Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“FIQH JINAYAH”

Dosen Pengampu: Risvan Akhir Roswandi, S.Sy., M.H

DISUSUN OLEH

Ella Diva Anindi (12070323524)

Lidya Widyanti Amrullah (12070322262)

PROGRAM STUDI AKUTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Fiqh Jinayah” dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada bapak Risvan Akhir Roswandi, S.Sy., M.H..
selaku dosen pengampu mata kuliah bahasa fiqih. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 26 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................1
D. Manfaat Penulisan ..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................3

A. Pengertian Fiqih Jinayah ................................................................................3


B. Konsep Fiqih Jinayah .....................................................................................4
C. Ruang Lingkup Fiqih Jinayah ........................................................................5

BAB III PENUTUP ..................................................................................................10

A. Kesimpulan ....................................................................................................10
B. Saran ...............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang dasar-dasar hukumnya bersumber dari Al
Qur’an,hadist, dan Ar-ra’yu sehingga dalam pelaksanaan hukumannya. Islam
sangatmenjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Adapun aturan-aturan yang telah
digariskan, islam sebagai agama Rahmatal’lilalamin, senatiasa berisikan
aturanyang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia, yang akhir-
akhir inimenjadi dalih semua orang untuk mendapatkan keadilan, bahkan
hukuman yangtelah lama ada dan bersumber langsung dari Allah SWT ini,
merupakan hukumanyang seadil-adilnya karena hokum di Islam berlandaskan
Qishas, yaitu hukumanbalasan. Contohnya, apabila orang membunuh maka
orang tersebut harus dihokum mati juga. Kemudian, di Islam juga di kenakan
macam-macam hukumanuntuk hukuman ta’zir. Semisal hukuman mati,
hukuman jilid, dan lain-lain sesuaitingkat ringan maupun berat atas sesuatu
kesalahan atau kejahatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan fiqh jinayah?
2. Apa saja konsep fiqh jinayah dalam islam?
3. Bagaimana ruang lingkup fiqh jinayah?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana fiqh jinayah itu dijelaskan dalam islam
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep fiqh jinayah
3. Untuk mengetahui ruang lingkup fiqh jinayah

1
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat mempelajari dan
mengetahui bagaimana penerapan fiqh jinayah karena fiqh jinayah berkaitan
dengan mengatur dan mengurus manusia dalam hidup bermasyarakat dan
bernegara dengan membimbing mereka kepada kemaslahatan dan
menjauhkannya dari kemudharatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiqh Jinayah


Fiqh Jinayah terdiri dari dua kata, yaitu fikih dan jinayah. Pengertian
fikih secara bahasa berasal dari “lafal faqiha, yafqahu fiqhan”, yang berarti
mengerti, paham. Pengertian fikih secara istilah yang dikemukakan oleh Abdul
wahab Khallaf adalah himpunan hukum-hukum syara’yang bersifat praktis
yang diambil dari dalil-dalil yang terperinci.1 Adapun Jinayah menurut bahasa
adalah nama bagi hasil perbuatan seseorang yang buruk dan apa yang
diusahakan.
Sedangkan menurut istilah jinayah yang dikemukakan oleh Abdul Qadir
Audah adalah suatu istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh syara’, baik
perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta dan lainnya.2
Hukum pidana Islam sering disebut dalam fikih dengan istilah jinayah atau
jarimah.3

Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa Tindak pidana dalam


hukum Islam disebut dengan jinayah yakni suatu tindakan yang dilarang oleh
syara’ (Al Qur’an dan Hadis) karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa,
harta, keturunan, dan akal (intelegensia). Pengertian dari istilah jinayah
mengacu pada hasil perbuatan seseorang dan dalam pengertian tersebut terbatas
pada perbuatan yang dilarang. Umumnya para fuqaha menggunakan istilah
tersebut hanya untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa
seperti pemukulan, pembunuhan, dan sebagainya. Selain itu ada fuqaha yang
membatasi istilah jinayah kepada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan
hukuman hudud dan Qishash, tidak termasuk perbuatan-perbuatan yang

1
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Al Fiqh, Ad Dar Al Kuwaitiyah, cet, VIII, 1968, h. 11
2
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, hal 1.
3
Mahrus Munajat, Dekontruksi Hukum Pidana Islam, cet I, (Jogjakarta : Logung Pustaka, 2004), hal 1.

