Oleh :
Kelompok 2
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu
tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak dosen pengampu mata
kuliah Fiqh Jinayah yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman
dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
BAB I 2
PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
2.1 Pengertian Jarimah 5
2.2 Perbandingan Hukum Pidana islam dan hukum pidana islam 5
2.3 Pembagian- Pembagian jarimah 5
BAB III 4
PENUTUP 4
3.1 Kesimpulan 5
3.2 Saran 5
DAFTAR PUSTAKA 4
3
BAB I
PENDAHULUAN
Suatu jarimah baru terjadi apabila memenuhi persyaratan tertentu, yang meliputi :
2. Unsur Moriel adanya perbuatan yang membentuk jinayah, baik melakukan perbuatan
yang dilarang atau meniggalkan perbuatan yang diharuskan. Unsur ini dikenal dengan (al
ruknu al-madi).
3. Unsur Material pelaku kejahatan adalah orang yang dapat menerima khithab atau
dapat memahami taklif. Unsur ini dikenal dengan (al-ruknu al-adabi).
Tujuan pokok dalam penjatuhan hukum dalam syari’at Islam adalah pencegahan,
pengajaran dan pendidikan. Pengertian pencegahan ialah menahan agar tidak
mengulangi perbuatan jarimah atau agar ia tidak terus menerus berbuat aniaya. Selain
itu juga dimaksudkan untuk orang lain agar tidak melakukan perbuatan yang sama.
Dengan demikian, kegunaan pencegahan adalah ganda, yakni menahan terhadap
pembuat sendiri sekaligus orang lain untuk tidak Ke-2, Jakarta, 1992, halaman 65 18 Al-
Qarafi menambahkan jumlah yang lima itu menjadi enam, yakni memelihara
kehormatan dan harga diri. 19 Abdul Qadir Audah, Op. Cit., halaman 609 12 | Pengantar
dan Asas- Asas Hukum Pidana Islam berbuat hal yang sama, disamping menjauhkan diri
dari lingkungan jarimah. Selain mencegah dan menakut-nakuti, syari’at Islam juga tidak
lupa memberikan perhatian terhadap diri pembuat jarimah. Bahkan memberikan
pelajaran dan mengusahakan ganti rugi kepada korban.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH
5
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa Jarimah berasal dari kata Jarama, kemudian bentuk masdarnya
adalah Jaramatan yang berarti perbuatan dosa, atau kejahatan. Namun para
fuqaha sering kali memakai istilah jinayah untuk jarimah. Secara terminologi
jinayah merupakan perbuatan yang diharamkan oleh syara’ baik perbuatan
mengenai jiwa, maupun harta benda.2
a. Nas yang melarang perbuatan dan mengancam hukuman terhadapnya. Unsur ini
biasa disebut unsur formil (rukun syar’i).
1
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1993, halaman 1
2
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, Jakarta: Bulan Bintang, cet-5,1993, hlm. 2.
6
b. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan-
perbuatan nyata ataupun sikap tidak berbuat. Unsur ini biasanya disebut unsur
materiil (rukun maddi).
3
Ahmad Hanafi, Op.Cit., halaman. 6
4
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, halaman ix.
7
Tujuan dari keberadaan hukum pidana islam dan hukum pidana positif
adalah memberikan kedamaian dan keamanan serta melindungi kepentingan
masyarakat. Penerapan hukuman pada hukum pidana islam dan hukum pidana
positif adalah dengan tujuan agar dapat mengendalikan masyarakat serta untuk
menimbulkan kesadaran masyarakat serta untuk menimbulkan kesadaran bagi
para pelakunya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Jika berbicara mengenai hukum pidana Islam atau yang dinamakan dengan
Fikih Jinayah, maka akan dihadapkan kepada hal-hal mempelajari ilmu tentang
Hukum syara’ yang berkaitan dengan masalah perbuatan yang dilarang (jarimah)
dan hukumannya (uqubah), yang diambil dari dalil-dalil terperinci. Jadi, secara
garis besar dapat diketahui bahwa objek pembahasan atau cakupan dari hukum
pidana Islam adalah jarimah atau tindak pidana serta uqubah atau hukumannya.7
Namun jika melihat cakupan yang lebih luas lagi, maka cakupan hukum pidana
Islam pada dasarnya hampir sama dengan yang diatur di dalam Hukum Pidana
positif, karena selain mencakup masalah tindak pidana dan hukumannya juga
disertai dengan pengaturan masalah percobaan, penyertaan, maupun gabungan
tindak pidana. Berikut ini dijelaskan hal-hal yang berupa tindak pidana (jarimah)
5
Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti), Hlm. 191
6
Sulaiman Rasjid, 2013, Fiqih Islam, (Bandung : Sinar Baru Algensindo), Hlm. 413
7
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, halaman ix
8
dan hukuman (uqubah) dalam Hukum Pidana Islam.
1) Jarimah Hudud.
9
Ahmad Wardi Muslih, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, cet ke-2, 2005,
9
2) Jarimah Qishas dan diyat.
