Anda di halaman 1dari 16

Sekilas Psi Forensik

• Ilmu terapan yang merupakan gabungan dari


jurusan bidang psikologi termasuk klinis, sosial,
kognitif, perkembangan, neuropsikologis dan
behavioral.
• Bringham  psikologi forensic merupakan
aplikasi beragam dari semua isu hukum atau
sebagai aplikasi sempit dari psikologi klinis pada
sistem hukum.
• Ethic forensic semua pekerjaan psikologis
yang secara langsung membantu pihak
pengadilan, pihak terlibat dengan hukum,
fasilitas kesehatan mental koreksional dan
forensic dan badan admistratif, judisial dan
legislattif yang bertindak dalam kapasitas
judisal.
Bidang Tematik
Forensik
1. Kriminal  perilaku korban/pelaku, motif
2. Klinis  sadar atau tidak, masalah kecerdasan, kepribadian
3. Investigatif  usaha mengembangkan profil kepribadian para pelaku
4. Hukum  isu kognitif yang mempengaruhi deliberasi juri, grasi,
remisi
Fase sistem hukum kriminal
Psikologi Forensik
Invesitigatif
• Fase sistem hukum dimulai ketuka sebuah tindakan kejahatan
dilakukan atau ketika investigasi mulai dilakukan.
• Unknown Offencer Profilling  deskripsi pelaku kejahatan
yang tak tak terindentifikasi untuk memfasilitasi penangkapan
dan cara berinteraksi dengannya kelak.
• Otopsi psikologi penggalian informasi yang terkait selama
proses death inquiry dengan kematian (dibunuh, bunuh diri,
alamiah atau kecelakaan), manner of death (cara kematian),
dilawan dengan cara cause of death (penyebab kematian)
Annon (1995) menekankan dua bidang penggalian informasi:
1. Evidence of intent  maksud (intent) bunuh diri dapat diindikasikan
oleh kematian yang terjadi di tempat tersembunyi dimana tidak
seorangpun yang diperkirakan datang. Contoh: seseorang bunuh
diri akan mencoba di tempat yang tidak ada kehadiran orang lain,
jika ada artinya dia tidak bermaksud bunuh diri, namun mencari
perhatian.
2. Degree of lethality  tingkat keberhasilan potensial kematian.
Bunuh diri dengan cara menelan 10 tablet Prozac berbeda probilitas
kematiannya lebih rendah dengan cara menembakkan pistol.
Kelemahan metode otopsi psikologi:
1. Metode otopsi psikologis seharusnya tidak diterapkan pada
investigas kasus non kematian seperti pencurian atau penculikan
(tanpa fondasi yang lebih emprik dam teruji reliabilitas dan
validitasnya.
2. Profesional melaksanakannya seharusnya tidak membuat
kesimpulan kategorik tentang keadaan kesehatan mental.
3. Profesional seharusnya berhati-hati untuk tidak menyesatkan para
konsumen otopsi psikologis dengan terlalu menekankan keyakinan
atas kesimpulannya.
• Wawancara hipnotik dan kognitif digunakan oleh dinas kepolisian
untuk mempertinggi ingatan saksi sehingga ia mampu membuat
laporan yang lebih terperinci.
• Hipnosis ditandai oleh atensi selektif dan penerimaan pasif terhadap
berbagai sugesti yang diberikan oleh penghipnosis.
• Hipnosis memiliki masalah utama:
1. Meskipun wawancara yang dibantu dengan hypnosis dapat
mengungkapkan lebih banyak ingaran, tetapi ingatan-ingatan
tambahan sering tidak akurat.
2. Banyak penelitian menunjukkan subjek terhipnotis memiliki
kemungkinan secara signifikan lebih tinggi untuk menyetujui
berbagai pertanyaan yang menyesatkan dibandingkan dalam
keadan bangun.
• Wawancara kognitif sebagai teknik mempertinggi ingatan yang
berbeda dapat menjadi cara alternatif untuk mengurangi
kemungkinan timbulnya berbagai masalah dengan hipnotis.
• Teknik ini menghindari teknik sugestif dan imajiner yang lazim
ditemukan pada hypnosis. Teknik ini menghindari teknik sugestif dan
imajiner yang lazim ditemukan pada hypnosis.
• Wawancara penganiyaan seksual dan anak-anak teknik wawancara
harus hati-hati, karena sugsetif dan banyak menuntut menimbulkan
laporan tidak akurat dari anak-anak sebagai saksi.
• penggunaan boneka dapat memfasilitasi wawancara pada anak
• Indikator kebohongan digunakan untuk mmebdakan pernyataan jujur
dan bohong.
• Psikologi forensic investigative dapat membantu dalam masalah ini.
Memberikan pernyataan jujur biasanya menimbulkan kecemasan di pihak
orang yang berbohong.
• Peningkatan arousal memunculkan tindakan nonverbal yang terkait
dengan itu misalnya gestur tubuh lebih ekspresif, ekpresi verbal dan
konsekuensi fisiologis (jantung berdetak meningkat).
• Alat deteksi kebohongan  poligraf, Red Technique of Interviewing and
Interrogation, Criteria Bases Conteng Analysis.
• Identifikasi saksi mata  seseorang/ sekelompok orang yang terpapar
menyaksikan suatu peristiwa.
Psikolog Forensik Ajudikatif

• Dalam kasus perilaku kriminal, pengambil keputusannya biasanya juri,


dan putusannya berupa penetapan apakah terdakwa diketahui
melakukan tindakan kejahatan yang didakwakannya.
• Psikologi forensic memberikan kontribusi pada proses ini membeirkan
informasi asesmen kesehatan untuk membantu keputusan hukuman.
Apakah kondisi tersangka dalam keadaan sehat mental/disabilitas
mental/pengaruh hipnotik.
• Asesmen keadaan mental pada saat kejadian  evaluasi psikologi forensic melihat ciri
emosional dan kognitif terdakwa pada saat melakukan tindakan. Ada beberapa keadaan
mental yang dapat mengurangi tanggung jawab terdakwa:
1. Automatism  situasi di mana individu melakukan sebuah tindakan tetapi todak dapat
dianggap bertanggungjawab untuk itu karena keadaan tidak sadar. Contohnya: amnesia,
terhipnosis, tertidur.
2. Diminished capacity  kapasitas mental yang kurang untuk membangun maksud untuk
melakukan suatu tindakan.
3. Character defense  berupaya untuk menunjukkan bahwa terdakwa tidak mungkin
melakukan tindakan yang dimaksud karena tindakan tidak konsisten dengan ciri
kepribadiannya.
4. Affirmative defense  mengacu pada situasi dimana individu bertindak membela diri
setelah diprovokasi atau dibawah paksaan.
5. Substance use  penggunaan subtasi mengurangi tanggung jawab terdakwa atas
berbagai tindakan.
6. Insanity  ketidakwarasan, mengacu pada ketidakmampuan memiliki kapasitas untuk
mengontrol perilaku sendiri.
• Peradilan sipil:
1. Asesmen terhadap cedera atau disabilitas mental  intuk
mengevaluasi cedera mental akibat tindakan seseorang.
2. Evaluasi hak asuh anak  menentapkan orangtua mana yang
mendapatkan hak asuh anak setelah bercerai atau berpisah.
Kepentingan terbaik anak didasarkan pada analisis seksama
terhadap orangtua, anak, dan faktor lingkungan.
Psikolog Forensik Preventif

• Psikologi forensik lazimnya dianggap bersifat reaktif dan merespons


berbagai kejadian setelah keajdian itu terjadi. Misal: kasus
pengemboman, adanya prosedur pemeriksaan penumpang atau tamu di
hotel/bandara.
• Hal lainnya direkomendasi pada penetapan ghukuman pidana dan upaya
rehabilitas guna mencegah perilaku kriminal kedepan degan cara
memberikan edukasi ke public ataupun orang awam dengan berbagai isu.
• Rekomendasi penentapan hukuman  setelah fase ajudikatif, tugas
pengambil keputusan hukum terutama difokuskan pada usaha
mengoreksi situasi yang menimbulkan ajudikatif.

Anda mungkin juga menyukai