Anda di halaman 1dari 5

Nama : Dinda Fika Ayu Pratiwi Nama Dosen: Herlina, S.H., M.H.

NPM : 222301144 Mata Kuliah : HUKUM PERDATA

LEMBAR JAWABAN
1. Kasus perdata tidak akan bisa menjadi kasus pidana apabila di dalam prosesnya terjadi
perubahan kasus perdata yang ditindaklanjuti di lembaga peradilan sebagai delik
pidana, hal ini tidak berarti kedudukan kasus tersebut berubah.
2. Cakupan Hukum harta kekayaan adalah peraturan-peraturan hukum yang mangatur
tentang hak dan kewajiban manusia yang bernilai uang.
Seseorang yang dianggap tidak cakap atas dasar hal itu, orang tersebut dengan keputusan
Hakim dimasukkan ke dalam golongan orang yang tidak cakap bertindak. Orang tersebut
diberi wakil menurut Undang-undang yang disebut Pengampu (curator).
3. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan juga mengatur batas usia
dewasa cakap hukum. Disebutkan bahwa anak adalah setiap orang yang berumur di bawah
delapan belas tahun.
4. Secara perdata, keluarga korban bisa menuntut ganti rugi akibat kematian itu.
Secara perdata, pihak panitia dan keamanan telah melanggar pasal 1365 KUHperdata,
yang berbunyi: "Tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut."
5. Berikut ini kami jelaskan satu per satu syarat perjanjian dapat dikatakan sah:

A. Kesepakatan Para Pihak

Syarat perjanjian dinyatakan sah yang pertama adalah adanya kesepakatan para pihak.
Artinya harus ada persetujuan atau kesepakatan para pihak yang membuat perjanjian. Tidak
boleh ada paksaan atau tekanan, melainkan perjanjian harus atas dasar kehendak sendiri.

Hal ini juga telah ditegaskan kembali dalam Pasal 1321 KUH Perdata:

Tiada suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena kekhilafan atau
diperoleh dengan paksaan atau penipuan.

B. Kecakapan Para Pihak

Mengenai cakap tidaknya seseorang, perlu diketahui siapa saja yang menurut hukum tidak
cakap atau tidak punya kedudukan hukum untuk membuat perjanjian, sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1330 KUH Perdata yaitu:

Yang tak cakap untuk membuat persetujuan adalah;

1. anak yang belum dewasa;


2. orang yang ditaruh di bawah pengampuan;
3. perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan undang-undang dan pada
umumnya semua orang yang oleh undang-undang dilarang untuk membuat
persetujuan tertentu.

Akan tetapi dalam perkembangannya istri dapat melakukan perbuatan hukum sebagaimana
yang diatur dalam SEMA No. 3 Tahun 1963 jo. Pasal 31 UU Perkawinan.

C. Suatu Hal Tertentu

Yang dimaksud suatu hal tertentu dalam syarat perjanjian agar dinyatakan sah adalah objek
perjanjian yaitu prestasi misalnya memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, atau tidak berbuat
sesuatu seperti yang disebutkan dalam Pasal 1234 KUH Perdata.

D. Sebab yang Halal

KUH Perdata tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai sebab yang halal. Adapun yang
diatur adalah suatu sebab terlarang jika dilarang oleh undang-undang, bertentangan dengan
kesusilaan atau ketertiban umum. Demikian yang disebutkan dalam Pasal 1337 KUH
Perdata.

Perjanjian Dapat Dibatalkan


Perjanjian dapat dibatalkan atau voidable artinya salah satu pihak dapat meminta
pembatalan. Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua belah pihak, selama tidak
dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi (pihak
yang tidak cakap atau pihak yang tidak memberikan sepakatnya secara bebas atas kehendak
sendiri).

Jadi secara singkat, perjanjian tidak serta merta batal demi hukum, melainkan harus
dimintakan pembatalan ke pengadilan.

Perjanjian dapat dibatalkan adalah akibat hukum dari tidak terpenuhinya syarat subjektif
(kesepakatan dan/atau kecakapan) sebagai syarat sah perjanjian.

Perjanjian Batal Demi Hukum


Perjanjian batal demi hukum artinya adalah perjanjian batal, dari semula tidak pernah
dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan. Batal demi hukum juga
dikenal dengan sebutan null and void.

Perjanjian batal demi hukum adalah akibat hukum dari tidak terpenuhinya syarat objektif
(suatu hal tertentu dan/atau sebab yang halal) sebagai syarat sah perjanjian

6. pengertian memorandum of understanding adalah dasar penyusunan kontrak pada masa


mendatang yang didasarkan pada hasil permufakatan para pihak, baik secara tertulis
maupun lisan.
Memorandum of Agreement atau biasa disingkat MoA adalah dokumen tertulis yang
menggambarkan hubungan kerja sama antara dua pihak. Secara lebih spesifik, umumnya
kedua belah pihak tersebut saling ingin bekerja sama dalam suatu proyek atau untuk
mencapai tujuan yang telah disepakati.