Jarimah Qishas dan diyat merupakan jarimah yang diancam dengan hukuman
qishas atau diyat. Perbedaan dari jarimah hudud adalah mengenai kewenangan,
jika hudud merupakan kewenangan Allah, sedangkan qishas dan diyat merupakan
kewenangan manusia. Walaupun demikian keduanya telah ditentukan oleh syara’.
Oleh karena jarimah qishas dan diyat merupakan kewenangan manusia, maka
tidak mengenal batasan-batasan mengenai hukuman, karena dalam jarimahini
mengenal adanya istilah maaf. Sehingga seseorang tidak akan mendapat hukuman
jika pihak korban telah memaafkannya.10
3) Jarimah ta’zir.
a. Jarimah Sengaja
hlm. X-Xi
10
Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, op. cit., hlm. 8
11
Imam Al-Mawardy, al-Ahkam al-Sulthaniyyah wa al-Wilayat al-Diniyyah, (Beirut al-Maktab al-
Islami, 1996), hlm 236.
12
Muhammad Abu Zahro, Al Jarimah Wa Al’ Uqubah Fi Al Fiqh Al Islami, yang
dinukil oleh Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinazah,
Jakarta: Sinar Jaya, 2004, hlm. 22
10
b. Jarimah Tidak Sengaja
jarimah tidak sengaja adalah jarimah dimana pelaku tidak sengaja (berniat)
untuk melakukan perbuatan yang dilarang dan perbuatan tersebut terjadi sebagai
akibat kelalaian.
1. Jarimah perseorangan
2. Jarimah masyarakat
13
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,
Jakarta: Sinar Grafika, cet-1, 2004, hlm. 24
14
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,
Jakarta: Sinar Grafika, cet-1, 2004, hlm. 24
15
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,
Jakarta: Sinar Grafika, cet-1, 2004, hlm. 26
11
Jarimah masyarakat adalah jarimah hukuman yang dijatuhkan kepada
pelaku bertujuan untuk melindungi hak masyarakat. Yang termasuk jarimah
masyarakat adalah jarimah hudud, meskipun ada yang merupakan jarimah
perseorangan, semisal penjurian, menuduh zina. Jarimah ta’zir ada pula yang
merupakan jarimah masyarakat, semisal penimbunan bahan pokok, korupsi dan
sebagainya. Berbeda dengan jarimah perseorangan yang memungkinkan mendapt
maaf dari korban atau ahli warisnya, dalam jarimah masyarakat tidak ada
pengaruh maaf karena hukumannya merupakan hak Allah.16
Jariamah biasa adalah jarimah yang murni jarimah tanpa ada landasan
politik yang mendasarkannya.17 Sedangkan jarimah politik yang sebagai mana
pandangan Muhammad Abu Zahra yang di nukil oleh Ahmad Wardi Muslich
dalam bukunya memberi pengertian jarimah politik adalah jarimah yang
merupakan pelanggaran terhadap peraturan pemerintah, atau pejabat-pejabat
salbiyah).
1. Jarimah Positif
16
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,
Jakarta: Sinar Grafika, cet-1, 2004, hlm. 26
17
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,
Jakarta: Sinar Grafika, cet-1, 2004, hlm. 27
18
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,
Jakarta: Sinar Grafika, cet-1, 2004, hlm. 27
12
melakukan perbuatan yang dilarang.19, seperti pencurian, zina, pembunuhan
sengaja dan pemukulan.
2. Jarimah Negatif
19
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,
Jakarta: Sinar Grafika, cet-1, 2004, hlm. 25
20
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,
Jakarta: Sinar Grafika, cet-1, 2004, hlm. 25
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam bahasa Indonesia, kata jarimah berarti perbuatan pidana atau tindak
pidana. Kata lain yang sering digunakan sebagai padanan istilah jarimah ialah kata
jinayah. Hanya, dikalangan fukaha (ahli fikh, red) istilah jarimah pada umumnya
digunakan untuk semua pelanggaran terhadap perbuatan-perbuatan yang dilarang
syara’, baik mengenai jiwa ataupun lainnya. jinayah pada umumnya digunakan
untuk menyebutkan perbuatan pelanggaran yang mengenai jiwa atau anggota
badan seperti membunuh dan melukai anggota badan tertentu.
Pada dasarnya, tujuan dari keberadaan hukum pidana islam dan hukum
pidana positif adalah memberikan kedamaian dan keamanan serta melindungi
kepentingan masyarakat. Penerapan hukum pidana islam dan hukum pidana
positif adalah tujuan agar dapat mengendalikan situasi dan masyarakat serta untuk
menimbulkan kesadaran bagi para pelakunya agar tidak mengulangi kesalahan
yang sama.
3.2 Saran
Kita sebagai warga Negara Indonesia khususnya umat Islam harus mematuhi
aturan yang sudah tertera di dalam undang-undang maupun Al-Qur’an karna
semuanya terkait satu sama lain. Dan juga harus memahami peraturan agar kita
bisa dijauhkan dari hal-hal yang menjerumuskan perbuatan buruk bahkan
mengarah ke dalam neraka.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1993,
Hlm 1
Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Pidana Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta,
1990
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Fikih Jinayah,
Sinar Grafika, Jakarta, 2004
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, (Fiqih Jinayah), Pustaka Se- tia, Bandung,
2000
15