Fakultas Hukum Universitas Pancasila: Lembar Jawaban Ujian Tengah Semester (Uts) Semester Genap Tahun Akademik 2023/2024
Fakultas Hukum Universitas Pancasila: Lembar Jawaban Ujian Tengah Semester (Uts) Semester Genap Tahun Akademik 2023/2024
1. Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan
dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli (Pasal 1 angka 10 UU.
No. 30 tahun 1999)
Makna dari sengketa di bidang perdagangan dapat diproleh dari Penjelasan Pasal 66
huruf b UU 30/1999, antara lain tidak terbatas pada sengketa di bidang perniagaan,
perbankan, keuangan, penanaman modal, industri, dan hak kekayaan intelektual.
Pembentuk undang-undang memberikan penjelasan dengan menyebutkan beberapa
macam aktivitas namun memiliki karakter yang sama (ejusdem generis). Secara
konseptual, sengketa di bidang perdagangan dapat dimaknai sebagai sengketa yang
lahir dari aktivitas yang bermotif ekonomi.
6. Menurut Pasal 130 HIR/514 Rgb, penyelesaian sengketa di luar pengadilan harus
menempuh proses mediasi terlebih dahulu. Jika tidak menempuh proses mediasi, maka
penyelesaian sengketa melanggar ketentuan tersebut yang mengakibatkan putusan batal
demi hukum.
Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah cara penyelesaian suatu sengketa di luar
pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
oleh para pihak yang bersengketa. Sengketa yang hanya dapat diselesaikan melalui
arbitrase hanyalah sengketa yang berkaitan dengan hak-hak yang dapat dialihkan1.
8. Negosiasi adalah proses komunikasi di mana dua pihak, masing – masing dengan
tujuan dan sudut pandang mereka sendiri, berua a untuk mencapai kesepakatan yang
memuaskan kedua belah pihak tersebut mengenai masalah yang sama (George M.
Hartman, 1997).
10. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator (Pasal 1 butir 1 Perma No. 1 tahun
2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan).
Perbedaan PERMA No. 1 Tahun 2008 dengan PERMA No. 1 Tahun 2016 adalah
Bentuk kesepakatan perdamaian, perbedaan jangka waktu proses mediasi, kekuatan
berlaku PERMA dan akibat hukumnya, perkara yang dikecualikan dari kewajiban
menempuh mediasi, keterlibatan pihak luar, dan pengaturan iktikad baik dalam proses
mediasi dan akibat hukumnya.
Alasan yang mendorong perubahan PERMA No. 1 Tahun 2008 adalah hasil identifikasi
Kelompok Kerja Alternatif Penyelesaian Sengketa MA-RI menunjukkan adanya faktor
penyebab rendahnya keberhasilan mediasi di pengadilan dan hasil perbandingan yang
dilakukan MA dengan negara lain yang telah sukses menerapkan praktek mediasi sehingga
menjadi masukan dan perkembangan terkini dalam hal praktek mediasi di Indonesia.
Prospek mediasi cukup bagus sebagai Alternative Dispute Resolution (ADR) di masa depan
dengan catatan dalam proses mediasi diterapkan tata kelola mediasi yang baik sehingga
menunjang terhadap tingkat keberhasilan mediasi tersebut.