DISUSUN OLEH :
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini. Makalah
ini saya buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah Fiqh Jinayah, semoga
Makalah ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan bagi para pembaca.
Dalam penulisan Makalah ini, saya tentu saja tidak dapat menyelesaikannya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua
saya yang selalu mendoakan serta kepada dosen-dosen pengampu mata kuliah Fiqh Jinayah.
Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun perbaikan dan penyempurnaan kedepannya.
Akhir kata kami mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada dalam
bentuk makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.
Penulis
( Alfin Alzikri )
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk memelihara kepentingan masyarakat, karena
adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan syara’.1Hukuman disini terbagi kepada dua (2)
kelompok, yaitu hukuman pidana dan hukuman perdata. Hukum pidana dalam Islam dinamakan
Fiqih Jinayah.Pengertian Fiqih Jinayah disini terbagi dalam beberapa pendapat, di antaranya
pendapat para ulama Fiqih adalah Ilmu tentang hukum syara’ yang berkaitan dengan masalah
perbuatan yang dilarang (jarimah) dan hukumannya, yang diambil dari dalil-dalil yang
terperinci.Dalam Fiqih Jinayah suatu perbuatan baru dianggap sebagai tindakpidana apabila
unsur-unsurnya telah terpenuhi.Unsur-unsur ini ada yang umum danada yang khusus. Unsur
umum berlaku untuk semua tindak pidana,sedangkan unsur khusus hanya berlaku untuk masing-
masing tindak pidanadan berbeda antara tindak pidana yang satu dengan tindak pidana yang lain.
Adapun unsur-unsur umum ada 3 (tiga) macam, yaitu :
a. Unsur formal, yaitu ada nash (ketentuan) yang melarang perbuatan dan mengancamnya
dengan hukuman.
b. Unsur material, yaitu adanya tingkah laku yang membentuk tindak pidanabaik berupa nyata
maupun sikap.
c. Unsur moral, yaitu bahwa pelaku adalah orang yang mukallaf, yakni orangyang dapat dimintai
pertanggung jawaban atas tindak pidana yang dilakukannya .
Disamping unsur umum itu, harus pula diketahui unsur khusus yakni :
ketentuan-ketentuan yang dilanggar itu khusus memberi ciri khas pada bentuk tindakan jarimah
yang dilakukannya. Di mana setiap jarimah yang dilakukan akan berbeda ciri-cirinya, khususnya
pada pencurian misalnya ciri khususnya adalah mengambil dengan jalan kekerasan, dan
sebagainya. Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa: tindakan jarimah, baru dianggap
sempurna apabila telah memenuhi unsur-unsur umum dan unsur-unsur khusus tersebut diatas.
Apabila suatu tindak pidana sudah memenuhi unsurnya, maka akan dikenakan hukuman. Ada
beberapa macam hukuman yang terdapat dalam Fiqih Jinayah, yaitu:
a. Hukuman hudud, yaitu hukuman yang ditetapkan atas jarimah-jarimah hudud, seperti zina,
qadzaf , mencuri, minuman keras dan sebagainya.
b. Hukuman qishas dan diyat, yaitu hukuman yang ditetapkan atas jarimah jarimahqishas dan
diyat.
c. Hukuman kifarat, yaitu hukuman yang ditetapkan untuk sebagian jarimah qishas dan diyat dan
beberapa jarimah ta’zir.
d. Hukuman ta’zir, yaitu hukuman yang ditetapkan untuk jarimah jarimahtakzir.
Agar hukuman itu jelas kedudukannya, maka baru sesuatu tindakan jarimah dianggap terjadi,
apabila memenuhi bentuk ketentuan sebagai berikut:
a. Adanya Nash yang melarang perbuatan dan ancaman hukumannya terhadapnya, hal ini disebut
juga unsur formil.
b. Hukuman harus bersifat pribadi atau perorangan
c. Hukuman harus berlaku untuk umum. Umum disini dimaksudkan berlaku untuk semua orang
tanpa terkecuali, baik orang dewasa maupun di bawah umur.
Sungguhpun demikian dalam Fiqih Jinayah ada ketentuan yang harus diperbaiki lagi, apabila
pelaku jarimah itu yang belum dewasa (baligh), bisa saja tidak dikenakan hukuman pokok, yaitu
diganti dengan hukuman lainnya sebagai ganti hukuman pokok. Untuk menangani perkara
pidana tersangka atau terdakwanya adalah dibawah umur atau disebut juga anak dibawah umur,
maka pada tanggal 03 Januari 1997 pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
telahmengesahkan Undang-Undang No.3 Tahun 199711 tentang Pengadilan Anak dan dimuat
dalam tambahan lembaran Negara Republik Indonesia No. 3886 sebagai perangkat hukum yang
lebih mantap dan memadai dalam melaksanakan pembinaan dan memberikan perlindungan
terhadap anak.Disamping pertimbangan diatas, demi pertumbuhan dan perkembangan mental
tindak pidana dibawah umur, perlu ditentukan pembedaan perlakuan didalam hukum acara dan
ancaman pidananya. Hal ini dapat dibedakan dalam penerapan sanksi pidananya yang berbeda
dengan sanksi orang dewasa, sebagai suatu perhatian khusus dan dedikasi terhadap tindak pidana
dibawah umur, karena tindak pidana dibawah umur yang melakukan suatu tindak pidana
merupakan pelaku yang memiliki masalah dan harus ada suatu perhatian khusus dalam
pembinaanya. Dalam Fiqih Jinayah pelaku jarimah dibawah umur juga bisa dikenakan, hukuman
atau sebaliknya, namun hukuman yang divonis oleh hakim Pengadilan Negeri terhadap tindak
pidana dibawah umur apakah sama ataukah bisa dibenarkan oleh Fiqih Jinayah? Dari fenomena
tersebut diatas penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut lagi. Maka penulis tuangkan
dalam penelitian ini dengan judul “Hukuman Bagi Pelaku Jarimah Dibawah Umur Ditinjau
Menurut Fiqih Jinayah (Studi Kasus Keputusan Pengadilan Negeri Bangkinang pada Tahun
2012)”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gabungan hukuman?
2. Apa Dasar Hukum Gabungan ?
3. Apa saja yang termasuk pada Macam-macam Gabungan Hukuman?
4. Bagaimana perbedaan teori gabungan hukuman antara hukum pidana, hukum pidana
Indonesia, dan hukum pidana Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan gabungan hukuman
2. Mengetahui Dasar Hukum Gabungan
3. Mengetahui yang termasuk pada Macam-macam Gabungan Hukuman
4. Mengetahui perbedaan teori gabungan hukuman antara hukum pidana, hukum pidana
Indonesia, dan hukum pidana Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Dalam islam mempunyai berbagai syari’at yang tidak dapat dipisahkan dari diri seorang
muslim, dimanapun ia berada. Salah satunya gabungan hukuman yang artinya serangkai saksi
yang diterapkan kepada seseorang apabila ia benar-benar telah melakukan tidakan pidana secara
berulang-ulang diantara perbuatan perbuatannya tersebut antara yang satu dengan yang lain
belum ada keputusan.
Dalam hukum pidana, hukum pidana indonesia, dan hukum pidana islam memiliki teori yang
berbeda-beda. Seperti dalam teori hukum pidana terdapat tiga teori mengenai gabungan
hukuman, yaitu teori berganda, penyerapan, dan campuran. Dalam hukum pidana Indonesia
terdapat empat teori mengenai gabungan hukuman yaitu, teori penyerapan keras, penyerapan
biasa, berganda yang dikurangi, berganda biasa. Sedangkan dalam hukum pidana Islam, teori
gabungan hukuman ada tiga, yaitu teori saling melengkapi, teori penyerapan dan pencampuran.
Dalam gabungan hukuman terdapat perbedaan pendapat antara para fuqaha diantaranya pendapat
imam maliki, hanafi, dan ahmad menyatakan apabila gabungan hukuman itu berupa hukuman
mati, maka dengan sendirinya jarimah-jarimah yang telah di lakukannya terhadapus, berbeda
dengan pendapat imam syafi`i yang mengemukakan semua jarimah di hukum satu-persatu, dan
cara pelaksanaan hukumannya didahulukan hak adami kemudian baru hak Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hanafi. 1968. Asas-Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Djazuli. 2007. Fiqih Jarimah. Ed. 2. Cet III. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kanter, E.Y. dan S.R. 2002. Sianturi. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya.
Jakarta: Storia Grafika.
Mahrus Munajad, 2004. Dekontruksi Hukum Pidana Islam. Djogjakarta: Logung Pustaka.
Muslich, Ahmad Wardi. 2004. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. Cet I. Jakarta: Sinar
Grafik.
Moeljatno. 1987. Asas-Asas Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Bina Aksara.
Rahmat, Hakim. 2000. Hukum Pidana Islam. Bandung: Pusataka Setia.
R. Soesilo. 1987. Kitab Undang – Undang Hukum Pidana serta Komentar – Komentarnja
Lengkap Pasal Demi Pasal, Bogor: Politeia.