6. Perspektif
Perspektif : cara melukiskan suatu benda pada permukaan yang
mendatar sebagaimana terlihat dengan mata (pandangan atau sudut
pandang).7
B. Tinjauan Pustaka
Kajian Pustaka Analisis Yuridis-Normatif Hukuman Pidana Mati
Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dana Covid-19 Perspektif Hukum Pidana Islam,
secara spesifik penulis meyakini belum ada yang membahas mengenai judul
diatas, sehingga dalam hal ini penulis memiliki beberapa tulisan atau penelitian
terdahulu yang mana memiliki kesamaan dan keterkaitan dengan judul yang akan
diangkat dalam penelitian kali ini, yaitu :
1. Penelitian Terdahulu
5
Dewi dan Ade, “Korupsi dan Bencana” (https://antikorupsi.org/id/bulletin/korupsi-dan-bencana
Diakses pada tanggal 9 Juni 2020, Pukul 20.36 WIB)
6
https://puspensos.kemsos.go.id/covid-19-dan-bencana nasional (Diakses pada tanggal 13
Desember 2020)
7
https://kbbi.web.id/perspektif (Diakses Pada Tanggal 13 Desember 2020)
8
Lihat dalam Dede Rosyada, “Hukum Islam dan Pranata Sosial”, (Jakarta : Lembaga Studi Islam
dan Kemasyarakatan, 1992), hal 86., sebagaimana dikutip oleh Zainuddin Ali, “Hukum Pidana
Islam, Cet. 1”, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal 1
Skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana
Korupsi Yang dilakukan Oleh BUMN (Badan Usaha Milik Negara),
(Study kasus putusan No. 41/-Pid.S.us.TPK/2015/PN.Mks)”, hasil karya
dari mahasiswa Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Makasar
Tahun 2017, yang bernama Azharul Nugraha Putra Paturisi. Pembahasan
mengenai isi dari skripsi diatas yakni menjelaskan mengenai bagaimana
hukum pidana materil terhadap tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
karyawan BUMN berdasarkan penelitian putusan nomor 41/-
Pid.S.us.TPK/2015/PN.Mks, serta mengkaji pertimbangan-pertimbangan
dalam memutuskan perkara nomor putusan tersebut.9
Pendekatan mengenai penelitian diatas “Tinjauan Yuridis
Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang dilakukan Oleh BUMN (Badan
Usaha Milik Negara), (Study kasus putusan No. 41/-
Pid.S.us.TPK/2015/PN.Mks)” yakni menggunakan pendekatan data
Observasi yang mana dengan menelaah terkait permasalahan sesuai
dengan Study Putusan No. 41/-Pid.S.us.TPK/2015/PN.Mks.
Kesimpulan dari penelitian “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak
Pidana Korupsi Yang dilakukan Oleh BUMN (Badan Usaha Milik
Negara), (Study kasus putusan No. 41/-Pid.S.us.TPK/2015/PN.Mks)”
a. Penerapan hukum pidana materiil terhadap tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh karyawan badan usaha milik negara dalam putusan nomor
41/Pid.Sus.TPK/2015/PN.Mks adalah Pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. UU No. 20 Tahun 2001
Tentang perubahan atas UU. No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan penerapan pasal tersebut telah sesuai karena
unsur-unsur tindak pidana dalam pasal terbukti telah terpenuhi. Begitupula
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP tepat diterapkan pada perkara ini karena
terwujudnya delik sebab adanya kerjasama antar Terdakwa, rekannya dan
pemohon kredit. Sedangkan pasal 18 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No.
9
Azharul Nugraha, “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Korupsi Yang Di Lakukan Oleh
BUMN”, (Makasar : Fakultas Hukum Universitas Makasar), 2017.
20 Tahun 2001 tidak terpenuhi karena terdakwa tidak terbukti memperoleh
bagian dari hasil perbuatan korupsi.
b. Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh Terdakwa selaku karyawan badan usaha
milik negara dalam putusan nomor 118 41/Pid.Sus.TPK/2015/PN.Mks
telah sesuai karena dalam pertimbangan hukum oleh hakim, perbuatan
terdakwa adalah perbuatan menyalahgunakan kewenangannya untuk
menguntungkan orang lain yang berakibat merugikan keuangan negara
dan tidak terdapat alasan pembenar, Terdakwa juga adalah orang yang
menurut hukum mampu bertanggungjawab, dan melakukan perbuatan
dengan sengaja serta tidak ada alasan pemaaf. Maka hakim berkeyakinan
bahwa terdakwa secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana korupsi yang dilakukan secara bersama-sama karena telah
memenuhi unsur- unsur dalam pasal 3 UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No.
20 Tahun 2001 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Sehingga dengan
demikian putusan majelis hakim yang berisikan pemidanaan sudah tepat.
2. Kajian Teori
1. Tindak Pidana Korupsi
Secara Harfiah Tindak Pidana Korupsi berasal dari kata Tindak Pidana
dan Korupsi. sedangkan jika dilihat pada segi yuridis-formal pengertian Tindak
Pidana Korupsi terletak pada BAB II “Ketentuan pasal 2 sampai dengan pasal 20”
dan BAB III dan tindak pidana yang berkaitan dengan perbuatan korupsi sesuai
dengan pasal 21 sampai 24 UU PTPK12.
11
Zaid Alfauza Marpaung, “Jurnal Ilmiah Hukum, Kebijakan Hukuman Mati Bagi Pelaku Tindak
Pidana Korupsi Dana Bantuan Bencana Alam Dalam Perspektif Hukum Pidana Islam, Vol. 07.
No. 01, P.ISSN Nomor 2337-7216, E ISSN Nomor 2620-6625”, (Sumatera Utara :Fakultas
Syari’ah dan Hukum UIN Sumatera Utara), 2019.
12
Lilik Mulyadi, “Bunga Rampai Hukum Pidana : Perspektif, Teoritis, dan Praktik”, (ALUMNI :
Bandung), 2008, hal 186
Tindak Pidana Korupsi Tipe Pertama : Tindak pidana korupsi tipe
pertama sudah termaktub dalam Pasal 2 Undang-Undang Tindak Pidana
Korupsi yang menyebutkan dan menentukan,
“Bahwa orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan denda paling sedikit
dua ratus juta rupiah dan paling banyak satu milyar rupiah.”
Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan pada keadaan tertentu hukumannya dapat dijatuhkan dengan
hukuman paling berat yakni hukuman mati.13
Tindak Pidana Korupsi Tipe Kedua : Diatur dalam ketentuan pasal 3
Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi yang mana menyebutkan,
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
dengan pidana seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit
lima puluh juta rupiah dan paling banyak satu milyar rupiah.”
Tindak Pidana Korupsi Tipe Ketiga : Mengenai tipe keempat ini tindak
pidana korupsi diartikan sebagai percobaan, pembantuan, atau
permufakatan jahat serta pemberian kesempatan sarana atau keterangan
terjadinya tindak pidana korupsi yang mana dilakukan oleh orang diluar
wilayah indonesia (Pasal 15 dan Pasal 16 UU PTPK).14
13
KPK, “Modul Tindak Pidana Korupsi”, (Jakarta : Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat), 2016, hal 4
14
KPK, “Pengaduan Masyarakat Terindikasi Tipikor”, (Jakarta: KPK), 2015, hal 10
jika tindak pidana korupsi sudah mengakar sampai pada ranah
birokrasi tinggi dalam negeri maka akan sangat sulit untuk diberantas.
Dalam hal ini ada beberapa definisi mengenai korupsi, antara lain :
Black Law’s Dictionary : Korupsi adalah suatu perbuatan yang dilakukan
dengan sebuah maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan yang
bertentangan dengan tugas resmi dan kebenaran lainnya. “sesuatu
perbuatan dari suatu yang resmi atau kepercayaan seseorang yang mana
dengan melanggar hukum serta penuh akan kesalahan.15
Kamus Besar Bahasa Indonesia : Korupsi adalah sebuah perbuatan yang
mencerminkan tindakan tercela, curang, dapat disuap, dan tidak
bermoral.16 Serta dapat dikatakan sebagai perbuatan yang memusatkan
perhatiannya terhadap penyelewengan atau penggelapan uang negara,
perusahaan, dan sebagainya demi kepentingan pribadi ataupun
kelompok.17
Transparancy International (TI) : Korupsi dapat diartikan sebagai
perilaku pejabat publik, politikus, atau pegawai negeri, yang secara tidak
wajar dan legal memperkaya diri atau memperkaya mereka dengan
menyalahgunakan kekuasaan publik.
15
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar dan Syarif Fadillah, “Strategi Pencegahan dan Penegakan
Hukum Tindak Pidana Korupsi”, (PT Refika Aditama : Bandung), 2008, hal 2
16
Gatot Supramono, “Hukuman Korporasi Sebagai Pelaku Tindak Pidana Korupsi, Cetakan-1”,
(Jakarta : KENCANA), 2020, hal 51
17
https://kbbi.web.id/korupsi (Diakses pada tanggal 07 Desember 2020)
Risywah : risywah adalah bagian dari tindak pidana korupsi yang
berkaitan dengan suap menyuap kepada seseorang yang memiliki
kekuasaan atau wewenang agar tujuannya dapat tercapai atau
memudahkan kepada tujuan dari orang yang menyuapnya tersebut. Salah
satu bagian dari bentuk korupsi inilah yang telah merusak moral dan
struktur keadilan dalam setiap lini kehidupan masyarakat. Karena dengan
suap menyuap, keadilan dalam proses hukum tidak dapat tercapai atau
dapat memengaruhi keputusan seorang hakim dengan nominal uang yang
dapat menggetarkan iman seorang penegak hukum.
Al-ghulul : menggelapkan kas negara atau baitul mal atau dalam literatur
sejarah Islam menyebutnya dengan mencuri harta rampasan perang atau
menyembunyikan sebagiannya untuk dimiliki sebelum menyampaikannya
ke tempat pembagian. Kata “ghulul” dalam teks hadis tersebut adalah
penipuan, namun dalam sumber lain diartikan bahwa “ghulul” adalah
penggelapan yang berkaitan dengan kas negara atau baitul mal (Abu Fida‘
Abdur Rafi‘,2004:2)
Al-maksu : Perbuatan ini diidentikan kepada pungutan liar yang biasanya
terjadi ketika seseorang akan mengurus sesuatu yang kemudian
dibebankan sejumlah bayaran oleh pelaku pemungut cukai dengan tanpa
kerelaan dari orang yang dipungutnya tersebut. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, bahwa apabila pungutan tersebut tidak dipenuhi
oleh korbannya, maka urusan orang tersebut akan dipersulit oleh pelaku
pemungut cukai. Inilah yang kemudian disebut dengan al- maksu (Abu
Fida‘ Abdur Rafi‘,2004;33).
Maka dari itu berdasarkan dasar hukum Islam; pandangan dan sikap terhadap
korupsi sangat tegas yaitu haram, karena termasuk dalam memakan harta sesama
dengan jalan yang tidak baik (bathil), karena korupsi secara prinsip bertentangan
dengan misi sosial Islam yang ingin menegakkan keadilan sosial dan
kemaslahatan semesta (iqâmatul-’adâlah alijtimâ’iyyah
walmashlahatil-’âmmah).18
18
Sumarwoto, “Jurnal Hukum : Status Hukum Bagi Koruptor Perspektif Hukum Islam”, 2004, hal
8
19
Yon Artiono Arba’i, “Aku Menolak Hukuman Mati”, (Jakarta : Kepustakaan Populer
Gramedia), 2012, hal 3
20
Bambang Poernomo, “Hukum Pidana Mati Karangan Ilmiah” (Jakarta : Bina Aksara), 1982,
hal 9
21
Andi Hamzah, “Sistem Hukuman dan Pemidanaan Indonesia”, (Jakarta : Pramidya Paramita),
1983, hal 83
kejahatan secara luas, seperti korupsi di tingkat bencana, pemberontakan, dan
terorisme.
Pidana mati sudah tercantum dalam Pasal 10 KUHP, yang mana hal
tersebut diharapkan dalam penerapan nya oleh hakim akan menjadi lebih selektif
dan berdasarkan pertimbangan yang rasional serta terkendali. Karena hal tersebut
semata-mata juga memiliki tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap
individu atau warga masyarakat terhadap sebuah tindakan yang sewenang-wenang
dari keluarga sang korban. Pengertian hukuman atau pidana mati di Indonesia
terbagi secara komprehensif yakni mulai dari :
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hukuman Pidana mati diartikan
degan pernyataan sebagai “Hukuman yang dijalankan dengan membunuh
(menembak, menggantung) orang yang bersalah.22
Dalam Ensiklopedi Indonesia, diartikan sebagai “Hukuman pokok yang
paling berat”. Biasanya dengan hukuman gantung atau tembak mati.23
Dalam Kamus Istilah Pidana, Hukuman mati diartikan dengan “Pidana
yang dijatuhkan terhadap orang yang berupa pencabutan nyawa
berdasarkan putusan pengadilan dan hakim yang memiliki kekuatan
hukum tetap”.
Dalam Ensiklopedi Islam, Hukuman mati di ibaratkan seperti “Qishas,
yang mana dalam hukum Islam Qishas ini memberikan perlakuan yang
sama terhadap pelaku tindak pidana sebagaimana ia telah melakukannya
(terhadap sang korban)”.24
3. Perspektif Hukum Pidana Islam
Hukum Pidana Islam pada hakikatnya mengandung kemaslahatan
bagi para kehidupan manusia baik dari dunia manapun di akhirat. Syariat
Islam dimaksud, secara materil memiliki kewajiban asasi bagi setiap
mahluk (manusia) untuk mengimplementasikan. Konsep kewajiban asasi
syariat menempatkan Allah SWT sebagai pemegang Segala Hak.25 Dalam
22
https://lektur.id/arti-hukuman-mati (Diakses pada tanggal 03 Desember 2020)
23
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukuman_mati (Diakses pada tanggal 03 Desember 2020)
24
Martoyo, “Ensiklopedi Islam”, (Yogyakarta : FH UH), 1992, hal 132
25
Lysa Anggraini “Jurnal Hukum Islam : Hukum Pidana Dalam Perspektif Islam dan
Perbandingan dengan Hukum Pidana di Indonesia, Vol. XV, No. 1 Juni 2015”, (Riau : Universitas
hal ini, istilah yang digunakan dalam pengertian hukum pidana Islam,
diantaranya :
31
Harun Al-Rasyid, “Fikih Korupsi”, (Jakarta : PT. Fajar Interprana), 2017, hal 263