pernikahan yang dikenal dengan uang panai (mahar) yang diberikan oleh pengantin pria untuk si mempelai wanita. Besaran uang panai ini disesuaikan dengan strata si gadis, mulai dari garis keturunan keluarga, pekerjaan, kecantikan hingga tingkat pendidikan.Lalu, mengapa uang panai bisa mahal? Konon zaman dulu, para orang tua ingin melihat keseriusan pria yang ingin melamar anak gadisnya. Sehingga, para pria harus betul-betul berusaha mengupayakan uang panai untuk mendapatkan gadis idamannya.
2. Tradisi Pernikahan 'Merarik' (Lombok)
Dalam tradisi suku sasak ini, si calon
pengantin pria harus menculik calon pengantin wanita dulu sebelum dinikahi. Tradisi itu dikenal dengan sebutan merarik atau pelarian. Caranya cukup sederhana, gadis pujaan itu tidak perlu memberitahukan kepada kedua orang tuanya.Bila ingin menikah, gadis itu dibawa. Namun jangan lupa aturan, mencuri gadis kemudian melarikannya harus dilakukan dengan membawa beberapa orang kerabat atau teman.Selain sebagai saksi, kerabat yang dibawa untuk mencuri gadis itu sekalian sebagai pengiring dalam prosesi merarik. Dengan catatan, gadis itu tidak boleh dibawa langsung ke rumah lelaki, melainkan harus dititipkan ke kerabat laki-laki dulu. Setelah sehari menginap, pihak kerabat laki-laki akan mengirim utusan ke pihak keluarga perempuan sebagai pemberitahuan bahwa anak gadisnya dicuri. 3. Tradisi Pernikahan 'Maminang' (Minang)
tradisi pernikahan keluarga pihak laki-laki
akan datang melamar calon pengantin wanita,namun tradisi pernikahan dari adat Minan, Pihak keluarga calon mempelai wanita yang bertindak melamar pihak laki- laki.Sebelum menikah, pihak perempuan harus melewati tahapan Maresek (lamaran) dengan datang membawa buah tangan seperti buah-buahan dan kue basah.Kemudian, menyusul tahap kedua yaitu Maminang atau Batimbang Tando. Nantinya, keluarga dari mempelai wanita akan datang kembali menemui mempelai pria dengan tujuan meminang.Sama seperti Maresek, pada tahap Maminang pun pihak perempuan datang membawa buah-buahan, ditambah dengan sirih pinang untuk dicicipi keluarga pihak pria.
4. Tradisi Unik Menahan Buang Air (Kalimantan)
Tradisi ini berlaku bagi masyarakat
Tidung di Kalimantan Dalam tradisi ini, pasangan pengantin baru sangat dilarang masuk ke kamar mandi.Pasangan pengantin tidak diizinkan sama sekali untuk buang air kecil maupun buang air besar selama tiga hari berturut-turut. Selama tiga hari itu pula, kedua pengantin akan diberi makanan dan minuman dengan porsi sangat minim. Apabila aturan ini dilanggar, maka pengantin akan mendapat musibah seperti perselingkuhan atau kematian sang buah hati.Nantinya, setelah melewati masa tiga hari itu, pasangan pengantin baru pun diperbolehkan beraktivitas seperti biasa. 5. Tradisi Pernikahan 'Munggah' (Palembang)
Sebelum tiba hari pernikahan, ada
beberapa tahapan cukup panjang yang harus dilalui pasangan calon pengantin.Dimulai dari, Madik (melihat), Menyenggung, Ngebet (diikat), Berasan (bermusyawarah), Mutuske Kato, Nganterke Belanjo, ritual jelang akad nikah, dan Munggah.Pada tahapan Munggah, di sinilah puncak dari semuanya alias hari H pernikahan dalam adat Palembang. Prosesi Munggah dimeriahkan dengan tabuhan rebana mengiringi rombongan pengantin pria ketika menemui pihak mempelai wanita.