Anda di halaman 1dari 29

Agresi dan Kejahatan

Kekerasan
Diana Putri Arini, M.A.,M.Psi.,Psikolog
Agresi
• Agresi merujuk pada perilaku yang tujuannya adalah
menyebabkan cedera/kerugian pada orang lain yang
sebailknya termotivasi untuk menghindari
cedera/kerugian tsb.
• Cedera/kerugian yang tidak sengaja bukan agresi karena
tidak diniatkan.
• Cedera/kerugian yang merupakan produk sampingan
dari tindakan menolong juga bukan agresi karena orang
yang menyebabkan kerugian/cedera dpercaya bahwa
targetnya tidak termotivasi untuk menghindari tindakan.
Ex: kesakitan karena pemeriksaan gigi.
• Semua kekerasan adalah agresi, tapi agresi belum tentu
melibatkan kekerasan. Kekerasan dan agresi belum
tentu kejahatan.
Agresi
Afektif
• Agresi afektif disebut juga agresi permusuhan sifatnya
impulsif atau tidak dipikirkan atau didorong oleh
amarah. Tujuannya adalah menyakiti target.
• Tipe agresi sering disebut sebagai agresi dengan
kekerasan atau agresi reaktif. Agresi ini impulsif dan
biasanya terjadi secepat kilat karena marah. Tetapi
kadang-kadang kemarahan ini seketika diekspresikan
namun ditunda, hal ini disebut ‘sentiment’ perasaan
marah terhadap orang lain pada waktunya
ditransformasikan menjadi sentiment kebencian, yang
hidup lebih lama daripada kemarahannya.
Agresi
Instrumental
• Agresi instrumental adalah cara yang sudah direncanakan sebelumnya
untuk memperoleh sasaran tertentu selain menyakiti korban.
• Tipe agresi ini sekedar untuk mencapai tujuan lain.
• Riset Stanley Milgram kepatuhan terhadap pihak yang
dipersepsikan memiliki otoritas juga dapat menjadi katalis kuat untuk
agresi instrumental terhadap seorang korban yang tak berdosa.
• Agresi afektif dan instrumental tidak sama satu salain, beberapa
tindakan afektif dan agresif terkesan sama seperti kasus perampokan.
Pada kasus perampokan tujuan utmanya adalah berbasis mencari
keuntungan dan penyerangan berbasis kesakitan.
• hasil eksperimen Milgram
mengungkapkan mayoritas peserta
(65-75%) dalam risetnya patuh
melaksanakan tugas hingga tingkat
setruman maksimum.
• Hasil riset  kuatnya pengaruh
kepatuhan terhadap perilaku
seseorang. Seseorang bisa dengan
amat patuh menjalankan perintah
meski itu bertentangan dengan akal
sehat dan nurani.
Teori Penyebab Agresi

1. Teori Biologis
• Teori biologi awalnya memfokuskan pada konsitusi tubuh, keturunan
dan kecerdasan. Pada abad ke 18, peneliti menerapkan teknik
fisiognomi (kajian ciri-ciri wajah) dan frenologi (tonjolan kepala)
• Ernest Kretchmer & Willian Sheldon berusaha menggunakan
somatotyping untuk memahami kriminalitas didalam penelitian
tengan faktor biologis, psokologis, sosial yang membedakan remaja
nakal dan tidak nakal. Juga upaya untuk mengaitkan agresi dengan
faktor seperti alergi makanan, hormon, gula, lampu neon, paparan
timbal dan pencemaran lingkungan namun tidak satupun teorinya
mencapai kesuksesan besar.
• Hormon androgenic seperti testoteron dan kortisol mungkin berperdan
di dalam predisposisi biologis untuk perilaku antisosial. Riset tahun
1960 mengklaim bahwa narapidana memiliki kecenderungan memiliki
sindrom XYY. Peneliti percaya pria dengan super males cenderung
melakukan kekerasan karena adanya esktra Y.
