ACARA II
KOPERASI DAN KELEMBAGAAN PERTANIAN
SISTEM PERTANIAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL
PROVINSI RIAU
Disusun Oleh :
Kelompok/Kelas : 13/2
Asisten Praktikum : Syahnanda Nurfahrizal P.
1.2. Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah:
Mengetahui kelembagaan pertanian berbasis kearifan lokal yang ada di
provinsi Riau.
Mengetahui tujuan dan manfaat kelembagaan pertanian berbasis kearifan lokal
yang ada di Riau.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Kearifan Lokal
Dalam pengertian kebahasaan kearifan lokal, berarti kearifan setempat (local wisdom)
yang dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai yang tertanam dan diikuti oleh warga masyarakatnya. Dalam konsep antropologi,
kearifan lokal dikenal pula sebagai pengetahuan setempat atau kecerdasan setempat yang
menjadi dasar identitas kebudayan (cultural identity). Masyarakat mengembangkan suatu
sistem pengetahuan dan teknologi yang asli suatu kearifan lokal yang mencakup berbagai
macam cara untuk mengatasi kehidupan seperti pengolahan pangan. (Nasruddin, 2011).
Guntur (2016) Menyebutkan bahwa kearifan lokal adalah suatu tata nilai dalam
menjalani kehidupan masyarakat lokal terutama dalam melakukan interaksi pada lingkungan
tempat tinggal yang damai. Adapun bentuk dari kearifan lokal seperti penggunaan alat
tradisional dalam pengolahan lahan.
Kearifan lokal adalah kebijaksanaan dalam pengetahuan asli suatu masyarakat yang
berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat, dalam
hal ini kearifan lokal bukan hanya suatu nilai budaya akan tetapi nilai budaya yang dapat
dimanfaatkan untuk dapat menata kehidupan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan dan
kedamaian (Sibarani,2014).
Sedangkan menurut Reval Mardiansyah (2022) Kearifan lokal adalah salah satu produk
kebudayaan yang lahir karena kebutuhan akan nilai-nilai, norma, serta aturan yang menjadi
model untuk melakukan sebuah tindakan termasuk dalam sumber pengetahuan kebudayaan
bagi masyarakat yang ada dalam tradisi dan sejarah.
Kearifan lokal adat adalah suatu kondisi sosial dan budaya yang didalamnya
terkandung khazanah nilai-nilai budaya yang menghargai dan adaptif dengan alam sekitar,
dan tertata secara ajeg dalam suatu tatanan adat istiadat suatu masyarakat walaupun sering
dianggap kuno, nilai-nilai yang mereka ajarkan serta praktikkan merupakan cara terbaik untuk
memelihara lingkungan di zaman post-modern (Indrawardana,2012).
2. nilai estetika atau nilai keindahan sering dikaitkan dengan benda, orang dan
peristiwa yang dapat menyenangkan hati (perasaan). Nilai estetika adalah nilai
yang berkaitan dengan nilai indah atau jelek yang diberikan oleh seni. Nilai
tersebut memiliki sistem yang secara bersamaan menyatu dengan gagasan,
tindakan, dan hasil karya
Lembaga adalah berisi norma, nilai, regulasi, pengetahuan, dan lainnya. Menjadi
pedoman dalam berperilaku aktor (individu atau organisasi). Kelembagaan adalah hal-
hal yang berkenaan atau berhubungan dengan lembaga(syahyuti 2016)
Kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola
serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat
yang terkaitan erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan.Dalam
kehidupan komunitas petani,posisi dan fungsi kelembagaan petani merupakan bagian
pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial dalam komunitas
BAB III
PEMBAHASAN
1. Sosial Budaya
Riau termasuk daerah dengan tingkat heterogenitas etnis yang tinggi. Selain
penduduk asli, maka suku bangsa lain yang cukup dominan di Riau ialah
Minangkabau, Jawa, Mandailing, Bugis dan Tionghoa. Penduduk asli merupakan
mayoritas di provinsi ini dan terdapat pada setiap kabupaten dan kota. Etnis Jawa
dan Sunda pada umumnya banyak berada pada kawasan transmigran. Etnis
Minangkabau dan Tionghoa umumnya menjadi pedagang dan banyak bermukim
pada kawasan perkotaan. Sementara etnis Mandailing umumnya banyak terdapat di
kabupaten Rokan Hulu.
Mayoritas penduduk Riau diklasifikasikan sebagai Melayu, sosial budaya yang
berkembang adalah Budaya Melayu. Setelah beberapa puak Melayu memeluk agama
Islam, maka alur kehidupan masyarakat mulai berjalan dalam garis yang Islami.
Jalan kehidupan yang demikian menyebabkan sistem nilai Islam menjadi anutan
dalam peri kehidupan masyarakat. Dalam perkembangan berikutnya kebudayaan
Melayu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Islam, bahkan nilai-nilai
Islam ikut mewarnai dan mengisi kebudayaan tersebut. Walaupun hakekatnya adat
istiadat yang berlaku adalah Adat resam (tradisi) Melayu, namun dalam
pertumbuhan dan perkembangannya terdapat pula variasi-variasi adat yang ditandai
dengan adanya wilayah adat-wilayah adat. Tumbuh dan berkembangnya kerajaan-
kerajaan Melayu di daerah Riau ini pada masa lalu, diikuti dengan tumbuh dan
berkembangnya adat istiadat yang berlaku di kerajaan itu, yang dalam waktu
berabad-abad, menyebabkan terjadinya variasi-variasi adat antara satu wilayah
kerajaan dengan kerajaan lainnya. Kemudian setelah kerajaan-kerajaan itu berakhir,
maka berbagai wujud adat dan tradisi yang diwariskannya tetap mewarnai adat
istiadat masyarakatnya.
2. Sosial Ekonomi
Lembaga adat melayu LAM Riau adalah sebuah lembaga adat daerah yang di
prakarsai oleh tokoh tokoh melayu riau dario berbagai latar dan kepakaran yaitu
enjawat pemerintahan ulama ilmuwan atau cendekiawan dari perguruan tinggi di
riau budayawan seniman sasterawan dan orang patut patut yang berasal dari
lingkungan kekuasaan tradisional melayu riau.
Daftar Pustaka
https://core.ac.uk/download/pdf/234800659.pdf
http://diakronika@ppj.unp.ac.id
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/atthulab/article/view/3391
https://jurnal.unpad.ac.id/agricore/article/view/26509
http://repository.uni.ac.id/
https://www.gramedia.com/literasi/kearifan-lokal/