Makalah
Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Fiqih Muamalah, Jinayah, dan Siyasah
Dosen Pengampu : Ulul Huda, S. Pd. I., M. Si.
Disusun Oleh :
1. Titi Umi Azizah ( 214110402215 )
2. Putri Ayu Setiasih ( 214110402206 )
3. Farhan Abror ( 214110402061 )
3 PAI F
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yg
berjudul ”Jinayah Tentang Jarimah Hudud dan Tazir”, Tak lupa juga kita
sampaikan serta salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw yang
telah mengayomi kita semua dengan cinta, kasihsayang, serta perjuangan beliau
sehingga kita bisa mengirup udara segar ini penuh dengan nokmat yang tak akan
mampu kita hitung.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi pembaca.
Pemakalah
8 Oktober 2022
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian jinayah dan jarimah?
2. Apa saja unsur-unsur jarimah?
3. Bagaimana hubungan jarimah dengan larangan syara’?
4. Apa saja bentuk-bentuk jarimah?
5. Apa saja jenis-jenis jarimah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna jinayah dan jarimah
2. Untuk mengetahui unsur-unsur jarimah
3. Agar mengetahui bagaimana hubungan jarimah dengan larangan
syara’
1
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk jarimah
5. Untuk mengetahui jenis-jenis jarimah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1 Rahmat Hakim. Hukum Pidana Islam. (Bandung : Pustaka Setia, 2000), hlm. 12.
2 Ahmad Wardi Muslich. Pengantar dan Azas Hukum Pidana Islam (Fiqih Jinayat). (Jakarta : Sinar
Grafika, 2004), hlm. 1.
3 Ibid, hlm. 1.
3
oleh Syara’ dan jika dilakukan perbuatan semacam itu akan
membahayakan agama, jiwa, akal, harta, dan lainnya.
2. Jarimah
4
Pengertian jarimah sebagaimana dikemukakan oleh Imam
Al-Mawardi :
َ اَ ْل َج
ـرائِـ ُم اتٌ هللاُ الَى ا ا
Dalam hal ini, seperti halnya jinayat . Kata jarimah pun mencakup p
erbuatan ataupun tidak melakukan, mengerjakan atau
meninggalkan, aktif atau pasif. Oleh karena itu, perbuatan jarimah
bukan saja mengerjakan perbuatan yang tidak jelas dilarang oleh
peraturan, tetapi juga dianggap sebagai jarimah jika seseorang
meninggalkan perbuatan yang menurut perbuatan harus dikerjakan.
5
jarimah, sedangkan khusus hanya berlaku untuk masing-masing
jarimah dan berbeda antara jarimah yang satu dengan jarimah yang
lain.
B. Unsur-Unsur Jarimah
1. Unsur Formal
2. Unsur Moriel
3. Unsur Material
7
Ahmad Wardi Muslich. Op.Cit., hlm. 2.
6
materi atau gangguan non fisik, seperti ketenangan, ketentraman, harga diri,
adat istiadat dan lain sebagainya. 8
7
jarimahtersebut. Artinya, bukan keuntungan pribadi menjadi bahan
pertimbangan bahwa mencuri, berzina, tidak mengeluarkan zakat,
melainkan perilaku merekalah yang berdampak buruk dan merugikan
banyak masyarakat, merusak tatanan dan melanggar kesusilaan yang
menjadi dasar hal tersebut dilarang oleh Syara’.
D. Bentuk-Bentuk Jarimah
8
commisionis . Si pelaku jarimah ini telah melakukan perbuatan
maksiat, melakukan perbuatan yang dilarang, seperti mencuri,
berzina, mabuk-mabukan, membunuh dan lain sebagainya. Bentuk
kebalikannya adalah jarimah salabiyah (si pelaku pasif) dalam
hukum positif disebut delict ommisionis . Seperti tidak melakukan
sholat, tidak membayar zakat dan lain sebagainya. Sebagian ulama’
dalam dengan suatu aspek ini, memmunculkan bentuk campuran
ijaabiyah (aktif) dengan salabiyah (pasif), seperti kasus ada
seseorang yang bermaksud membunuh tawanan, namun tidak
dilakukan dengan cara membunuhnya, melainkan dengan menahan
si korban di suatu tempat tanpa dia makan dan minim sampai si
tawanan meninggal dunia. 10
11
Ibid, hlm. 24-25.
9
Aspek yang dapat membedakan bentuk jarimah adalah aspek
korban. Dalam hal ini dapat dibedakan apakah hasil dari jaarimah
tersebut mengenai individu atau kelompok masyarakat. Jika yang
menjadi korbaan itu disebut sebagai jarimah individu dan jika yang
menjadi korban itu masyarakat jarimah masyarakat . sebagian ulama
berpendapat, bila korban individu, jarimah tersebut menjadi hak
individu, namun bila korbannya masyarakat, jarimah tersebut
menjadi hak jama’ah (hak Allah).
E. Jenis-jenis Jarimah
Umumnya para ulama’ membagi jenis jarimah dalam tiga bagian,
antara lain sebagai berikut :
1. Jarimah Hudud
10
terminologi, Al-Jurjani mengartikan sebagai sanksi yang telah
ditentukan dan yang wajib dilaksanakan secara haq karena Allah
SWT.12
12
M. Nurul Irfan dan Masyrofah. Fiqih jinayat. (Jakarta : AMZAH, 2013), hlm. 13-14.
11
Adapun jarimah yang termaksud dalam kelompok hudud
menurut para ulama’ ada tujuh macam jarimah , yaitu :
12
ada memilih qishas, perdamaian, atau memaafkan. Dengan
ketentuan ini, diyat adalah pilihan kedua yaitu perdamaian. Ketika
mustahiq al-qishâsh memilih untuk berdamai, maka ia berhak
mendapatkan diyat dalam arti para pelaku kejahatan kewajiban
membayar diyat musta h iq al – qishâsh .
13
“Wahai orang-orang yang beriman, kamu wajib memperhatikan
qishash tentang orang-orang yang dibunuh.” (QS. Al-Baqarah: 178)
3. Jarimah Ta’zir
14
M. Nurul Irfan dan Masyrofah. Op.Cit., hlm. 5.
14
tentang jenis dan hukumannya dan syara’ ukuran dan hukumannya
kepada ulil amri atau hakim yang mampu menggali hukum.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jinayat adalah semua perbuatan yang diharamkan, perbuatan atau
tindakan yang dilarang atau dilarang oleh Syara’ dan jika
dilakukan perbuatan semacam itu akan membahayakan agama,
jiwa, akal, harta, dan lainnya.
Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara’
yang diancam oleh Allah SWT dengan hukuman had dan ta’zir.
2. Unsur-unsur jarimah diantaranya ada unsur formal, moriel, dan
materiil.
3. Bentuk-bentuk jarimah diantaranya dilihat dari pelaksanaannya,
niatnya, objeknya, motifnya, dan dari bobot hukuman.
4. Jenis-jenis jarimah antara lain jarimah hudud, jarimah qishash-
diyat, dan jarimah ta’zir.
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya tepat,
baik dari segi isi maupun penulisan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun tentang pembahasan
makalah ini.
16
DAFTAR PUTAKA
Wardi Muslich, Ahmad. 2004. Pengantar dan Azas Hukum Pidana Islam (Fiqih
Jinayat) . Jakarta : Sinar Grafika.
17