3
diancam dengan hukuman ta’zir.. istilah lain yang sepadan dengan istila jinayah
adalah jarimah, yaitu larangan-larangan Syara’ yang diancam Allah dengan
hukuman had atau ta’zir.4

B. Konsep Fiqh Jinayah


Hukum pidana Islam (fiqh jinayah) merupakan syariat Allah SWT yang
mengatur ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal
yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf (orang yang dapat dibebani
kewajiban), sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum yang
terperinci dari Al-Qur'an dan Hadist.
Hukum pidana Islam pada hakikatnya mengandung kemaslahatan bagi
kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Syariat Islam dimaksud,
secara materil mengandung kewajiban asasi bagi setiap manusia untuk
melaksanakannya. Konsep kewajiban asasi syariat menempatkan Allah SWT
sebagai pemegang segala hak. Setiap orang hanya pelaksana yang berkewajiban
memenuhi perintah Allah SWT tersebut. Perintah Allah SWT yang dimaksud,
harus ditunaikan baik untuk kemaslahatan manusia pribadi maupun orang lain.
Berbeda dengan hukum pidana positif yang nyata-nyata buatan manusia.
Karena produk hukum tersebut merupakan olahan pikiran dari manusia,
pastilah mempunyai kekurangan maupun celah-celah sehingga manusia dengan
seenaknya dapat melakukan perbuatan yang melanggar hukum.
Jarimah, memiliki unsur umum dan unsur khusus. Unsur umum jarimah
adalah unsur-unsur yang terdapat pada setiap jenis jarimah, sedangkan unsur
khusus adalah unsur-unsur yang hanya terdapat pada jenis jarimah tertentu yang
tidak terdapat pada jenis jarimah yang lain. Unsur umum daripada Jarimah
terbagi ke dalam tiga unsur yakni unsur formal, materil dan moril. Unsur formal
(al-Rukn al-Madi) adalah adanya ketentuan nash yang melarang atau

4
Djazuli, A, Fiqih Jinayah upaya menanggulangi Kejahatan Dalam Islam, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2000, h. 1

4
memerintahkan suatu perbuatan serta mengancam pelanggarnya. Unsur materil
(al-Rukn al-Madi) adalah adanya tingkah laku atau perbuatan yang berbentuk
jarimah yang melanggar ketentuan formal. Sedangkan unsur moril (al-Rukn al
Adabiy) adalah bila pelakunya seorang mukalaf, yakni orang yang
perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Walaupun secara
umum jarimah terbagi kedalam tiga unsur di atas, akan tetapi secara khusus
setiap jarimah memiliki unsur-unsur tersendiri, dan inilah yang dinamakan
dengan unsur khusus jarimah.
Adapun pembagian jarimah pada dasarnya tergantung dari berbagai sisi.
Jarimah dapat ditinjau dari sisi berat -ringannya sanksi hukum, dari sisi niat
pelakunya, dari sisi cara mengerjakannya, dari sisi korban yang ditimbulkan
oleh suatu tindak pidana, dan sifatnya yang khusus. Ditinjau dari sisi berat
ringannya sanksi hokum serta ditegaskan atau tidaknya oleh Al-Qur’an dan
Hadist.
C. Ruang Lingkup Fiqh Jinayah
Jarimah itu sebenarnya sangat banyak macam dan ragamnya, akan tetapi, secara
garis besar kita dapat membaginya dengan meninjaunya dari beberapa segi.
Ditinjau dari segi berat ringannya hukuman, jarimah dapat dibagi tiga bagian
antara lain yaitu jarimah hudud, jarimah qishash /diat dan jarimah tak’zir.
a) Jarimah Hudud
Kata hudud (berasal dari bahasa arab) adalah jamak dari kata had.
Secara harfiah ada beberapa kemungkinan arti antara lain batasan atau
defenisi, siksaan, ketentuan atau hukuman. Dalam bahasa fiqh (hukum
islam), had artinya ketentuan tentang sanksi terhadap pelaku kejahatan,
berupa siksaan fisik atau moral, menurut syari‟at yaitu ketetapan Allah
yang terdapat di dalam Al-qur‟an, dan /atau kenyataan yang dilakukan oleh
Rasulullah. Tindak kejahatan baik dilakukan oleh seorang atau kelompok,
sengaja atau tidak sengaja, dalam istilah fikih disebut dengan jarimah.

