menegakkannya
dalam kehidupan sehari-hari, karena itu tugas utama pokok manusia adalah menegakkan
keadilan.Adil terhadap diri, keluarga dan masyarakatnya.
10
C. PERTANYAAN
KELOMPOK 1
KELOMPOK 2
Jawab :keadilan moral yang dimaksut itu adalah keadilan yang sesuai dengan
undang undang. Sebagaimana contoh adil jika semua pengendara menaati rambu
rambu lalu lintas.
KELOMPOK 3
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir Muhammad, Ilmu Sosial Budaya Dasar, (Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2011)
Herimanto dan Winarto. 2006. ILMU SOSIAL & BUDAYA DASAR. Jakarta, Bumi Angsara
Nugroho, Widyo dan Muchji, Achmad .1996.ILMU BUDAYA DASAR. Jakarta, Guna darma
12