0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1 tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas peran Mahkamah Konstitusi (MK) dalam menyelesaikan sengketa Pemilu Presiden 2019 yang diajukan oleh paslon Prabowo-Sandi ke MK. MK diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara adil, independen, dan bebas dari intervensi politik agar mendapatkan putusan yang relevan dan dapat diterima oleh seluruh pihak.
Dokumen tersebut membahas peran Mahkamah Konstitusi (MK) dalam menyelesaikan sengketa Pemilu Presiden 2019 yang diajukan oleh paslon Prabowo-Sandi ke MK. MK diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara adil, independen, dan bebas dari intervensi politik agar mendapatkan putusan yang relevan dan dapat diterima oleh seluruh pihak.
Dokumen tersebut membahas peran Mahkamah Konstitusi (MK) dalam menyelesaikan sengketa Pemilu Presiden 2019 yang diajukan oleh paslon Prabowo-Sandi ke MK. MK diharapkan dapat menyelesaikan sengketa secara adil, independen, dan bebas dari intervensi politik agar mendapatkan putusan yang relevan dan dapat diterima oleh seluruh pihak.
Sebagai Lembaga Peradilan, MK (Mahkamah Konstitusi) memiliki peran yang sangat
penting dalam sebuah iklim demokrasi yang ada di negara Indonesia. Dengan Lembaga hukum inilah setidaknya sedikit demi sedikit permasalahan yang ada di bumi pertiwi semakin terselesaikan, bagaimana tidak MK dalam ranah sistem ketatanegaraan di Indonesia itu adalah sebuah peradilan yang dimana merupakan pemegang kekuasaan tertinggi kehakiman serta bersanding bahu dengan Mahkamah Agung (MA). Sebuah pernyataan dalam pasal yang dapat mendukung tentang MK itu sebagai pemegang kehakiman tinggi, tertera sebagai berikut, dalam pasal 24 ayat (2) UUD 1945 menyatakan, kekuasaan kehakiman itu dilakukan oleh Mahkamah Agung serta badan peradilan yang berada di bawahnya dalam konteks lingkungan peradilan umum, agama, militer, tata usaha, dan oleh Lembaga hukum seperti MK (Mahkamah Kontsitusi). Dan berdasarkan ketentuan tersebut, MK dikenal juga sebagai salah satu subjek (pelaku) dalam memegang kekuasaan kehakiman selain Mahkamah Agung (MA). Memang benar jika MK di klasifikasikan sebagai suatu Lembaga peradilan yang mengadili perkara-perkara tertentu yang dimana itu menjadi kewenangannya dan juga berdasar kepada konstitusi (ketentuan) UUD 1945. Bukankah Pemilu itu sebagai sarana penting (utama) yang dimana harus di prioritaskan dalam tahapan penyelenggaraan negara, serta diunggulkan dalam proses pembentukan pemerintahan. Pemilu itu bisa dikatakan sebagai akses model yang paling konkrit yang dapat mewujudkan suatu kedaulatan rakyat dan yang pastinya akan menjadi partisipasi oleh rakyat itu sendiri, untuk mencapai sebuah fungsi yang ideal dalam ranah konteks konsolidasi demokratis, semua ketetapan serta tahapan harus dijamin dan dijaga agar tidak memberikan dampak permasalahan di kemudian hari, karna itu bisa sangat fatal. Seperti yang tertera dalam UUD 1945 Pasal 22E ayat 1 “Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil (Luber Jurdil) setiap lima (5) tahun sekali”. Sekarang yang kita lihat dan kita ketahui forum-forum politik kian mencuat bahkan memanas, memang apa yang di bahas? yang pastinya tidak lain dan tidak bukan diantaranya adalah perseteruan antara kubu 01 milik Bapak Jokowi Dodo dan kubu 02 milik Bapak Prabowo Subianto yang diama pastinya itu menghadirkan pihak-pihak intelektual, serta paham atau (cakap) hukum. Dengan tema adanya kecurangan dalam tahapan Pemilu 2019. Sehingga kasus ini di bawa ke jalur hukum melalui Lembaga hukum yaitu MK (Mahkamah Konstitusi) guna untuk menyelesaikan persengketaan pemilu 2019. Aksi saling dukung dari kedua paslon itu tidak pernah terhindarkan bahkan tergeser sedikitpun dan terus-menerus berkembang serta mewarnai corak-corak kehidupan yang sifatnya Universal bahkan Individual, dan itu juga tidak menutup kemungkinan berbagai media juga saling berlomba-loba dalam mendapatkan berita Ter-Update yang mengkaji permasalahan ini. Sebagai sebuah Lembaga peradilan yang berintegritas tinggi MK diharapkan dapat meredam gejolak-gejolak anarkis sosial yang dimana semakin hari semakin membara dan tidak hanya itu MK diharapkan dapat memberikan batasan konstitusi untuk konflik sosial diantara pendukung ke dua paslon yang saling bertarung Ideologis. Dengan berbagai sidang yang berkelanjutan serta masih dalam Eksplisit sengketa hasil pemilu Presiden atau kita sebut Pilpres 2019 yang dimana di ajukan oleh pemohon atau pihak Prabowo-Sandi. Yaitu mendengarkan jawaban dari termohon, pihak Komisi Pemilihan Umum dan diantaranya pihak kubu 01, serta sidang juga mendengarkan pernyataan dari phak pemberi keterangan, antara lain Badan Pengawasan Pemilu. KPU beranggapan bahwa sebuah resivi atas gugatan yang dimasukkan pihak kubu 02 pada sidang pertama itu sudah menyalahi aturan, dan pada kesempatan itulah KPU menyerahkan sebuah 300 halaman alat bukti dari sekian banyaknya alat bukti yakni 6000 alat bukti yang telah disiapkan oleh Lembaga Hukum (MK). KPU beranggapan bahwa gugatan yang diajukan olehh pihak Prabowo-Sandi ini terlalu mengada-ada dan seakan-akan melakukan penggiringan opini publi untuk menyatakan bahwa MK ini tidak akan bersikap professional dalam menjalankan serta menangani kasus kompleks serta Urgent ini. KPU juga meminta kepada sang majelis hakim MK untuk menolak mentah-mentah seluruh gugatan yang disampaikan pihak 02. Khususnya adalah permasalahan serius mengenai sebuah perbedaan hasil rekapitulasi pemungutan suara yang ditetapkan oleh badan KPU. Tidak hanya itu kuasa hukum kubu 01 yaitu Yusril Ihza Mahendra, menyampaikan bahwa seharusnya Mk tidak perlu menerima gugatan yang dikumandangkan oleh kubu 02, karan permohonan yang disampaikan kubu 02 itu tidak jelas pointnya, maksudnya faktor utama dari permohonan dan tuntutan itu apa?. Paling penting mengenai sengketa pemilu 2019 ini MK (Mahkamah Konstitusi) harus dapat menjaga marwahnya dengan setinggi-tingginya dalam kategori yang akuntable dan independent serta bebas dari zone Coruption. Terlebih lagi tidak terkekang oleh intervensi politik dari pihak manapun, sehingga nantinya tidak memberikan kesan yang bersifat negative dalam menjatuhkan konsekuensi atau putusan yang relevan terhadap pihak yang bersangkutan. Semoga jalannya sengketa pemilu 2019 di Lembaga Hukum (MK) aman, damai, terkendali dan pastinya seperti yang disampaikan mantan ketua Mahkamah Konstitusi (Mahfud MD) “Kalau hakim sudah inkracht. Maka di MK tidak ada yang Namanya banding- bandingan, sekali vonis langsung inkracht. Kita diperbolehkan setuju, boleh juga tidak setuju dengan itu, tapi soal ini tidak membutuhkan persetujuan dari siapapun, karna itu ketentuan konstitusi.