Anda di halaman 1dari 21

BAB II

Tinjauan Teori

A. Anatomi dan Fisiologi Peryarafan

Menurut Caerpenito dalam Shanti (2011) struktur otak yang mungkin mengalami
gangguan pada kasus harga diri rendah kronis adalah:

a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri rendah
yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus
menerus.
b. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien
dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari
perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan
perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan
tersebut.
c. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur araus informasi
sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan di korteks.
Kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus
ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga
menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negatif yang ada selalu mendominasi
pikiran dari klien.
d. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

B. Konsep Perilaku Kekerasan

1. Pengertian

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993). Berdasarkan
definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara
verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah tidak harus memiliki tujuan khusus.
Marah lebih menunjuk kepada suatu perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya
disebut dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993).

Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap


kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Ekspresi marah yang segera
karena sesuatu penyebab adalh wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural
ekspresi marah tidak diperbolehkan. Oleh karena itu marah sering diekspresikan secara tidak
langsung.

Sedangkan menurut Depker RI, Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
penyakit jiwa, Jilid III Edisi I, halaman 52 tahun 1996 : “Marah adalah pengalaman emosi
yang kuat dari individu di mana hasil/tujuan yang harus dicapai terhambat”.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan
mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
konstruktif pada waktu terjadi akan melegakkan dan membantu orang lain untuk mengerti
perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula mengetahui tentang respons
kemarahan seseorang dan fungsi positf marah.

2. Penyebab

Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak enak,
cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan akan status dan
prestise yang tidak terpenuhi :

1. Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan/keinginan yang


diharapkannyamenyebabkan ia menjadi frustsi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika ia
tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan cara lain tanpa mengendalikan orang
lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan kekerasan.
2. Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama
untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin
akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas marah, dan
sebagainya.
3. Kebutuhan akan status prestise : manusia pada umumnya mempunyai keinginan untuk
mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.

Faktor Predisposisi

a. Teori Biologik
1. Fktor neurologis, beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinaps,
neurotransmitter, dendrit, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan memengaruhi sifat agresif. Sistem
limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon
agresif.
2. Faktor genetik, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi
perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat
potensi agresif yang sedang tidur dan akan bengun jika terstimulasi oleh faktor
eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karyo-type XYY, Pada aumumnya dimiliki oleh
penghuni pelaku tindak kriminal serta orang- orang yang tersangkut hukum akibat
perilaku agresif.
3. Irama sirkadian tubuh, memegang peranan pada individu. Menurut penelitian pada jam-
jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortosol terutama pada jam-jam sibuk
seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan
jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untuk bersikap agresif.
4. Faktor biokimia tubuh, seperti neurotransmitter di otak (epinepherin, neropinephrin,
dopamin, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam penyampaian informasi
melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya stimulasi dari luar tubuh yang dianggap
mengancam atau membahayakan akan dihantar melalui impuls neurotransmitter ke
otak dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan hormon androgen dan
neropinephrin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan serobrospinal vertebra
dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku agresif.
5. Brain Area disorder, gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom otak
organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensefalitis, epilepsi ditemukan sangat
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
b. Teori Psikologik
1. Teori Psikoanalisa

Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwaayat tumbuh kembang


seseorang (life span hystori). Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasan fase
oral antara usia 0-2 tahun di mana anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan
air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah
dewasa sebagai kompensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak
terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupkan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga
diri pelaku tindak kekerasan.

2. Imitation, modeling, and information processing theory

Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang
menolelir kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media atau
lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam suatu
penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan pemukulan pada
boneka dengan reward positif ( makin keras pukulannya akan diberi coklat). Setelah
anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai
dengan tontonan yang pernah dilaminya,

3. Learning theory

Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan


terdekatnya. Ia mengamati bagaiman respons ayah saatt menerima kekecewaan dan
mengamati bagaimana respons ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan agresivitas
lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi dan menganggap bahwa
dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan.

c. Teori Sosiokultural

Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, sesaji atau
kotoran kerbau di keraton, serta ritual-ritual yang cenderung mengarah pada
kemusyrikan secara tidak langsung turut memupuk sikap agresif dan ingin menang
sendir. Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima perilaku
kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat merupakan faktor
predisposisi terjadinya perilaku kekeasan. Hal ini dipicu juga dengan maraknya
demonstrasi, film-film kekerasan, mistik, tahayul dan perdukunan (santet, teluh) dalam
tayangan televisi.

d. Aspek Religiusitas

Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas merupakan dorongan dan


bisikan syetan yang sangat menyukai kerusakan agar manusia menyesal (devil support).
Semua bentuk kekerasan adalah bisikan syetan melalui pembuluh darah ke jantung, otak
dan organ vital manusia lain yang dituruti manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa
kebutuhan dirinya terancam dan harus segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal (ego)
dan norma agama (super ego).

Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan :

1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah
konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan
konflik.
4. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan menempatkan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak
mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, perubahan tahap perkembangan keluarga.

3.Rentang respon marah

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif.


Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997, hal 6)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan

Gambar 2.1 Rentang Respon

1) Asertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2) Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan.
Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman
tersebut dapat menimbulkan kemarahan.
3) Pasif adalah respons di mana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang
dialami.
4) Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia
berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentinag
sendiri dan mngharapkan pelakuan yang sama dari orang lain.
5) Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan ontrol
diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap
orang lain.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Yosep (2009) adalah sebagai
berikut :
a. Fisik
1. Muka merah dan tegang
2. Mata melotot/ pandangan tajam
3. Tangan mengepal
4. Rahang mengatup
5. Postur tubuh kaku
6. Jalan mondar-mandir
b. Verbal
1. Bicara kasar
2. Suara tinggi, membentak atau berteriak
3. Mengancam secara verbal atau fisik
4. Mengumpat dengan kata-kata kotor
5. Suara keras
6. Ketus
c. Perilaku
1. Melempar atau memukul benda/orang lain
2. Menyerang orang lain
3. Melukai diri sendiri/orang lain
4. Merusak lingkungan
5. Mengamuk/agresif
d. Emosi
1. Tidak adekuat
2. Tidak aman dan nyaman
3. Rasa terganggu
4. Dendam dan jengkel
5. Tidak berdaya
6. Bermusuhan
7. Mengamuk
8. Ingin berkelahi
9. Menyalahkan dan menuntut.
e. Intelektual
1. Mendominasi
2. Cerewet
3. Kasar
4. Berdebat
5. Meremehkan
6. Sarkasme
f. Spiritual
1. Merasa diri berkuasa
2. Merasa diri benar
3. Mengkritik pendapat orang lain
4. Menyinggung perasaan orang lain
5. Tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
1. Menarik diri
2. Pengasingan
3. Penolakan
4. Kekerasan
5. Ejekan
6. Sindiran.
h. Perhatian
1. Bolos
2. Mencuri
3. Melarikan diri
4. Penyimpangan seksual.

5. Pohon Masalah

Perilaku Kekerasan

Regimen terapeutik Harga diri rendah Peubahan Persepsi


interaktif kronis Sensori : Halusinasi

Koping keluarga Berduka disfungsional Isolasi social : menarik diri


tidak efektif
6. Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa mengamuk ada 2 yaitu
:
a. Medis
1. Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososial.
2. Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan perilaku merusak diri.
3. Thrihexiphenidil, yaitu mengontrol perilaku merusak diri dan menenangkan
hiperaktivitas.
4. ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah pada
keadaan amuk.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Psikoterapeutik
2. Lingkungan terapeutik
3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
4. Pendidikan kesehatan

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Klien Perilaku Kekerasan


1.Pengkajian
Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
No. Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji
1. Resiko Mencederai Diri, Ds :
Orang Lain dan  Klien mengatakan benci atau kesal
Lingkungan pada seseorang.
 Klien suka membentak dan
menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau
gangguan jiwa lainnya.

Do :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
 Ekspresi marah saat membicarakan
orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar
barang-barang.
2. Perilaku Kekerasan Ds :
 Klien mengatakan benci atau kesal
pada seseorang.
 Klien suka membentak dan
menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal
atau marah.
 Riwayat perilaku kekerasan atau
gangguan jiwa lainnya.

Do :
 Mata merah, wajah agak merah.
 Nada suara tinggi dan keras, bicara
menguasai.
 Ekspresi marah saat membicarakan
orang, pandangan tajam.
 Merusak dan melempar
barang-barang.
3. Gangguan Konsep Diri : Ds :
Harga Diri Rendah  Klien mengatakan: saya tidak
mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Do :
 Klien tampak lebih suka sendiri,
bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin
mencederai diri/ ingin mengakhiri
hidup.

2. Diagnosa Keperawatan
Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan masalah
utama perilaku kekerasan menurut Carpenito (2008), sebagai berikut :
a. Perilaku Kekerasan
b. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa 1 : Perilaku Kekerasan
Tujuan Umum : Klien mampu mengontrol perilaku kekerasan secara
mandiri
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya
a) Beri salam setiap berinteraksi
b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan
c) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
d) Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
e) Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
f) Buat kontrak interaksi yang jelas
g) Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapkan perasaan klien
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya
Intervensi :
1. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya :
a) Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya
b) Dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan
klien
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.
Intervensi :
1. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya :
a) Motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi
b) Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya saat terjadi perilaku kekerasan
c) Motivasi klien menceritakan kondisi psikologi saat terjadi perilaku kekerasan
d) Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi
perilaku kekerasan
d. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini :
a) Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini
pernah dilakukannya
b) Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan tersebut
terjadi
c) Diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan yang dilakukannya masalah
yang dialaminya teratasi
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada :
a) Diri sendiri
b) Orang lain/ keluarga
c) Lingkungan
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien :
a) Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat
b) Jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain
perilaku kekerasan yang diketahui klien
c) Jelaskan cara-cara sehat untuk :
1) Cara fisik : napas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga
2) Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain
3) Sosial : latihan asertif dengan orang lain
4) Spiritual : sembahyang/ do’a, zikir, mediasi, dsb sesuai keyakinan masing-
masing
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
Intervensi :
1. Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih cara yang
mungkin untuk mengungkapkan kemarahan
2. Latih klien memperagakan cara yang dipilih
a) Peragakan cara melaksanakan cara yang dipilih
b) Jelaskan manfaat cara tersebut
c) Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan
d) Beri pengamatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna
3. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/ jengkel
h. Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan
Intervensi :
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk
mengatasi perilaku kekerasan
2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan
3. Jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan
yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
4. Peragakan cara merawat klien (menangani perilaku kekerasan)
5. Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang
6. Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan
7. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan
i. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan
Intervensi :
1. Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak
menggunakan obat
2. Jelaskan kepada klien :
a) Jenis obat (nama, warna dan bentuk obat)
b) Dosis yang tepat untuk klien
c) Waktu pemakaian
d) Efek yang akan dirasakan klien
3. Anjurkan klien :
a) Minta dan menggunakan obat tepat waktu
b) Lapor kepada perawat/ dokter jika mengalami efek yang tidak biasa
c) Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Pasien Keluarga
Pasien Keluarga

SP I p SP I k
1. Mengidentifikasi penyebab PK 1. Mendiskusikan
2. Mengidentifikasi tanda gejala PK masalah yang
3. Mengidentifikasi PK yang dilkukan dirasakan keluarga
4. Mengidentifikasi akibat PK dalam merawat
5. Menyebutkan cara mengontrol PK pasien
6. Membantu pasien mempraktikkan latihan 2. Menjelaskan
cara mengontrol PK pengertian PK,
7. Menganjurkan pasien memasukkan dalam tanda gejala serta
kegiatan harian proses tejadinya PK
3. Menjelaskan cara
merawat pasien
dengan PK

SP II k
SP II p 1. Melatih keluarga
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian mempraktikkan
pesien cara merawat
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara pasien dengan PK
fisik II 2. Melatih keluarga
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam melakukan cara
kegiatan harian merawat langsung
kepada pasien PK
SP III k
SP III p 1. Membantu
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian keluarga membuat
pasien jadwal aktivitas di
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan rumah termasuk
cara verbal minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam 2. Menjelaskan follow
jadwal kegiatan harian up pasien setelah
pulang

SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara
spiritual
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

SP V p
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK dengan
minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

Diagnosa 2 : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non-verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukan sikap simpati dan menerima apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi :
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dan buat daftarnya
jika klien tidak mampu mengidentifikasi maka dimulai oleh perawat untuk
memberi pujian pada aspek positif yang dimiliki klien
2. Setiap bertemu hindarkan memberi penilaian negatif
3. Utamakan memberi pujian yang realitas
c. Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan
Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat dilaksanakan selama sakit
2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya
d. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
Intervensi :
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
a) Kegiatan mandiri
b) Kegiatan dengan bantuan sebagian
c) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
e. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuannya
Intervensi :
1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2. Beri pujian atas keberhasilan klien
3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan setelah pulang
f. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Intervensi :
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga
diri rendah
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Pasien Keluarga
Pasien Keluarga

SP I p SP I k
1. Mengidentifikasi kemampuan dan 1. Mendiskusikan masalah
aspek positif yang dimiliki pasien yang dirasakan keluarga
2. Membantu pasien menilai dalam merawat pasien
kemampuan pasien yang masih dapat 2. Menjelaskan pengertian,
digunakan tanda gejala harga diri
3. Membantu pasien memilih kegiatan rendah yang dialami
yang akan dilatih sesuai dengan pasien beserta proses
kemampuan pasien terjadinya
4. Melatih pasien sesuai dengan 3. Menjelaskan cara-cara
kemampuan yang dipilih merawat pasien harga diri
5. Memberikan pujian yang wajar rendah
terhadap keberhasilan klien
6. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

SP II p SP II k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga
pasien mempraktekkan cara
2. Melatih kemampuan kedua merawat pasien dengan
3. Menganjurkan pasien memasukkan harga diri rendah
ke dalam jadwal kegiatan harian 2. Melatih keluarga
melakukan cara merawat
langsung kepada pasien
harga diri rendah
SP III k
1. Membantu keluarga
membuat jadwal
aktivitas di rumah
termasuk minum obat
2. Menjelaskan follow up
pasien setelah pulang

4.Evaluasi
Setelah melakukan implementasi atau tindakan keperawatan maka langkah
selanjutnya dalam proses keperawatan adalah evaluasi. Evaluasi dilaksanakan dengan
penggunaan pendekatan SOAP menurut Keliat (2005) sebagai berikut:
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A : analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
maasih tetap atau muncul masalah baru dan apabila ada data yang kontra indikaasi dengan
masalah yang ada
P : Perencanaa atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
KATA PENGANTAR
Dengan puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan
laporan Studi kasus.
Studi kasus ini diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
Pendidikan Ahi Madya Keperawatan program diploma 3 di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Intan Martapura.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1.Ibu Zubaidah, SST,S.Kep., MPH, selaku direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Intan
Martapura.
2.Ibu Yohana Agustina S.Kep.Ns., M.Kep dan Ibu Devi Khairina, S.Kep.Ns., M.Kep selaku
dosen penguji 1 dan penguji 2 yang telah memberikan kritik daan saran yang berguna untuk
perbaikan Studi kasus ini.
3.Seluruh dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Intan Martapura.
4.Kepada Tn. MEP, atas kesediaan dalam memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan
pengkajian dan perawatan.
5.Kedua orang tua yang tercinta, kakak-adikku tersayang dan seluruh keluarga besarku,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Studi kasus inni.
6.Teman-teman mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Intan Martapura Angkatan dan
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu dalam penyusunan
Studi kasus.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas segala amal yang telah diberikan. Amin
Ya Rabbal Alamin.
Penulis menyadari dalam penyusunan Studi Kasus ini masih banyak terdapat
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan penulisan Studi Kasus ini, sehingga dapat dilanjutkan untuk melaksanakan
penelitian.

Martapura, September 2019


Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL............................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN STUDI KASUS.........................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................
DAFTAR TABEL...................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Manfaat Penulisan...................................................................................
C. Batasan Masalah......................................................................................
D. Tujuan .....................................................................................................
1.Tujuan Umum.......................................................................................
2.Tujuan Khusus......................................................................................
E.Metode Pengumpulan Data........................................................................

BAB II. TINJAUAN TEORITIS


A. Anatomi dan Fisiologi Persyarafan..........................................................
B. Konsep Perilaku Kekerasan.....................................................................
1.Pengertian.............................................................................................
2.Penyebab..............................................................................................
3.Tanda dan Gejala..................................................................................
4.Proses Marah........................................................................................
5.Gejala Marah........................................................................................
6.Perilaku.................................................................................................
7.Mekanisme Koping..............................................................................
8.Penatalaksanaan...................................................................................
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Klien Perilaku Kekerasan.......
1.Pengkajian .............................................................................................
2.Diagnosa Keperawatan..........................................................................
3.Rencana Tindakan Keperawatan.............................................................
4.Evaluasi..................................................................................................

BAB III. STUDI KASUS


A. Pengkajian..................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................
C. Intervensi Keperawatan dan Rasional.........................................................
D. Implementasi..............................................................................................
E. Catatan Perkembangan................................................................................

BAB IV. PEMBAHASAN


A. Pengkajian...................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan................................................................................
C. Intervensi Keperawatan dan Rasional.........................................................
D. Implementasi...............................................................................................
E. Evaluasi.......................................................................................................

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Jadwal Kegiatan Tn. MEP di Ruang RSJ Sambang Lihum Banjarmasin
tahun 2019
Lampiran 2. Lembar Permohonan Uji Laporan Studi Kasus
Lampiran 3. Lembar Pernyataan siap ujian sidang Lisan Komprehensif
Lampiran 4. Lembar Pendaftaran
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Perbaikan Studi Kasus

Anda mungkin juga menyukai