Dosen Pamong :
Wanda Khofifah (
FAKULTAS SYARIAH
PERIODE 2022-2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas semua rahmat, hidayah, dan
inayahnya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada kita,
sehingga kami dapat membuat dan menyelesaikan Makalah Hukum Pidana
dengan judul “Pembelaan Terpaksa Dalam Hukum Pidana”.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Hukum Pidana yang disusun oleh kami sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuan penulis. Untuk itu kami selaku penyusun mengucapkan banyak
terima kasih untuk orang-orang yang telah membantu dalam menyusun makalah
ini secara khusus pada mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL), sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu.
Dengan rendah hati kami mengakui bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif
sangat kami perlukan dalam rangka perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ...........................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................................4
B. Rumusan masalah ..................................................................................4
C. Tujuan pembahasan ...............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN......................................................................................19
Daftar Pustaka................................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Andi Hamzah, 1983, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Penerbit Ghana Indonesia,
Jakarta, halaman 13.
4
Istilah lain yang diterjemahkan dengan "tuntutan pidana" adalah
"strafvervol-ging; dan istilah ini menurut Menteri Kehakiman Belanda
tersebut yang tidak meliputi seluruh pengertian "strafprocesrecht" (hukum
acara pidana). Jadi Istilah "Strafvorde-finglebih luas artinya daripada
istUah "strafvervolging".2
Perancis menamai kitab undang-undang hukum acara pidananya
yaitu "Code d’instruction Criminelle; di Jerman dengan nama "Deutsche
Strafprozessodnung; sedangkan di Amerika Serikat sering ditemukan
istilah "Criminal Procedure Rules".
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka istilah yang paling tepat
digunakan sebagaimana dimaksud oleh pembuat undang-undang yaitu
"Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana", karena dalam pengertian
ini telah mencakup seluruh prosedur acara pidana, yaitu mulai dari proses
penyidikan sampai pelaksanaan putusan hakim, bahkan mengatur tentang
upaya hukum biasa (banding dan kasasi) dan upaya hukum luar biasa
(peninjauan kembali (herziening) dan kasasi demi kepentingan hukum).
Istilah lain hukum acara pidana dapat disebut juga sebagai "hukum
pidana formal", Maka dari itu dalam makalah ini mengambil judul
"Pembelaan Terpaksa dalam Hukum Pidana" untuk lebih jelasnya akan
dipaparkan dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Noodweer dan Noodweer Exces ?
2. Bagaimana Perbedaan antara Noodweer dan Noodweer Exces?
3. Apa yang menjadi syarat diberlakukannya Noodweer ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa yang dimaksud Noodweer dan Noodweer Exces
2. Memahami Perbedaan antara Noodweer dan Noodweer Exces
2
Ibid, 13 R. Soeroso, 1993, Praktik Hukum Acara Perdata: Tata Cara dan Proses Persidangan,
Pen. Sinar Grafika, Jakarta, halaman 3.
5
3. Mengetahui Apa yang menjadi Syarat di berlakukannya Noodweer
BAB II
6
PEMBAHASAN
6
Simorangkir dkk, 1981, Kamus Hukum, Pen. Aksara Baru, Jakarta, halaman
8
pelaku dan kalau perlu menahannya;
d. mengumpulkan bahan-bahan bukti (bewijsmateriaal) yang telah
diperoleh pada penyidikan kebenaran guna dilimpahkan kepada
hakim dan membawa terdakwa ke depan hakim tersebut;
e. hakim memberi keputusan tentang terbukti tidaknya perbuatan
yang dituduhkan kepada terdakwa dan untuk itu menjatuhkan
pidana atau tindakan tata tertib
3. Diikhtiarkan segala daya upaya agar para pelaku dari perbuatan tadi,
dapat ditangkap, jika perlu untuk ditahan.
4. Alat-alat bukti yang telah diperoleh dan terkumpul hasil pengusutan
dari kebenaran persangkaan tadi diserahkan kepada hakim, demikian
juga diusahakan agar tersangka dapat dihadapkan kepada hakim.
C.
8
Rd. Achmat S. Soema Dipradja, 1982, Pokok-pokok Hukum Acara Pidana, Pen. Alumni Bandung,
1977, h. 16, dikutip dari bukunya D. Soedjono, Pemeriksaan Pendahuluan menurut K.U.H.A.P.
Pen. Alumni Bandung, halaman 1
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
11
persamaan dari Noodweer dan Noodweer Exces itu terletak pada suatu
perlindungan yang dimana mengisyaratkan : Adanya serangan yang melawan
hukum, dan yang dibela juga sama antara lain, tubuh (fisik) kehormatan
(kesusilaan) dan juga harta benda (baik diri sendiri ataupun orang lain).
DAFTAR PUSTAKA
12
Marpaung, Leden. 1991. Unsur-unsur pebuatan yang harus dihukum. .Jakarta :
Sinar Grafika
Sudarto. 1974. Suatu Dilemma Dalam Pembaharuan Sistim Pidana Indonesia.
Pidato Pengukuhan, Semarang
Saleh, Roeslan. 1987. Kitab Undang - undang Hukum pidana. Jakarta: aksara
Baru,
Satochid Kartanegara, Hukum Pidana, I. Kumpulan Kuliah, Balai Lektur
Mahasiswa,
https://m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5ae67c067d3af/arti-inoodweer-exces-i-
dalam-hukum-pidana (Diakses pada tanggal 30 April 2018, hari senin)
https://m.hukumonline.com/klinik/artikel-daya-paksa-dan-pembelaan-terpaksa-
sebagai-alasan-penghapus-pidana-dalam-hukum-pidana (Diakses pada
tanggal 15 April 2018)
13