Perbedaan MoA dan MoU (Memorandum of Understanding)


MoU dan MoA adalah dua istilah yang sama-sama digunakan dalam urusan perjanjian
antar organisasi atau antar instansi satu dengan instansi lainnya. Namun sebenarnya, kedua
istilah tersebut memiliki beberapa perbedaan di dalamnya. Penjelasan lengkap mengenai
perbedaan MoU dan MoA adalah sebagai berikut.
1. Formalitas
Merujuk pada sifatnya, MoU merupakan dokumen perjanjian yang lebih formal daripada
MoA. Sebab, MoA mengandung unsur-unsur yang lebih luas dari tujuan inti dokumen
tersebut.
2. Ikatan hukum
MoA adalah dokumen perjanjian bersyarat, yang berarti harus mengikat secara hukum.
Sedangkan pada MoU, dokumennya tidak harus mengikat secara hukum. Contohnya yaitu
seperti dokumen perjanjian bilateral dan multilateral.
3. Ikatan dokumen
Bila dibandingkan dengan MoU, ikatan dokumen MoA lebih kuat karena berisikan
komitmen yang lebih signifikan atau terdiri dari penjelasan mendetail seputar wewenang
dan kewajiban masing-masing pihak. Hal ini cukup berbeda dengan MoU yang hanya
menuliskan tujuan diadakannya kerjasama.
4. Contoh MoA dan MoU
Contoh MoA adalah sebagai alat untuk menyelesaikan proyek-proyek warisan di
masyarakat. Sedangkan contoh MoU tidak hanya dapat digunakan dalam dokumen
perjanjian internasional tetapi juga terdapat pada perjanjian transaksi bisnis yang memiliki
risiko tinggi, misalnya seperti merger.
Format MoA
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, MoA adalah bentuk komitmen dari pihak-
pihak yang melakukan perjanjian dan bertujuan untuk meminimalisir risiko
penyelewengan wewenang dari masing-masing pihak.
Oleh sebab itu, MoA harus memuat beberapa komponen penting agar dapat mengikat
pihak-pihak yang terlibat. Penjelasan mengenai komponen penting dalam MoA adalah
sebagai berikut.
1. Nama pihak yang terlibat
2. Tujuan atau pernyataan maksud dari perjanjian
3. Deskripsi lengkap mengenai kewajiban dan wewenang masing-masing pihak
4. Durasi atau jangka waktu perjanjian
5. Berbagai syarat dan ketentuan lain misalnya untuk urusan modifikasi penghentian
6. Tanda tangan pimpinan
Tips Menulis MoA
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, MoA adalah dokumen resmi yang sifatnya
mengikat, sehingga dalam pembuatannya diperlukan beberapa strategi khusus agar tidak
merugikan salah satu pihak dikemudian hari. Nah, berikut ini adalah beberapa tips yang
bisa Anda terapkan dalam pembuatan MoA.
1. Buatlah secara sederhana atau tidak bertele-tele. Pastikan bahwa kata-katanya jelas dan
ringkas.
2. Kesepakatan harus seimbang. Keseimbangan di sini bukan dilihat dari masing-masing
pihak yang memiliki poin sama, akan tetapi dari apa yang diharapkan oleh masing-masing
pihak di masa depan memiliki rasa sama.
3. Tulis perjanjian dalam bahasa yang positif. Misalnya, dengan menulis apa yang akan
dilakukan seseorang, bukan apa yang tidak akan mereka lakukan.
4. Buat perjanjian dengan spesifik. Sebisa mungkin perjanjian harus memuat jawaban atas
pertanyaan siapa, apa, kapan, dan bagaimana.
5. Lakukan pemeriksaan yang cermat. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa
persyaratan perjanjian realistis dan masih dalam lingkup kewenangan Anda.
6. Baca setiap kalimat dengan seksama dan bertanyalah apabila ada kalimat yang kurang
jelas. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap poin sudah benar dan masing-
masing pihak memahami setiap wewenang dan tanggung jawab dalam perjanjian dengan
tepat.
7. Perlu diingat bahwa MoA adalah perjanjian penyelesaian. Oleh karena itu, di akhir
pembuatannya seluruh pihak harus memberikan persetujuan dan menandatangani
perjanjian.
8.Terakhir, seluruh pihak harus menerima salinan perjanjian yang sudah ditetapkan
sebelum meninggalkan sesi.
7. Fidusia merupakan kegiatan pemindahan kepemilikan barang pada pihak lain, dalam
konteks pinjaman yakni kepada kreditur (pemberi pinjaman) sebagai aset yang
dijaminkan. Namun, pihak debitur sebagai pemilik barang tetap memiliki hak untuk
mempergunakan barang yang dijaminkan.
Misalnya, Anda meminjam sejumlah dana untuk modal usaha kepada perusahaan
pembiayaan. Pinjaman yang Anda pilih berupa pinjaman jaminan BPKB motor. Pada
praktiknya, hak kepemilikan motor telah berpindah ke pihak kreditur karena
Anda menjaminkan BPKB motor milik Anda, akan tetapi Anda masih bisa menggunakan
motor tersebut untuk mobilitas sehari-hari. Hak kepemilikan motor akan sepenuhnya
kembali menjadi milik Anda jika pinjaman yang ada telah selesai atau berhasil dilunasi.

Dasar hukum fidusia tertuang dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999. Dalam UU
tersebut telah ditetapkan siapa saja pihak yang termasuk dalam Pemberi dan Penerima
Fidusia.

Anda mungkin juga menyukai