• Penelitian lanjutan tidak mendukung adanya super males tapi
menunjukkan pria XYY memiliki risiko memiliki perilaku seperti
hiperativitas, tamper tantrum selama masa kanak-kanak , disabilitas
belajar dan sulit beradaptasi di situasi yang penuh tekanan.
• Hormon serotonin terimpolikasi dalam agresi begitupula struktur otak
yaitu sistem limbic.
2. Teori Etologis
• etolog adalah kajian khusus terhadap perilaku hewan.
• Etolog memiliki minat khusus di bidang perilaku yang terprorgam secara genetic
atai insting. Asal muasal etolog dapat dilacak balik ke Charles Darwin mengenai
kajiannya terhadap gerakan manusia dan hewan.
• Menurut Darwin, program perilaku dapat diprediksi diwarisi oleh binatang dari
orangtuanya, dan berbagai porsi program itu terbuka terhadap seleksi dan modifikasi
alam. Jadi perilaku ini adalah adaptasi filogenetik yang memiliki riwayat evolusioner.
• Menurut Konrad Lorenz model hidraulik sebagai penjelasan instingtif. Ekspresi
pola tindakan bergantung pada akumulasi energi. Agresi sebagai insting berkelahi
pada binatang dan manusia yang diarahkan pada spesien yang sama.
• Namun penelitian empiric tidak mendukung banyak formulasi teoritik Lorenz
tentang agresi yaitu agresi manusia berevolusi dari respons pertahanan komunal
nenek moyang pra manusia.
3. Teori Behavioral dan Teori Belajar Sosial
• John Dollard  hipotesis frustasi agresi,
frustasi timbul ketika keadaan lingkungan
menganggu respon tujuan yang diinginkan.
Beberapa situasi, frustasi dapat meningkatkan
kemungkinan agresi.
• Peristiwa aversif seperti frustasi, provokasi
suara keras, suhu udara tidak nyaman dan bau
tidak menyenangkan menghasilkan afek negatif.
Afek negatif menstimulasi berbagai macam
pikiran, ingatan, reaksi motoric ekspresif dan
respon fisiologis yang diasosiasikan dengan
kecenderungan melawan dan menghindar.
• 4 hal sumber penting ketegangan: Adanya
stimuli negatif ; ditidakanannya stimuli positif;
persepsi ketidakadilan; kegagalan untuk
mencapai tujuan yang didamba.
• Teori belajar sosial tentang agresi muncul di tahun 1960-an
menekankan pada diperoleh dan terpeliharanya kecenderungan
respon agresif melalui observasi, modelling dan reinforcement.
• Albert Bandura percata bahwa agresi yang diberi reinforcement
oleh anggota keluarga adalah sumber modelling perilaku yang
paling menonjol dan bahwa anak menggunakan taktik agresif
yang sama yang diperlihatkan orangtuanya ketika menghadapi
orang lain.
• Anak belajar bertingkah agresif ketika mereka menggunakan
tindakan agresif orang dewasa, khususnya keluarga sebagai
model. TV juga menyediakan sumber modelling perilaku.
Contoh: tingkah pembunuhan meningkat setelah pertarungan
tinju kelas berat, dan John Hinckley mencoba membunuh
presiden Reagan setekah 15 kali menonton film taxi.
4. Teori-teori Kepribadian
• Orang-orang dengan keadaan emosi negatif atau
distress psikologis seperti kecemasan depresi
cenderung tidak mempercayai, berlawanan,
menyerang dan menghukum orang lain.
• Mereka juga cenderung dingin secara emosional,
jauh secara interpersonal dan mengungkapkan
permusuhan antagonistic.
• Carl Jung self esteem terlalu tinggi menghasilkan
agresi atau tidak stabil rentang untuk marah dan
sangat agresif ketika citra dirinya terancam.
• Individu yang memiliki perasaan harga diri (self-
worth) yang terlalu tinggi tanpa keyakinan kuat
yang mendukung perasaan superioritasnya sering
disebut ‘narsistik’.
4. Gangguan Kepribadian
• Gangguan kepribadian menurut DSM V adalah pola menetap
pengalaman batin dan perilaku yang berbeda secara nyata dengan
harapan budaya individu, bersifat prevasif tidak fleksibel, memiliki
onset di masa remaja atau masa dewasa awal, stabil dari waktu ke
waktu dan mengakibatkan distress atau hendaya.
• Gangguan Kepribadian Narsistik memiliki ciri-ciri perasaan memiliki
hak, membesar-besarkan kemampuan atau pencapaian, tidak
memiliki empati, mengeksploitasi orang lain, iri hati, arogan. Adanya
keinginan besar untuk dikagumi orang lain. Bentuk agresinya sangat
menonjol pada penganiyaan verbal tau psikologis ketika talenta yang
menurut persepsinya istimewa tidak diapresiasikan.
• Erich Fromm  bored character melakukan tindakan agresi,
kekerasanan dap pengerusakan disebabkan mengisi kekosongan
psikologis.
5. Pengendalian Impuls dan Regulasi Suasana Perasaan
• Kemampuan untuk mengendalikan dan meregulasi impuls, emosi,
keinginan dan perilaku lain adalah ciri penting dan adaptif dimiliki
seseorang.
• Kekurangan perilaku kontrol berkaitan pada masalah personal, missal:
masalah kekerasan, adiksi, kejahatan dan obsesitas.
• Hendaya emosional bekerja melawan pengendalian impuls biasa, karena
hendaya mendorong fokus jangka pendek, sementara impuls
membutuhkan jangka panjang. banyak riset menunjukkan regulasi diri
cenderung menurun selama periode hendaya emosional. Ex: Orang
dengan obsitas cenderung melaporkan makan ketika cemas dan depresi.
• Hendaya emosional berkontribusi pada perilaku minum minuman keras
karena alkohol diyakini secara luas dapat mengurangi kecemasan dan
memperbaiki suasana perasaan.
• Pengendalian impuls biasanya melibatkan menahan
keinginan akan sesuatu yang diharapkan
membuatnya merasa senang. Dengan berbagai
cara, hendaya emosional meniginkan perasaan
yang lebih baik, sehingga desakan untuk bertindak
impulsif terjadi.
• Dalam jangka pendek, orang mungkin menikmati
menghindari dari hendaya emosional dengan
menuruti dorongan mereka seperti mengkonsumsi
alkohol atau bertindak agresif. Keuntungan
temprorer lebih kecil dibandingkan hasilnya
misalnya adiksi, ditahan pihak berwajib.
6. Alkohol dan Obat-obatan
• Banyak penelitian menunjukkan kaitan antara konsumsi alkohol dan
perilaku agresif. Rozen menemukan bahwa sampai dengan 86%
pelaku pembunuhan, 37% pelaku penyerangan, 60% pelaku
penyerangan seksual, sampai dengan 57% pria dan 27% wanita yang
terlibat kekerasan dalam pernikahan dan 13% penganiaya anak
telah mengonsumsi alkohol sebelum melakukan serangan.
• Riset menunjukkan alkohol dapat mendorong agresi atau kekerasan
dengan menganggu fungsi normal otak. Disinhibition hypothesis 
alkohol melemahkan mekanisme otak yang normalnya menahan
perilaku impusif, termasuk agresi yang tidak ditempatnya.
• Perubahan neurokomiawi diinduksi obat dengan berkembangnya
atau terlihat perilaku agresi.
Kejahatan Kekerasan
1. Homicide
• Merupakan pembunuhan manusia yang disebabkan mansuia lain. homicide
sendiri adalah istilah netral dan tidak menyiratkan kriminalitas.
• Elemen homicide :
a. Homicide harus ada life in being, artinya harus ada manusia yang lahir hidup
dan masih hidup pada saat homicide terjadi. Misal: statua aborsi  pro dan
kontra. Didalam trisemester ketiga kehamilan, penghentian merupakan
feticide atau aborsi, namun bukan homicide kecuali jika bayi hidip di dalam
upaya menghentikan eksistensinya sebagai janin kemudian meninggal.
b. Bahwa kematian manusia disebabkan oleh orang lain. Disamping itu
tindakan manusia lain menjadi penyebab tungga kematian atau penyebab
substannsial kongruen. Contoh: Kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan
kematian.
2. Murder
• muder dalah pembunuhan manusia secara melanggar hukum yang
dilakukan kedengkian (malice). Istilah malice tidak menyiratkan
maksud jahat terhadap korban secara khusus, tetapi perbuatan salah
dan sengaja bersifat umum tanpa penyebab atau dalih sah menurut
hukum.
•Sehingga kejahatan memiliki dua komponen:
a. Actus rectus  bagian fisik atau eksternal kejahatan
b. mens rea  kandungan mental atau internal. Mens rea atau
‘niat’ untuk membunuh kadang-kadang sulit ditetpakan.
3. Felony Murder
• Felony murder adalah ketika kematian terjadi selama
proses sebuah kejahatan berat, maka murder telah
dilakukan. Kejahatan berat yang paling lazim
memunculkan felony murder adalah pemerkosaan,
penganiayaan, penculikan, perampokan, pembakaran
sodomi.
• Perbuatan atau usaha berbuat kejahatan berat harus
menjadi penyebab langsung kematian. Contoh : kasus
perampokan Pulomas yang menyebabkan 6 orang
tewas.
Derajat Pembunuhan
1. Pembunuhan Tingkat Pertama.
• Menurut KUHP pasal 340  pembunuhan terencana adalah "Barang siapa
sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain,
diancam karena pembunuhan dengan rencana (moord), dengan pidana mati
atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama
dua puluh tahun.“
• Pembunuhan berencana mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
Unsur Subyektif:
a. Dengan sengaja
b. Dengan rencana terlebih dahulu
• Unsur Obyektif
a. Perbuatan: menghilangkan nyawa.
b. Obyeknya: nyawa orang lain
Fakta-fakta yang menetapkan pembunuhan terencana:
1. Terdakwa sudah memiliki senjata pembuhannya
2. Pendekatan kepada korban dilakukan secara diam-diam.
3. Ancaman sudah dilakukan sebelumnya oleh terdakwa untuk
melakukan kekerasan terhadap korban.
4. Sengaja melukai bagian vital pada tubuh korban.
2. Pembunuhan tingkat kedua
• KUHP pasal 359 berbunyi Barang siapa karena kesalahannya
(kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling
lama satu tahun.
•pembunuhan tidak disengaja adalah pembunuhan yang dilakukan
dengan tidak disengaja dan merupakan bentuk kejahatan yang
akibatnya tidak dikehendaki oleh pelaku, karna kelalaian pelaku
dari perbuatan tersebut timbul suatu akibat yang dikategorikan
sebagai tindak pidana.
Unsur Pembunuhan tidak terencana:
a. Kurangnya hati-hati dalam bertindak
b. Adanya unsur kelalaian
c. Adanya perbuatan yang mengakibatkan matinya korban.
MANSLAUGHT
ER
• VOLUNTARY MANSLAUGHTER berupa pembunuhan
yang disengaja dalam situasi yang meringankan, tetapi
tidak menjastifikasi atau memaklumi pebunuhannya.
Elemen niat jahat hampir tidak ada.
• Tipe paling lazim voluntary manslaughter melibatkan
pembunuhan yang disengaja terhadap orang lain dalam
keadaan heat of passion (keadaan pikiran yang tidak
terkontrol karena diprovokasi), provokasi begitu kuat
yang menyebabkan seseorang kehilangan pengendalian
normalnya.
Tiga syarat yang harus dipenuhi untuk menurunkan derajat pembunuhan
yang disengaja dari murder ke voluntary manslaughter dengan alasan
provokasi:
1. Harus ada provokasi yang adekuat secara umum.
2. Pembunuhan tersebut harus dalam kondisi heat of passion. Artinya
pembunuhan tersebut harus mengikuti provokasi sebelum ada
kesempatan yang masuk akal untuk membuat heat of passion itu
dingin dan sebelum emosi kuat si pembunuh, pada kenyataannya
dingin.
3. harus ada hubungan sebab-akibat antara provokasi, heat of passion
dan tindakan fatal.
• beberapa situasi yang memunculkan voluntary manslaughter adalah
upaya pemukulan, saling menyerang, dilakukannya kejahatan terhadap
keluarga dekat, memergoki pasangan berselingkuh dan penaganan yang
salah atau tidak sah.
• INVOLUNTARY MANSLAUGHTER adalah pembunuhan yang tidak disengaha
yang dilakukan tanpa niat jahat, tidak dijustifikasi ataupun dimaklumi.
• Tipe utamanya adalah criminal negligence dan unlawful act manslaughter.
• Criminal negligence manslaughter (pembunuhan akibat kelalaian pidana)
adalah perbuatan yang melibatkan risiko kematian atau cedera serius yang
tinggi. Beberapa skenorionya adalah:
1. Seorang pekemah meninggalkan api unggun yang masih menyala,
kemudian membakar habis sebuah rumah yang menyebabkan kematian
bagi penghuninya.
2. Seseorang dalam kondisi mabuk mengemudi mobil dengan kecepatan
tinggi di jalanan yang padat dan membunuh penjalan kaki.
3. Penanggung jawab klub malam membiarkan terjadinya kerumunan
namun tidak menyediakan pintu darurat kebakaran seperti umumnya.
Ketika terjadi kebakaran dan orang-orang tidak bisa keluar akibat
pelanggaran tersebut yang mengakibatkan kematian.
Pembunuhan yang bukan dianggap Kejahatan

1. Justiable Homicide
• Pembunuhan yang diperintahkan atau diotorisasi oleh
undang-undang/hukum. Situasinya termasuk membela diri, membela
orang lain, membela tempat tinggal dan membunuh di bawah perintah
otoritas public atau selama penahanan dalam rangka mencegah pelarian
diri, atau mencegah kejahatan.
• Contoh: Tentara yang membunuh dalam rangka tugas atau polisi yang
menembak mati pelaku kejahatan.
• Prasyarat utama justiable homicide adalah penggunaan kekuatan
mematikan adalah untuk membela diri dalam arti bahwa terdakwa harus
secara masuk akal percaya dia dalam bahaya kematian atau cedera tubuh
yang mengakibatkan harus melakukan tindakan pembelaan.
• Syarat kedua adalah ancaman bahaya itu dekat. Jika bahaya masih
lama datangnya, maka mungkin ada cara lain mengindarinya dan
kekuatan mematikan tidak diotorisasi.
• Contoh kasus: brigadir sumsel yang menembak berkali-kali mobil yang
melanggar saat razia didakwa 5 tahun penjara tidak bisa menjadikan
alasan justiable homicide. Refrensi:
https://www.liputan6.com/regional/read/2928412/alasan-brigadir-k-
hujani-peluru-ke-mobil-korban-razia-berdarah
2. EXCUSABLE HOMICIDES
• Adalah pembunuhan yang tidak dapat dilekati kesalahan pidana
oleh undang-undang. Meskipun pembelaan ini memaklumi
pembunhan, tetapi bukan justifikasi untuknya.
• Pembugan yang dapat ‘dimaklumi’ termasuk pembunuhan
dibawah paksaan, keharusan, intoksikasi diluar kemauan,
kesalahan undang-undang, usia anak, atau
inkapasitas/ketidakmampuan individu yang disebabkan
ketidawarasan.

Anda mungkin juga menyukai