Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR JAWABAN

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)


SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2023/2024
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PANCASILA

Nama Mahasiswa : Bryan Agung Raharjo


Nomor Pokok : 3016210069
Nomor Urut : ............................................................
Kelas :A
Mata Ujian : ALTERNATIVE PENYELESAIAN SENGKETA
Nama Dosen :
Hari/Tanggal : Kamis / 4 Mei 2022
Semester : Genap 2023/2024

1. Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan
dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian ahli (Pasal 1 angka 10 UU.
No. 30 tahun 1999)

2. Kelebihan Altenative Penyelesaian Sengketa dengan penyelesaian sengketa melalui


pengadilan:
 Proses dilakukan secara formal dan ditunjuk langsung oleh negara (MA),
 Keputusan dibuat oleh pihak yang ditunjuk, dalam konteks ini sudah jelas
adalah hakim
 Fakta dari kedua belah pihak dipertimbangkan oleh hukum
 Berlangsung secara terbuka dan tidak mengunggulkan salah satunya
 Berlangsung lebih cepat untuk sidangnya, tetapi ada banding atau kasasi yang
bisa dilayangkan pihak kalah dalam durasi tertentu.

3. Kekurangan Alternative Penyelesaian Sengketa dengan penyelesaian sengketa melalui


pengadilan:
 Hakim yang tidak berpengalaman. Sebagai pemimpin tertinggi persidangan,
hakim tentu harus memahami dan mengetahui segala jenis hukum juga
perundangannya. Oleh karena kedua belah pihak tidak diperbolehkan memilih
pemimpin persidangan, maka hakim terpilih harus bersifat netral dan adil.
 Kepastian hukum yang tidak stabil. Indonesia memiliki tiga lembaga hukum,
yaitu Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung. Jika
keputusan Pengadilan Negeri dianggap kurang memuaskan, pihak yang kalah
bisa mengajukan banding dan kasasi yang tentunya akan memakan banyak
waktu.
4. Menurut Undang-Undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, pada pasal 1 angka 10, alternatif penyelesaian sengketa adalah
lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati
para pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

5. Sengketa yang dapat di selesaikan dalam alternatif penyelesaian sengketa ialah


kecuali yang ditentukan dalam pasal 5 ayat 1 UU 30 Tahun 1999 tentang ruang
lingkup sengketa yang dapat diselesaikan melalui PSA yaitu:

a. sengketa di bidang perdagangan; dan


b. sengketa mengenai hak yang menurut hukum dan Peraturan Perundang
undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.

Makna dari sengketa di bidang perdagangan dapat diproleh dari Penjelasan Pasal 66
huruf b UU 30/1999, antara lain tidak terbatas pada sengketa di bidang perniagaan,
perbankan, keuangan, penanaman modal, industri, dan hak kekayaan intelektual.
Pembentuk undang-undang memberikan penjelasan dengan menyebutkan beberapa
macam aktivitas namun memiliki karakter yang sama (ejusdem generis). Secara
konseptual, sengketa di bidang perdagangan dapat dimaknai sebagai sengketa yang
lahir dari aktivitas yang bermotif ekonomi.

6. Menurut Pasal 130 HIR/514 Rgb, penyelesaian sengketa di luar pengadilan harus
menempuh proses mediasi terlebih dahulu. Jika tidak menempuh proses mediasi, maka
penyelesaian sengketa melanggar ketentuan tersebut yang mengakibatkan putusan batal
demi hukum.

Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah cara penyelesaian suatu sengketa di luar
pengadilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis
oleh para pihak yang bersengketa. Sengketa yang hanya dapat diselesaikan melalui
arbitrase hanyalah sengketa yang berkaitan dengan hak-hak yang dapat dialihkan1.

Jadi, sengketa yang wajib diselesaikan melalui Alternative Penyelesaian Sengketa


terlebih dahulu sebelum kepengadilan adalah sengketa yang berkaitan dengan hak-hak
yang dapat dialihkan dan hanya dapat diselesaikan melalui arbitrase.

7. Penyelesaian sengketa melaluipengadilan (litigasi) dirasakan lamban, mahal dan


kurang sesuai. Maka harus Alternative Penyelesaian Sengketa perlu dijalankan
terlebih dahulu sebelum melakukan penyelesaian melalui pengadilan.

8. Negosiasi adalah proses komunikasi di mana dua pihak, masing – masing dengan
tujuan dan sudut pandang mereka sendiri, berua a untuk mencapai kesepakatan yang
memuaskan kedua belah pihak tersebut mengenai masalah yang sama (George M.
Hartman, 1997).

9. Tugas dari seorang negosiator, diantaranya:


 Sebagai pihak penengah antara dua perusahaan.
 Mempengaruhi pihak lawan agar proses negosiasi dapat berjalan lancar.
 Membuat sebuah kesepakatan bersama yang adil serta saling menguntungkan.
 Dapat membuat pihak lawan setuju dengan kesepakatan yang dibuat.
 Menggunakan teknik win-win solution dalam proses negosiasi.

10. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator (Pasal 1 butir 1 Perma No. 1 tahun
2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan).
Perbedaan PERMA No. 1 Tahun 2008 dengan PERMA No. 1 Tahun 2016 adalah
 Bentuk kesepakatan perdamaian, perbedaan jangka waktu proses mediasi, kekuatan
berlaku PERMA dan akibat hukumnya, perkara yang dikecualikan dari kewajiban
menempuh mediasi, keterlibatan pihak luar, dan pengaturan iktikad baik dalam proses
mediasi dan akibat hukumnya.
 Alasan yang mendorong perubahan PERMA No. 1 Tahun 2008 adalah hasil identifikasi
Kelompok Kerja Alternatif Penyelesaian Sengketa MA-RI menunjukkan adanya faktor
penyebab rendahnya keberhasilan mediasi di pengadilan dan hasil perbandingan yang
dilakukan MA dengan negara lain yang telah sukses menerapkan praktek mediasi sehingga
menjadi masukan dan perkembangan terkini dalam hal praktek mediasi di Indonesia.
 Prospek mediasi cukup bagus sebagai Alternative Dispute Resolution (ADR) di masa depan
dengan catatan dalam proses mediasi diterapkan tata kelola mediasi yang baik sehingga
menunjang terhadap tingkat keberhasilan mediasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai