Anda di halaman 1dari 4

TUGAS-TUGAS PSIKOLOGI FORENSIK

1. Assessment (Penilaian)
Dalam Psikologi Forensik, assessment digunakan dalam banyak bidang. Salah satunya
ialah pada bidang hukum, dimana psikologi forensik berperan dalam memberikan
deskripsi atau gambaran mengenai kondisi mental pelaku. Assessment yang dilakukan
kepada terdakwa untuk ikut dalam proses pidana biasanya dimulai dengan pemeriksaan
status mental, wawancara singkat untuk mengevaluasi ingatan terdakwa, suasana hati,
orientasi, pemikiran dan kemampuan berkonsentrasi. Assessment forensik mencakup
pertanyaan seperti apakah individu memiliki kompeten atau mampu untuk terlibat dalam
proses pengadilan, apakah individu cukup sakit jiwa dan berpotensi berbahaya untuk
dilakukan rawat inap paksa, apakah individu atau pelaku tindakan ilegal waras pada saat
melakukan pelanggaran; dan apakah individu atau pelaku menderita kerugian psikologis
sebagai akibat dari suatu cedera atau trauma, dan seberapa serius hal tersebut. Dalam hal
ini, psikologi forensik bertugas atau terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai
tanggung jawab pidana. Pengadilan mengizinkan pelaku yang mengalami
keterbelakangan mental dapat dipertimbangkan dipersidangan karena masyarakat percaya
bahwa tidak bermoral untuk meghukum orang yang mengalami gangguan mental.
2. Penggalian Informasi terhadap Korban Tindak Pidana
Psikologi Forensik sangat berperan dalam hukum. Salah satunya ialah membantu
kepolisian dalam menggali informasi pada korban. Beberapa departemen kepolisian
menggunakan psikolog dalam membantu penyidikan, dimana melibatkan saksi atau
korban untuk membangun gambaran yang akurat atau detail mengenai pelaku. Psikologi
forensik juga bertugas untuk melakukan penilaian atau assessment dan merawat individu
yang menjadi korban tindak pidana. Individu yang menjadi korban pelecehan,
diskriminasi dan kekerasan seringkali membutuhkan penanganan yang tepat karena
beberapa diantaranya biasa mengalami gangguan psikologis seperti depresi. Oleh karena
itu, psikologi forensik dapat bertugas dalam hal ini.
3. Sebagai Saksi
Psikologi forensik dapat bertugas di pengadilan atau dalam situasi hukum lainnya, seperti
memberikan laporan atau pengarahan tertulis. Dalam kasus tersebut, seorang psikolog
perlu mempertahankan pendapat dan kesimpulannya. Salah satu tugas dalam bidang
hukum atau dalam pengadilan ialah sebagai saksi ahli, dimana psikolog diminta untuk
memberikan atau mengemukakan pendapat kepada pengadilan, misalnya mengenai
kondisi mental pelaku, hak asuh anak, atau pemilihan juri untuk persidangan.
4. Lembaga pemasyarakatan
Dalam Lembaga pemasyarakatan, psikologi forensik juga berperan penting. Psikologi
forensik biasanya terkait dengan fasilitas pemasyarakatan, seperti pengembangan dan
pemberian perawatan yang berfokus pada rehabilitasi dan reintegrasi narapidana, dan
penyediaan perawatan untuk berbagai gangguan dan masalah psikologis. Beberapa
psikoterapi yang ditawarkan seperti manajemen stres, pelatihan keterampilan sosial, atau
intervensi krisis. Tidak hanya itu, psikologi forensik biasanya dilibatkan dalam
assessment dan memberikan informasi serta pendapat mengenai tingkat keamanan
narapidana, serta informasi mengenai pembebasan bersyarat. Psikologi pemasyarakatan
berkaitan terutama dengan penyampaian layanan psikologis kepada pelaku kejahatan
yang dipenjara (Schwartz, 2003; Van Voorhis & Salisbury, 2013).

PERBEDAAN PSIKOLOGI KLINIS DAN PSIKOLOGI FORENSIK

Menurut Craig (2005) ada beberapa perbedaan antara psikologi klinis dan forensic, antara lain:

1. Berdasarkan tujuannya, psikologi klinis memiliki tujuan dalam membantu pasiennya,


sedangkan psikologi forensic lebih kepada membantu pengadilan.
2. Berdasarkan waktunya, psikologi klinis cenderung lebih lama karena lebih sering
menemui pasien untuk beberapa sesi selama periode waktu diperpanjang dan psikologi
klinis tidak terlalu terstruktur. Sedangkan, psikologi forensic lebih cepat karena
cenderung menemui klien hanya beberapa sesi dalam konteks yang terstruktur dan
evaluatif.
3. Dalam aspek permasalahan, psikologi klinis cenderung menangani masalah lebih luas
yang berkaitan dengan pertanyaan klinis, sedangkan dalam psikologi forensic cenderung
fokus pada masalah yang berkaitan dengan pengadilan (lebih spesifik)
4. Dalam aspek etika, psikologi klinis harus merahasiakan masalah pribadi yang dimiliki
pasien. Sedangkan dalam psikologi forensic, klien harus mengetahui bahwa informasi
yang diperoleh dari evaluasi dapat digunakan untuk melawan mereka dipengadilan.
Dalam hal ini psikolog forensic harus memberi tahu kepada klien yang diwawancarai
bahwa argumen atau tanggapan mereka kemungkinan besar akan dibahas secara terbuka
dalam persidangan.
5. Psikologi klinis hanya perlu mengetahui mengenai hukum yang berhubungan dengan
praktik yang mereka lakukan. Sedangkan pada psikologi forensic, harus berfokus atau
harus mengetahui mengenai hukum, proses hukum dan persidangan serta berbagai
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kasus tertentu yang melibatkan
psikolog didalamnya.
6. Berdasarkan konsekuensinya, konsekuensi yang ada pada psikologi klinis terdapat pada
pasien, dimana hasil kerja psikolog diharapkan dapat meningkatkan fungsi seseorang,
meningkatkan kualitas hidup seseorang. Sedangkan pada psikologi forensic,
konsekuensinya terdapat tidak hanya pada klien saja, hasil kerja psikolog dapat
memengaruhi apakah individu kehilangan atau mendapatkan hak asuh anak, ditolak atau
diberikan kompensasi, atau bisa juga dinyatakan bersalah melakukan kejahatan.
7. Pada aspek pendekatan, psikologi klinis cenderung lebih suportif, peduli dan memiliki
empati dalam melayani pasien yang membutuhkan bantuan. Sedangkan pada psikologi
forensic, cenderung bersifat investigasi atau penyelidikan, dan dapat bersikap netral.
DAFTAR PUSTAKA

Bernstein, Douglas A., Kramer, Geoffrey P., & Phares, V. (2014). Introduction to Clinical
Psychology. United States of America: Pearson Education.

Hunsley. J., & Lee. C. M. (2010). Introduction to Clinical Psychology An Evidence-Based


Approach. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Wolfgang Linden & Paul L. Hewitt. (2018). Clinical Psychology A Modern Health Profession
Second Edition. New York: Routledge.

Anda mungkin juga menyukai