5
Jarimah al-hudud berarti tindak kejahatan yang menjadikan pelakunya
dikenakan sanksi had.5
Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had.
Pengertian hukuman had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara‟
dan menjadi hak Allah (hak masyarakat). Dengan demikian ciri khas
jarimah hudud itu adalah sebagai berikut:
1. Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukumannya telah
di tentukan oleh syara‟ dan tidak ada batas minimal dan maksimal.
2. Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada
hak manusia di samping hak Allah maka hak Allah yang lebih
menonjol.

Dalam hubungannya dengan hukum had maka pengertian hak Allah


disini adalah bahwa hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan oleh
perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarganya) atau oleh
masyarakat yang diwakili oleh Negara.

Jarimah hudud ini ada tujuh macam antara lain sebagai berikut:

1. Jarimah zina
2. Jarimah qazdaf
3. Jarimah syurbul khamr
4. Jarimah pencurian
5. Jarimah hirabah
6. Jarimah riddah
7. Jarimah Al Bagyu (pemberontakan)
b) Jarimah Qishash / Diat

5
Zainuddin Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),
h. 106

6
Adapun arti qishash secara terminology yang dikemukakan oleh Al-
Jurjani, yaitu mengenakan sebuah tindakan (sanksi hukum) keepada pelaku
persis seperti tindakan yang dilakukan oleh pelaku tersebut (terhadap
korban).6 Secara harfiah qishash berarti memotong atau membalas. Qishash
dalam hukum pidana islam adalah pembalasan setimpal yang di kenakan
kepada pelaku pidana sebagai sanksi atas perbuatannya.7
Yang dimaksud dalam jarimah ini ialah perbuatan-perbuatan yang di
ancamkan hukuman qishash atau hukuman diat. Baik qishash maupun diat
adalah hukuman-hukuman yang telah ditentukan batasnya, dan tidak
mempunyai batas terendah atau batas tertinggi, tetapi menjadi hak
perseorangan, dengan pengertian bahwa sikorban bisa memaafkan
sipembuat, dan apabila dima‟afkan, maka hukuman tersebut menjadi
dihapus.8
Dalam hubungannya dengan hukuman qishâsh dan diat maka
pengertian hak manusia disini adalah bahan hukuman tersebut bisa
dihapuskan atau dimaafkan oleh korban atau keluarganya.
Dengan demikian maka ciri khas dari jarimah qishâsh dan diat itu adalah:
1. Hukumannya sudah tertentu dan terbatas, dalam arti sudah ditentukan
oleh syara' dan tidak ada batas minimal atau maksimal.
2. Hukuman tersebut merupakan hak perseorangan (individu), dalam arti
bahwa korban atau keluarganya berhak memberikan pengampunan
terhadap pelaku.

Jarimah qishâsh dan diat ini hanya ada dua macam, yaitu pembunuhan
dan penganiayaan. Namun apabila diperluas maka ada lima macam yaitu:

1. Pembunuhan sengaja.

6
urul Irpan,Op, Cit., h. 4
7
Zainuddin Ali, Op. Cit., h. 125
8
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1986), Cet 3, h. 8

7
2. Pembunuhan menyerupai sengaja.
3. Pembunuhan karena kesalahan.
4. Penganiyaan sengaja.
5. Penganiyaan tidak sengaja.
c) Jarimah Ta’zir
Secara bahasa, ta’zir bermakna al-Man’u artinya pencegahan. Menurut
istilah, ta’zir bermakna at-Ta’dib (pendidikan) dan at- Tankil
(pengekangan). Adapun defenisi ta‟zir secara syar’i adalah sanksi yang
ditetapkan atas tindakan maksiat yang di dalamnya tidak ada had dan
kifarat. Jarimah ta‟zir secara harpiah bermakna memuliakan atau
menolong. Namun pengertian berdasarkan istilah hukum islam, yaitu ta’zir
adalah hukuman yang besifat mendidik yang tidak mengharuskan
pelakunya dikenai had dan tidak pula harus membayar kaffarah atau diat.38
Tindak pidana yang dikelompokan atau yang menjadi objek
pembahasan ta’zir adalah tindak pidana ringan seperti pelanggaran seksual
yang tidak termasuk zina, tuduhan berbuat kejahatan selain zina, pencurian
yang nilainya tidak sampai satu nisab. Perbuatan pidana yang akibtnya
dijatuhi tak‟zir terhadap pelaku ialah kejahatan atau perbuatan pidana yang
telah mempunyai sanksi pidana yang tertntu dan terbatas dalam hukum
sendiri. Dinamakan sanksi hukuman yang demikian itu dengan ta‟zir,
adalah karena sanksi itu menghambat sipelaku dari mengerjakan kejahatan
sesudah dia dijatuhkan hukuman ta‟zir, tegasnya, ta‟zir dijatuhkan atau
segala kejahatan yang tidak dihukum dengan hukuman had dan kaffarat.

Tujuan diberlakukannya sanksi ta‟zir yaitu sebagai beerikut.

1. Preventif (pencegahan). Ditujukan bagi orang lain yang belum


melakukan jarimah.
2. Represif (membuat pelaku jera). Dimaksudkan agar pelaku tidak
mengulangi perbuatan jarimah di kemudian hari.

8
3. Kuratif (islah). Ta‟zir harus mampu membawa perbaikan prilaku
terpidana di kemudian hari.
4. Edukatif (pendidikan). Diharapkan dapat mengubah pola hidup kearah
yang lebih baik.

Syara‟ tidak menentukan macam-macam hukuman untuk setiap jarimah


ta‟zir tetapi hanya menyebutkan sekumpulan hukuman, dari yang paling
ringan sampai yang paling berat. Hakim diberi kebebasan untuk memilih
hukuman mana yang sesuai, dengan demikian, sanksi ta‟zir tidak batas
tertentu. Ta‟zir berlaku atas semua orang yang melakukan kejahatan,
syaratnya adalah berakal sehat. Tidak ada perbedaan, baik laki-laki maupun
perempuan, dewasa maupun anak-anak, atau kafir maupun muslim.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Fiqh Jinayah Fikih terdiri dari dua kata, yaitu fikih dan jinayah.
Pengertian fikih secara bahasa berasal dari “lafal faqiha, yafqahu fiqhan”, yang
berarti mengerti, paham. Hukum pidana Islam sering disebut dalam fikih
dengan istilah jinayah atau jarimah. Fiqh jinayah merupakan syariat Allah SWT
yang mengatur ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan
kriminal yang dilakukan oleh orang-orang mukallaf . Jadi, jia ditinjau dari segi
berat ringannya hukuman, jarimah dapat dibagi tiga bagian antara lain yaitu
jarimah hudud, jarimah qishash atau diat dan jarimah tak’zir.
B. Saran

Besar harapan kami terhadap makalah ini agar dapat bermanfaat serta
menambah wawasan untuk kalangan banyak. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran yang membangun dari teman-teman sekalian selaku
pembaca. Selain itu, penulis memberi saran agar senantiasa berusaha
mendalami materi yang kami buat yaitu penjelasan mengenai fiqh jinayah.

10
DAFTAR PUSTAKA

Irfan, M. Nurul, Masyrofah. 2013. Fiqh Jinayah. Jakarta: Amzah


https://repository.uin- ska.ac.id/20262/7/7.%20BAB%20II%20%281%29.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai