Anda di halaman 1dari 5

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah yang

tersebar diseluruh wilayahnya, bahkan mayoritas masyarakat pedesaan sangat

bergantung pada kekayaan sumber daya alam. Dalam upaya peningkatan

pembangunan ekonomi desa, pembangunan harus benar-benar bertumpu pada

kekuatan masyarakat desa. Potensi sumber daya alam dan manusia yang dimiliki

oleh desa menjadi kekuatan dalam pembangunan ekonomi. Eksploitasi sumber

daya alam secara berlebihan berdampak pada upaya masyarakat di pedesaan untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka (Henry D. Hahury dkk 2019). Untuk

melindungi dan memaksimalkan sumber daya alam pemerintah perlu

mengetengahkan upaya pelestarian sumber daya alam yang berbasis kearifan lokal

agar sesuai dengan kondisi dan situasi di suatu daerah.

Kearifan lokal atau local wisdom merupakan bentuk pengetahuan lokal

(indigenous knowledge) yang perlu digali dan banyak dipraktikkan diberbagai

kawasan di Nusantara. Pemerintah mengakui kearifan lokal sebagai upaya

konservasi yang tercantum pada Undang-undang nomor 32 pasal 1 ayat 30 Tahun

2000, tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang menyatakan:

“Kearifan lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan

masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara

lestari” (Persada., dkk. 2018).


2

Kearifan lokal merupakan perwujudan dari daya tahan dan daya tumbuh

yang dimanifestasikan melalui pandangan hidup, pengetahuan, dan berbagai

strategi kehidupan berupa aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal untuk

menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya, sekaligus

memelihara kebudayaannya. Dalam pengertian inilah kearifan lokal sebagai

jawaban untuk bertahan dan menumbuhkan secara berkelanjutan kebudayaan

yang didukungnya. Masyarakat tradisional dalam konteks kearifan lokal, seperti

pada dasarnya terdapat suatu proses untuk menjadi pintar dan berpengetahuan.

Hal itu berkaitan dengan adanya keinginan agar dapat mempertahankan dan

melangsungkan kehidupan, sehingga masyarakat secara spontan memikirkan cara-

cara untuk melakukan, membuat, dan menciptakan sesuatu yang diperlukan dalam

mengolah sumber daya alam demi menjamin keberlangsungan dan ketersediaan

sumber daya alam tanpa mengganggu keseimbangan alam (Kusumadinata. 2015).

Masyarakat di Kepulauan Maluku memiliki upaya dalam mengelola

sumber daya alam dan pertaniannya dalam bentuk kearifan lokal yang disebut

dengan Sasi. Kissya dalam Kusumadinata (2015) mengatakan, bahwa Sasi dapat

diartikan sebagai larangan untuk mengambil hasil sumber daya alam tertentu

sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumber daya hayati

(hewani maupun nabati) alam tersebut. Sasi mempunyai sifat atau kekuatan

tertentu yang berlaku untuk umum maupun untuk perorangan. Sasi merupakan

sebuah aturan permainan dalam mengelola sumber daya alam pada desa-desa di

Maluku. Sasi tersebut menjadi pedoman dalam mengelola sumber daya alam yang

ada di Provinsi Maluku dan merupakan bagian dari masyarakat adat setempat.
3

Sasi adalah satu-satunya piranti hukum yang masih ditaati di desa-desa sekalipun

sudah mulai kehilangan eksistensinya dalam menjaga keseimbangan antara

manusia dan lingkungan, maka ada kearifan tradisional yang diartikan melalui

simbol-simbol khusus sebagai tanda larangan yang dikenal dengan sasi. Menurut

Sahusilawane., dkk (2004), sasi di Maluku merupakan bentuk pengaturan internal

(self regulatory) pada masyarakat Maluku. Sasi berfungsi sebagai pijakan atau

pedoman dalam bersikap dan bertindak, baik dalam berinteraksi ditengah-tengah

masyarakat maupun pengolalaan lingkungan serta pemanfaatan sumber daya

alam. Manfaat sasi memberikan efek positif bagi pemenuhan kebutuhan ekonomi

masyarakat dan kelangsungan kelestarian alam.

Penghidupan masyakat Maluku Tengah Kecamatan Leihitu tepatnya di

Negeri Seith selama ini bergantung pada sektor perkebunan. Bagi masyarakat

Negeri Seith Untuk mencegah eksploitasi dan memaksimalkan sumber daya alam

yang dapat diatur sehingga berkelanjutan dengan cara menggunakan hukum adat

sasi. Aturan yang ada sejak dulu ini, melarang pengambilan sumber daya alam

dalam kurung waktu tertentu. Peraturan tersebut lahir sebagai bentuk kepedulian

dan penghargaan terhadap alam. Sasi masih diterapkan hingga kini dengan

larangan yang berbeda-beda sesuai dengan sumber daya alam yang dianggap

berharga bagi masyarakat Negeri Seith, misalnya hasil hutan seperti pala. Pala

(myristica fragrans houtt) dikenal sebagai tanaman rempah yang memiliki nilai

ekonomis tinggi dan multiguna. Desa Seith merupakan salah satu Kawasan pesisir

tepatnya di kecamatan leihitu yang memiliki lahan pala terluas dibandingkan


4

daerah sekitar di Kawasan tersebut (Nofia F Wenno 2015), Pala menjadi komoditi

unggulan yang dilindungi dengan aturan sasi.

Kata Sasi yang berarti larangan adalah suatu bentuk peraturan yang

bernuansa tradisional yang masih diterapkan oleh pemerintah Negeri Seith yang

berada di Maluku Tengah untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup sejak

ratusan tahun lalu. Namun pada realitanya sasi menjadi sebuah model ekonomi

Bersama yang tumbuh di masyarakat Negeri/desa melalui sumber daya alam

(SDA), baik di darat maupun di laut, yang merupakan kepemilikan pribadi

maupun kepemilikan keluarga, desa, umum yang ada di darat maupun di laut.

SDA tersebut dikelola secara Bersama melalui mekanisme aturan adat yang

disepakati Bersama dengan tujuan, agar masyarakat Negeri ataupun pembangunan

Negeri mendapatkan manfaat dari kepemilikan sumber daya alam yang ada

(Maryam Sangadji dkk 2019)

Berbagai kajian diatas memang memperlihatkan bahwa sasi memiliki

peran penting, baik aspek sosial, lingkungan maupun ekonomi dalam upaya

meningkatkan pembangunan ekonomi. Namun,demikian kajian kajian ini belum

memperlihatkan bagaimana sustainable income yang didapatkan, sehingga

berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi . Berdasarkan latar belakang

masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Sasi Sebagai Strategi Dalam Upaya Peningkatan Pembangunan Ekonomi

Negeri Seith Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah”.


5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakan di atas, terdapat permasalahan, yaitu:

Bagaimana sasi sebagai strategi dalam upaya peningkatan pembangunan ekonomi

negeri Seith kecamatan leihitu kabupaten maluku tengah?

1.3 Tujuan Penilitian

Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui peran sasi sebagai strategi dalam

upaya peningkatan pembangunan ekonomi negeri Seith kecamatan leihitu

kabupaten maluku tengah.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

ilmu pengetahuan terkhusus dalam memahami dan mendalami

pembangunan ekonomi yang berkaitan dengan kearifan lokal.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi bagi

pemerintah daerah Seith dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan

dengan kearifan lokal demi berjalannya pelestarian sumber daya alam.

3. Sebagai sumber informasi dan data bagi penelitian berikutnya untuk

dijadikan sarana pembelajaran yang juga berkaitan dengan topik dalam

penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai