Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGERTIAN JARIMAH (TINDAK PIDANA)


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fiqh Jinayah
Dosen Pengampu Dr. Busriyanti, M.Ag

Disusun oleh kelompok 2:

1. Achmad Cholil Bisri (212102040008)

2. Nevada Qotrunnada Biasassa (212102040013)

3. Putri Malika Alia Kasa (212102040025)

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ
JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt yang telah menciptakan ilmu yang
berlimpah agar semua manusia berilmu dan dapat mengamalkan ilmunya. Atas
segala Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
yang Berjudul “Pengertian Jarimah (Tindak Pidana)” dengan tepat waktu.
Solawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada Baginda Rasulullah
SAW. yang mana syafaat beliau dinanti-natikan umatnya diakhirat kelak. Dan
semoga penulis dan pembaca termasuk golongan orang-orang yang mendapat
syafaat beliau. Aamiin Allahumma Aamiin.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Jinayah.
Untuk itu penulis berterima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam
menyusun makalah ini.
Oleh Karena itu, penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Penulis mohon kritik dan saran yang membangun, agar penulis
dapat membuat makalah yang lebih baik dari sebelumnya. Akhir kata penulis
sampaikan terima kasih.

Jember, 12 September
2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Jarimah ...................................................................................................... 3

1. Pengertian Jarimah ............................................................... 4

2. Penegertian Jariman Menurut Para Ahli ............................. 5

B. Contoh Tindak Pidana (Jarimah) ............................................................. 8

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11

A. Kesimpulan................................................................................................ 11

B. Saran .......................................................................................................... 13

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di tengah kehidupan manusia yang begitu plural tentu tidak pernah


lepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi baik permasalahan yang
berkaitan dengan perdata maupun pidana. Adanya berbagai masalah ini
kemudian memunculkan berbagai macam hukum dan penyelesaiannya.

Dalam hukum Islam dikenal adanya istilah “jarimah”,yang dimaksud


dengan kata-kata “jarimah” ialah, larangan-larangan syara‟ yang diancamkan
oleh Allah dengan hukuman had atau ta‟zir. Larangan-larangan tersebut
adakalanya berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang, atau meninggalkan
perbuatan yang diperintahkan. Dengan kata-kata syara‟ pada pengertian
tersebut di atas, yang dimaksud ialah bahwa sesuatu perbuatan baru dianggap
jarimah apabaila dilarang oleh syara‟.

Di kalangan Fuqaha, hukuman biasa disebut dengan kata-kata


“ajziyah” dan mufradatnya, “jaza”. Pengertian jarimah tersebut tidak berbeda
dengan pengertian tindak pidana, (peristiwa pidana, delik) dalam hukum
pidana positif.1 Para Fuqaha juga sering memakai kata-kata “jinayah” untuk
“jarimah”.Semula pengertian “jinayah” ialah hasil perbuatan seseorang, dan
biasanya dibatasi kepada perbuatan yang dilarang saja. Menurut para Fuqaha,
yang dimaksud dengan kata-kata “jinayah” ialah perbuatan yang dilarang oleh
syara‟, baik perbuatan itu mengenai (merugikan) jiwa atau harta benda
ataupun lainnya.

Akan tetapi kebanyakan Fuqaha memakai kata-kata “jinayah” hanya


untuk perbuatan yang mengenai jiwa orang atau anggota badan, seperti
membunuh, melukai, memukul, menggugurkan kandungan, dan sebagainya.
Ada pula golongan Fuqaha yang membatasi pemakaian kata-kata jarimah
kepada jarimah hudud dan qishas saja. Dengan mengenyampingkan perbedaan
pemakaian kata-kata “jinayah” di kalangan fuqaha, dapatlah kita katakan
bahwa kata-kata “jinayah” dalam istilah fuqaha sama dengan kata-kata
1
“jarimah”. Hadd dalam syara‟ adalah hukuman yang ditetapkan karena
(menyangkut) hak Allah. Alqur‟an dan As-Sunnah telah menetapkan beberapa
hukuman had untuk jarimah tertentu yang disebut dengan “Jaraim al Hudud”.
Jarimah-jarimah ini adalah, zina, qadzab (menuduh berbuat zinah), pencurian,
mabuk, muharabah (pembegalan), riddah (keluar dari Islam) dan al baghyu
(pemberontakan). 1

Dengan demikian, dalam makalah ini penulis akan menjelaskan lebih


lanjut tentang pengertian jarimah lebih lanjut dan contohnya.

1
Sayyid Sabiq, Fiqh As Sunnah, ( Libanon, Dar al Fikr, 1983), cet.k 4, Jilid 2, hlm.302
2
.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pengertian Tindak Pidana (Jarimah)?
2. Apa saja contoh Tindak Pidana (Jarimah)?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
makalah ini sebagai berikut:
1. Memahami Pengertian Tindak Pidana (Jarimah)

2. Memahami contoh Tindak Pidana (Jarimah).

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jarimah

1. Pengertian

Hukum pidana Islam sering disebut dalam fiqh dengan


istilah jinayah atau jarimah. Secara bahasa kata jarimah berasal dari bahasa
arab yaitu dari kata “jarana” menjadi bentuk masdar “jaramatan” yang
memiliki arti perbuatan dosa, perbuatan salah atau kejahatan. Pelaku jarimah
dinamakan “jarim” dan yang di kenai perbuatan di namkan “mujarom „alaihi”.

Salah satu ayat yang menjelaskan tentang jarimah yaitu Al-Maidah: 33

Artinya: “Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya


dan membuat kerusakan di bumi hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong
tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat
kediamannya. Yang demikian itu kehinaan bagi mereka di dunia, dan di
akhirat mereka mendapat azab yang besar.(Al-Maidah:33).

Menurut istilah para Fuqoha‟ yang dinamakan jarimah ialah


“larangan-larangan syara‟ yang diancam dengan hukum had atau ta‟zir” 2 Yang
dimaksud dengan larangan adalah mengabaikan perbuatan terlarang atau
mengabaikan perbuatan yang diperintahkan, Syara‟ suatu ketentuan yang

2
Abdul Qadir Audah, Al Tasyri‟ al Jina‟iy al Islami, Beirut: Muasasah al Risalah, 1992, 65.
4
berasal dari nash, had adalah ketentuan hukuman yang sudah ditentukan oleh
Allah, sedangkan ta‟zir ialah hukuman atau pengajaran yang besar kecilnya
ditetapkan oleh penguasa. 3

2. Pengertian Jarimah Menurut Para Ahli

Beberapa ahli mengartikan jarimah dengan pandangan dan pendapat


nya beberapa yaitu:

1) Al Mawardi, seperti dikutip Ahmad Wardi Muslich, jarimah


adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara‟ yang
diancam dengan hukum had atau ta‟zir. 4 Para fuqaha
menyatakan bahwa lafal jinayah sama artinya dengan jarimah.
Pengertian jinayah adalah setiap perbuatan yang dilarang oleh
syara‟, baik perbuatan itu mengenai jiwa, harta benda atau lain-
lainnya.5 Sayid Sabiq, seperti dikutip Ahmad Wardi Muslich
mendefinisikan jinayah sebagai berikut: “Yang dimaksud
dengan jinayah dalam istilah syara‟ adalah setiap perbuatan
yang dilarang, dan perbuatan yang dilarang itu adalah setiap
perbuatan yang oleh syara‟ dilarang untuk melakukannya
karena adanya bahaya terhadap agama, jiwa, akal, kehormatan,
atau harta benda”

2) Ahmad Hanafi memberi pengertian jinayah dalam Bahasa


Indonesia sering disebut dengan istilah peristiwa pidana, delik
atau tindak pidana. Para fuqaha sering pula menggunakan
istilah jinayah atau jarimah. Istilah jarimah mempunyai
kandungan arti yang sama dengan istilah jinayah, baik dari segi
bahasa maupun darisegi istilah. Jarimah merupakan kata jadian
(masdar) dari segi bahasa dengan asal kata jarama yang artinya
berbuat salah, sehingga jarimah mempunyai arti perbuatan

3
Ibid
4
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Sinaf Grafika, Jakarta, 2005, Cetakan I. Hlm ix-x
5
Ibid., hlm. 13.
5
salah.6

3) Topo Santoso berpendapat, kejahatan (jarimah) jinayat


didefinisikan sebagai larangan hukum yang diberikan Allah,
yang pelanggarannya membawa hukuman yang ditentukanNya.
Larangan hukum berarti melakukan perbuatan yang dilarang
atau tidak melakukan suatu perbuatan yang tidak diperintahkan.
Dengan demikian, suatu kejahatan adalah perbuatan yang
hanya dilarang oleh syari‟at. Dengan kata lain, melakukan
(commission) atau tidak melakukan (ommission) suatu
perbuatan yang membawa kepada hukuman yang ditentukan
oleh Syari‟at adalah kejahatan 7

4) TM Hasbi ash Shiddieqy, jarimah adalah perbuatan-perbuatan


yang dilarang syara diancam allah dengan hukuman had atau
hukuman ta'zir.8

Pengertian jarimah juga sama dengan peristiwa pidana atau dengan


tindak pidana atau delik dalam istilah hukum positif. Hanya bedanya hukum
positif membedakan anatara kejahatan ddan pelanggaran mengingat berat
ringannya hukuman, sedangkan syariat islam tidak membedakannya,
semuanya disebut jarimah atau jinayah mengingat sifat pidananya.

Suatu perbuatan dianggap jarimah apabila dapat merugikan kepada


tata aturan masyarakat, atau kepercayaan-kepercayaan, atau merugikan
kehidupan anggota masyarakat, baik benda, nama baik atau perasaan-
perasaanya dengann pertimbangan-pertimbangan lain yang harus di hormati
dan di pelihara. 9

hukum pidana dalam syari'at Islam adalah ketentuan-ketentuan hukum


syara' yang melarang untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, dan

6
Makhrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana Islam, Logung, Jogjakarta, 2004, cetakan I, hlm. 1.
7
Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam, Gema Insani, Jakarta, 2003, cetakan I, hlm. 20.
8
TM Hasbi ash Shiddieqy, Pidana Mati dalam Syari'at Islam, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 1998), hlm.
6.
9
Ibid, 2
6
pelanggaran terhadap ketentuan hukum tersebut dikenakan hukuman
berupa penderitaan badan atau harta.10

Para ahli hukum Islam menyebut jarimah atau sama artinya dengan
jinayah. Jinayah adalah sinonim dengan kejahatan. Namun di Mesir, istilah ini
memiliki konotasi yang berbeda. Ia diterapkan untuk kejahatan yang diancam
dengan hukuman mati, kerja paksa seumur hidup atau penjara. Dengan kata
lain hanya ditujukan bagi kejahatankejahatan berat. Sementara syari‟ah
memerlukan setiap kejahatan sebagai jinayah.

Dalam Undang-undang Hukum Pidana Republik Persatuan Arab


(KUHP RPA) terdapat tiga macam penggolongan tindak pidana yang
didasarkan pada beratringannya hukuman, yaitu jinayah, janhah dan
mukhalafah. Jinayah di sini adalah jinayah yang disebutkan dalam
konstitusi dan merupakan tindakan yang paling berbahaya. Konsekuensinya,
pelaku tindak pidana diancam dengan hukuman berat, seperti hukuman mati,
kerja keras, atau penjara seumur hidup (Pasal 10 KUHP RPA). Sedangkan
janhah adalah perbuatan yang diancam dengan hukuman lebih dari satu
minggu tetapi tidak sampai kepada penjatuhan hukuman mati atau hukuman
seumur hidup (Pasal 11 KUHP RPA). Adapun mukhalafah adalah jenis
pelanggaran ringan yang ancaman hukumannya tidak lebih dari satu minggu
(Pasal 12 KUHP RPA). 11

10
Haliman, Hukum Pidana Syiari'at Islam Menurut Ajaran Ahli Sunah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1971), hlm. 64.
11
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 2.
7
B. Contoh Tindak Pidana (Jarimah/Jinayah)
Ada beberapa bentuk pidana atau jinayah dengan istilah jarimah yang
disebutkan dalam pidana Islam, di lihat dari segi mengerjakannya, yaitu :
1) Dengan cara berbuat atau melakukan tindak pidana, disebut dengan
jarimah ijabiyah/delict commisionis
2) Dengan cara tidak melakukan/melaksanakan hal yang diperintahkan,
disebut dengan jarimah salabiyah/delict ommisonis
3) Jarimah ijabiyah taqa'u bithariqalsalab/delict commisionis per
ommisionem commisa. Jarimah yang ketiga ini adalah menahan
seorang tahanan dengan tidak memberi makan dan tidak memberi
minum sehingga tahanan tersebut meninggal.
Terlepas dari perbedaan pandangan mengenai tentang bentuk atau istilah
yang tepat terhadap perbuatan itu disebut jinayat atau jarimah, dalam hal ini jarimah
dibagi ke dalam tiga golongan :
1) Golongan jarimah hudud, yang terdiri dari perzinahan, menuduh
orang lain berzina, meminum minuman khamar (memabukkan),
merampok, merusak, membuat onar, murtad dan memberontak.
2) Golongan jarimah qishash atau diyat, yang terdiri atas pembunuhan
sengaja, pembunuhan mirip sengaja dan pembunuhan tidak sengaja
3) Golongan jarimah ta'zir, yaitu larangan/perintah tentang sesuatu hal
yang tidak dirumuskan secara pasti, termasuk sanksinya dan
pelaksanaan hukumannya diserahkan kepada pihak penguasa.

Terdapat beberapa perbedaan bila kita lihat dalam Kitab Undang-Undang


Pidana Mesir, terdapat tiga macam penggolongan tindak pidana yang didasarkan
kepada berat ringannya hukuman, yaitu;
1) Jinayah (kejahatan); suatu tindak pidana yang diancamkan hukuman
mati, hukuman kerja berat seumur hidup, hukuman kerja berat
sementara dan hukuman penjara (Pasal 10),
2) Janhah (kejahatan ringan); suatu tindak pidana yang dijatuhi
hukuman kurungan lebih dari satu minggu atau hukuman denda
lebih dari 100 qirasy (Pasal 11), dan
3) Mukhalafa (pelanggaran) suatu tindak pidana yang dijatuhi
hukuman tidak lebih dari satu minggu atau hukuman denda yang
jumlahnya tidak lebih dari 100 qirasy(Pasal 12)
Hukuman dalam hukum pidana Islam bila kita lihat dari Bukunya Drs. H.
Ahmad Wardi Muslich adalah sebagai berikut:
1) Hukuman-hukuman untuk jarimah Hudud
a) Hukuman jarimah Zina. Syari‟at Islam telah
menetapkan tiga jenis hukuman untuk jarimah Zina
yaitu dera‟ jilid, rajam.
b) Hukuman jarimah Qadzaf, hukuman untuk jarimah
8
Qadzafada ada dua yaitu hukuman pokok yaitu jilid
(dera), hukuman tambahan yaitu pencabutan hak
sebagai saksi
c) Hukuman minum-minuman keras. Hukuman untuk
jarimah minum-minuman keras adalah delapan
puluh kali jilid (dera).
d) Hukuman jarimah pencurian. jarimah Pencurian
diancam dengan potong tangan
e) Hukuman jarimah perampokan. Syari‟at Islam
menetapkan empat macam hukuman untuk tindak
pidana perampokan (hirabah) yaitu:
a. Hukuman mati: kepada perampok
apabila mereka melakukan
pembunuhan.
b. Hukuman mati dan salib; Dijatuhkan apabila perampok
melakukan pembunuhan dan merampas harta benda.
c. Hukuman potong tangan dan kaki; Dijatuhkan apabila
perampok hanya mengambil harta tanpa melakukan
pembunuhan, dalam hal ini anggota badan yang dipotong
adalah tangan kanan dan kaki kiri pelaku.
d. Hukuman pengasingan; Hukuman pengasingan dijatuhkan
apabila perampok hanya menakut-nakuti orang yang lewat
dijalan, tetapi tidak mengambil harta benda dan tidak pula
membunuh
e. Hukuman jarimah Riddah, hukuman riddah diancam dengan
dua jenis hukuman:
i. Hukuman pokok yaitu hukuman mati
ii. Hukuman tambahan yaitu penyitaan harta benda.
f. Hukuman Jarimah Pemberontakan adalah hukuman mati
2) Hukuman untuk jarimah Qishas-Diat
a. Pembunuhan Sengaja
b. Pembunuhan Menyerupai Sengaja
c. Pembunuhan karena kesalahan(tidak sengaja)
d. Penganiyaan sengaja
e. Penganiyaan karena kesalahan (tidak sengaja)
3) Hukuman-hukuman yang diancam dengan jarimah
a. Qishas
b. Diat
c. Kifarat (jenis hukumannya adalah membebaskan
seorang hamba yang mukmin, apabila tidak ada diganti
9
dengan puasa dua bulan berturut-turut) Hilangnya hak
waris dan hak wasiat
4) Hukuman jarimah Ta‟zir
Hukuman ta‟zir jumlahnya cukup banyak, di mulai dari
hukuman yang paling ringan sampai yang paling berat. Dalam
penyelesaian perkara yang termasuk jarimah ta‟zir, hakim diberi
wewenang untuk memilih diantara kedua hukuman tersebut, mana
yang paling sesuai dengan jarimah yang dilakukan oleh pelaku,
jenis-jenis hukuman ta‟zir ini adalah hukuman mati, hukuman jilid,
hukuman kawalan, hukuman pengasingan, hukuman salib, hukuman
pengucilan, hukuman ancaman, teguran, peringatan, hukuman
denda. Disamping itu juga ada hukuman-hukuman lain yang
sifatnya spesifik dan tidak bisa diterapkan pada setiap jarimah ta‟zir
, diantara hukuman tersebut adalah pemecatan dari jabatan atau
pekerjaan, pencabutan hak-hak tertentu, perampasan alat-alat yang
digunakan untuk jarimah, penayangan gambar penjahat dimuka
umum atau televisi dan lain-lain.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Suatu perbuatan


dianggap jarimah apabila dapat merugikan kepada tata aturan masyarakat, atau
kepercayaan-kepercayaan, atau merugikan kehidupan anggota masyarakat,
naik benda, nama baik atau perasaan-perasaanya dengann pertimbangan-
pertimbangan lain yang harus di hormati dan di pelihara.

Beberapa para ahli memiliki pandangan dan pendapat


tentang pergertian jarimah salah satunya menurut Ahmad Wardi
Muslich mendefinisikan jinayah sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan
jinayah dalam istilah syara‟ adalah setiap perbuatan yang dilarang, dan
perbuatan yang dilarang itu adalah setiap perbuatan yang oleh syara‟ dilarang
untuk melakukannya karena adanya bahaya terhadap agama, jiwa, akal,
kehormatan, atau harta benda”

Menurut Ahmad Hanafi memberi pengertian jinayah dalam Bahasa


Indonesia sering disebut dengan istilah peristiwa pidana, delik atau tindak
pidana.

Menurut Topo Santoso berpendapat, kejahatan (jarimah) jinayat


didefinisikan sebagai larangan hukum yang diberikan Allah, yang
pelanggarannya membawa hukuman yang ditentukanNya.

Dan menurut TM Hasbi ash Shiddieqy, jarimah adalah perbuatan-


perbuatan yang dilarang syara diancam allah dengan hukuman had atau
hukuman ta'zir.

Contoh tentang jarimah atau tindak pidana

1) Dengan cara berbuat atau melakukan tindak pidana, disebut dengan


jarimah ijabiyah/delict commisionis
11
2) Dengan cara tidak melakukan/melaksanakan hal yang diperintahkan,
disebut dengan jarimah salabiyah/delict ommisonis.
3) Jarimah ijabiyah taqa'u bithariqalsalab/delict commisionis per
ommisionem commisa. Jarimah yang ketiga ini adalah menahan
seorang tahanan dengan tidak memberi makan dan tidak memberi
minum sehingga tahanan tersebut meninggal.
Contoh dalam Hukuman ta‟zir jumlahnya cukup banyak, di mulai dari hukuman
yang paling ringan sampai yang paling berat. Dalam penyelesaian perkara yang
termasuk jarimah ta‟zir, hakim diberi wewenang untuk memilih diantara kedua
hukuman tersebut, mana yang paling sesuai dengan jarimah yang dilakukan oleh
pelaku, jenis-jenis hukuman ta‟zir ini adalah hukuman mati, hukuman jilid, hukuman
kawalan, hukuman pengasingan, hukuman salib, hukuman pengucilan, hukuman
ancaman, teguran, peringatan, hukuman denda.

12
B. Saran

Demikianlah akhir dari makalah yang berjudul “Pengertian Jarimah


(Tindak Pidana)”. Tentunya masih terdapat kesalahan dalam penulisan
makalah. Untuk menuju lebih baik lagi, kritik dan saran sangat dibutuhkan
oleh penulis demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Oleh karena itu, penulis
sampaikan terima kasih dan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan
tentunya bagi semua pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Marsaid, M.a, Al-Fiqh. 2020Jinayah (Hukum Pidana Islam). Jakarta: CV


Amanah.
Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag., Masyrofah, S.Ag., M.Si. 2013. Fiqh Jinayah.
Jakarta: AMZAH Imprint Bumi Aksara
Islmul Haq. Fiqh Jinayah.2020 Parepare: IAIN Parepare Nusantara Press
Ahmad Wardi Muslich, 2004. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fiqih Jinayah,
Jakarta: Sinar Grafika
Safaruddin Harefa, 2019, Penegakan Hukum Terhadap Tidak Pidana di Indonesia
Melalui Hukum Pidana Positif dan Hukum Pidana Islam, UBELAJ, Vol 4
No 1, https://doi.org/10.33369/ubelaj.4.1.35-58
Haliman, Hukum Pidana Syiari'at Islam Menurut Ajaran Ahli Sunah, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1971).
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986).
Mahmudin Hasibuan “Sholat Jumat” Sekolah Tinggi Agama Islam Barumun
Abdullah, Sulaiman. (1995). Sumber Hukum Islam. Jakarta:
Sinar Grafika.
Agus Nur hakim,” Hukum Islam dan Prinsip-prinsipnya”,
https://pusathukumislam.blogspot.co/2016/09/hukum-islam- daprinsip-
prinsipnya.html?m=1,diakses pada tanggal 11 September2022 pukul 10.10 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai