PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
2. Penyebab
a) Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan
adalah:
1) Teori Biologis
a. Neurologic factor
Beragam komponen dari sistem saraf seperti sinap, neurotransmitter,
dendrit, akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat
rangsangan dan pesan-pesan yang akan mempengaruhi sifat agresif.
b. Genetic factor
Adanya faktor genetik yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif menurut reset kazuo murakami (2007) manusia
terdapat donmant (potensi) agresif yang sedang tidur akan bangun jika
stimulasi oleh faktor eksternal.
c. Cycardian rhytm
(Irama sirkadian tubuh) memegang peranan pada individu. Menurut
penelitian pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan
menjelang berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan 13. Pada jam tertentu
orang lebih muda tersimulasi untuk bersikap agresif.
d. Biochemistry factor
(Faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmiter di otak (epineprin,
norepineprin, dopamin, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam
penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya
stimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan
akan dihantar melalui impuls neuron transmitter ke otak dan merespon
melalui serabut efferent. Peningkatan hormon androgen dan norepineprint
serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebrospianal vertebrata
dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku agresif.
e. Brain area disorder
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindroma otak
organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan
sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.
2) Teori Psikologis
a. Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang (Life span history). Teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun di mana anak tidak mendapat
kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung
mengembangkan sikap agresif dan permusuhan setelah dewasa sebagai
kompensasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak
terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Perilaku agresif
dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan.
b. Imitation, modeling, and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang kekerasan. Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru
dari media atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku
tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk
menonton tayangan pemukulan pada boneka dengan reward positif pula
(makin keras pukulannya akan diberi coklat), anak lain menonton tayangan
cara mengasihi dan mencium boneka tersebut dengan reward positive pula
(makin baik pelayannya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar
dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai dengan
tontonan yang pernah dialaminya.
c. Learning theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat
menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah. Ia
juga belajar bahwa agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya,
menanggapi, Dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk
diperhitungkan
d. Psikologis
3) Teori Sosiokultural
Dalam budaya tertentu sepert rebutan berkah, rebutan uang receh, sesaji
atau kotoran kerbau di keratin, serta ritual-ritual yang cenderung mengarah
pada kemusyriakn tidak langsung turut memupuk sikap agresif dan ingin
menang sendiri. Control masyarakat yang rendah dan kecenderngan menerima
perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaian masalah dalam masyarakat
merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasanan. Hal ini dipicu
juga dengan maraknya demonstrasi, mistik, tahayul, dan perdukunan, film-film
kekerasan (santet, teluh ) dalam tayangan televisi.
4) Aspek Religiusitas
b) Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku
kekerasan seringkali berkaitan dengan:
1. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal
dan sebagainya.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. Kesulitan dalam mengonsumsikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4. Ketidaksiapan ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting kehilangan pekerjaan perubahan
tahap perkembangan keluarga.
c) Penilaian Terhadap Stressor
Penilaian terhadap stressor melibatkan makna dan pemahaman dampak dari
situasi stres bagi individu, itu mencakup kognitif, efektif, fisiologis, perilaku, dan
respon sosial.
Penilaian adalah evaluasi tentang pentingnya sebuah peristiwa dalam kegiatannya
dengan kesejahteraan seseorang. Stressor mengasumsikan makna, intensitas, dan
pentingnya sebagai konsekuensi dari interpretasi yang unik dan makna yang
diberikan kepada orang yang beresiko ( Stuart dan Laraia 2001).
Respon perilaku adalah hasil dari respon emosional dan fisiologis, serta
analisis kognitif seseorang tentang situasi stress. Caplan (1981, dalam Stuart dan
Laraia, 2001) menggambarkan empat fase dari respon perilaku individu untuk
menghadapi stres, yaitu:
1) Perilaku yang mengubah lingkungan stress atau memungkinkan individu
untuk melarikan diri dari itu.
2) Perilaku yang memungkinkan individu untuk mengubah keadaan eksternal dan
setelah mereka.
3) Perilaku intrapsikis yang berfungsi untuk mempertahankan rangsangan
emosional yang tidak menyenangkan.
4) Perilaku intraspikis yang membantu untuk berdamai dengan masalah dan
gejala sisa dengan penyesuaian internal.
d) Sumber Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2001), sumber koping dapat berupa aset ekonomi,
kemampuan dan keterampilan, teknik defensif, dukungan sosial, dan motivasi.
Hubungan antara individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sangat berperan
penting pada saat ini. Sumber koping lainnya termasuk kesehatan dan energi,
dukungan spiritual, keyakinan positif, keterampilan menyelesaikan masalah dan
sosial, sumber daya sosial dan material, dan kesejahteraan fisik.
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
g. Pandangan tajam
i. Mengepalkan tangan
j. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, demam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7. Sosial
8. Perhatian
5. Mekanisme
Menurut stuart dan laraia (2010), mekanisme koping yang di pakai pada klien ,
marah untuk melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyaluran secara
normal.
2. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik.
3. Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk
kea lam sadar
4. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresikan
dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan dan
menggunakannya sebagai rintangan
5. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya
yang membangkitkan emosi itu.
Pohon Masalah
Resiko Perilaku
Kekerasan
Core Problem
Causa
STRATEGI PELAKSANAAN
No Klien Keluarga
SP1P SP1K
SP2P SP2K
SP3P SP3K
SP4P SP4K
SP5P SP5K
Damaiyanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika
Aditama.
Paradede, J. A., Hafizuddin, H., & Sirait, A. (2021). Coping Strategies Related to Self-
Esteem on PLWHA in Meda Plus Fondation. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 4 (2),
255-262.
Samosir, E. F. (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa pada An. A Dengan Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah di Lingkuan, XVI Lorong Jaya. 1-41
Yusuf, A Dkk, (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Salemba Medik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN
I. PENGKAJIAN
Data yang dikumpulkan bisa berupa data objektif yaitu data yang dapat secara
nyata melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Sedangkan data
subjektif yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarganya. Data ini didapat
melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarganya (Keliat, 2007 : Untuk
dapat menyaring data yang diperlukan, umumnya yang dikembangkan formulir
pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian.
Sistematika pengkajian menurut Keliat (2007 :68) meliputi :
1) Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor rekam medik, diagnosa medis dan
identitas penanggung jawab.
2) Keluhan utama dan alasan masuk, tanyakan pada klien atau keluarga apa
yang menyebabkan klien datang ke rumah sakit saat ini serta bagaimana hasil
dari tindakan orang tersebut.
Menurut (Roman, 2012) pengkajian merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan, kegiatan dalam pengkajian adalah mengumpulkan data. Sumber data
terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer yang berasal dari klien dan sumber data
sekunder yang diperoleh selain klien seperti keluarga, orang terdekat, teman, orang
lain yang tahu tentang status kesehatan klien dan tenaga kesehatan. Data pengkajian
kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadapp stresor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki
klien.
Menurut (Kliat, 2010), data yang perlu dikaji pada pasien dengan perilaku
kekerasan yaitu pada data subyektif klien mengancam, mengumpat dengan kata-kata
kotor, mengatakan dendam dan jengkel. Klien juga menyalahkan dan menuntut. Pada
data objektif klien menunjukkan tanda-tanda mata melotot dan pandangan tajam,
tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, dan tegang, postur tubuh kaku
dan suara keras (Handayani, 2017).
b. Masalah Keperawatan
Perilaku Kekerasan
a) Data :
a. Agresif
b. Gaduh
c. Gelisah
d. Menyentuh orang lain secara menyakitkan
e. Mengancam, melukai
f. Marah tingkat ringan sampai serius
IV. INTERVENSI
No Diagnosa Perencanaan
Tgl Intervensi Rasional
Dx keperawatan Tujuan Kriteria hasil
1 2 3 4 5 6 7
Perilaku 1. Kien dapat 1.1. Klien mau 1.1.1 Beri salam atau Hubungan
Kekerasan membina membalas panggil nama saling percaya
hubungan saling salam klien merupakan
percaya 1.2. Klien mau 1.1.2 Sebutkan nama landasan utama
menjabat perawat sambil untuk
tangan jabat tangan hubungan
1.3. Klien mau 1.1.3 Jelaskan maksud selanjutnya
menyebutkan hubungan
nama interaksi
1.4. Klien mau 1.1.4 Jelaskan tentang
tersenyum kontrak yang
1.5. Klien mau akan dibuat
kontak mata 1.1.5 Beri rasa aman
1.6. Klien dan sikap empati
mengetahui 1.1.6 Lakukan kontak
nama perawat singkat tapi
1.7. Menyediak sering
an waktu untuk
kontrak
6. Klien dapat 6.1 klien dapat 6.1.1 Berikan pujian Agar klien
mengidentifikasi melakukan cara jika klien mengetahui dapat
cara konstruktif merespon terhadap cara lain yang sehat mempelajari
dalam merespon kemarahan secara cara yang lain
6.1.2 Diskusikan
terhadap konstruktif yang
dengan klien cara lain
kemarahan konstruktif
yang sehat
Dengan
a. Secara fisik: tarik mengidentifika
nafas dalam jika si cara yang
sedang kesal, konstruktif
memukul bantal, dalam
kasur/olahraga atau merespon
pekerjaan yang terhadap
memerlukan tenaga kemarahan
dapat
b. Secara verbal:
membantu
katakan bahwa anda
klien
sedang
menemukan
kesal/tersinggung,
cara yang baik
jengkel (Saya kesal
untuk
Anda berkata seperti
itu; saya marah mengurangi
karena mama tidak kejengkelannya
memenuhi keinginan sehingga klien
saya) tidak stres lagi
Reinforcement
c. Secara sosial:
positif dapat
lakukan dalam
memotivasi
kelompok cara-cara
klien dan
marah yang sehat;
meningkatkan
latihan asentif.
harga dirinya
Latihan manajemen
Berdiskusi
perilaku kekerasan
dengan klien
d. Secara spiritual: untuk memilih
anjurkan klien cara yang lain
sembahyang, sesuai dengan
berdoa/ibadah lain; kemampuan
meminta pada Tuhan klien
untuk diberi
kesabaran, mengadu
pada Tuhan
kekerasan/kejengkela
n
9. Klien dapat 9.1 Klien dapat 9.1.1 Jelaskan jenis- Klien dan
menggunakan menyebutkan obat- jenis obat yang keluarga
obat-obatan obatan yang diminum klien dapat
yamg diminum diminum dan pada klien mengetahui
dan kegunaannya nama-nama
kegunaannya (jenis, waktu dan keluarga obat yang
( jenis, waktu, efek) diminum
9.1.2 Diskusikan
dosis dan efek ) oleh klien
9.2 Klien dapat manfaat minum
Klien dan
minum obat sesuai obat dan kerugian
keluarga
program berhenti minum
dapat
pengobatan obat tanpa seizin
mengetahui
dokter
kegunaan
9.2.1 Jelaskan prinsip obat yang
benar minum obat dikonsumsi
(baca nama yang klien
tertera pada botol Klien dan
obat, dosis obat, keluarga
waktu dan cara mengetahu
minum) i prinsip
benar agar
9.2.2 Ajarkan klien
tidak
minta obat dan
terjadi
minum tepat
kesalahan
waktu
dalam
9.2.3 Anjurkan klien mengkons
melaporkan pada umsi obat
perawat/dokter Klien dapat
jika merasakan memiliki
efek yang tidak kesadaran
menyenangkan pentingnya
1 2 3 4 5 6
Senin 1 Perilaku SP1P Perilaku Melakukan SP1P S: "saya mau berbincang 10 menit
23 kekerasan Kekerasan perilaku kekerasan: saja.”
Juli Mengidentifikasi "saya mudah marah bila
2012 penyebab perilaku keinginan saya tidak dipenuhi
08.00 kekerasan. orang tua saya"
Mengidentifikasi "saya langsung teriak-teriak dan
tanda dan gejala membanting barang apapun
perilaku disekitar saya"
kekerasan. "saya menjadi jengkel dan
Mengidentifikasi barang-barang saya rusak"
akibat perilaku "biasanya saya langsung pergi
kekerasan. dan main buat menenangkan
Menyebutkan cara hati"
mengontrol "saya mau latihan kalau marah
perilaku saya tarik nafas dalam.. tarik
kekerasan. dari hidung perlahan dan
Membantu latihan keluarkan lewat mulut dan
cara 1 perilaku diulang sebanyak 5 kali."
kekerasan: latihan "saya mau latihan nafas dalam
nafas dalam. setiap pagi jam 7.00 dan sore
memasukkan
dalam jadwal O:
harian.
• Pembicaraan cepat
• Mata melotot
• Klien terlihat gelisah
• Klien menulis dijadwal
harian latihan tarik nafas
dalam setiap hari pukul
7.00 dan 16.00
A: SP1P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP2P pada pukul
09.00 diruang perawatan klien.
Klien:
Motivasi klien untuk latihan
mengontrol marah tarik nafas
dalam sesuai jadwal harian
setiap hari pukul 07.00 dan
16.00.
09.00 2 Perilaku SP2P Perilaku Melakukan SP2P S: "10 menit saja ya kita
Kekerasan Kekerasan Perilaku kekerasan berbincang."
Mengevaluasi "saya belum latihan tarik nafas
jadwal kegiatan dalam karena belum
harian klien jadwalnya." "saya mau lagi
Melatih klien diajarkan cara mengontrol
mengontrol marah dengan memukul kasur
perilaku dan bantal." "pokoknya nanti
kekerasan kalo saya marah saya langsung
dengan cara pukul bantal dan kasur
fisik2: pukul sekerasanya untuk
kasur dan bantal melampiaskan marah saya."
Menganjurkan "saya mau latihan setiap hari
klien pukul 10.00 dan 17.00."
memasukkan
kedalam jadwal O:
harian klien Pandangan tajam
Suara tinggi
Klien menulis dijadwal
harian latihan pukul kasur
dan bantal setiap hari pukul
10.00 dan 17.00
A: SP2P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP3P pada pukul
10.30 diruang perawatan klien
Klien:
Motivasi klien untuk Latihan
mengontrol marah pukul Kasur
dan bantal setiap hari pukul
10.00 dan 17.00 sesuai jadwal.
10.30 3 Perilaku SP3P Perilaku Melakukan SP3P S: "Saya tadi pukul 10.00 latihan
kekerasan kekerasan Perilaku kekerasan: memukul kasur dan bantal
Mengevaluasi dikamar saya tanpa disuruh."
jadwal "Saya mau lagi diajarkan cara
kegiatan mengontrol perilaku kekerasan
harian klien dengan dibicarakan baik-baik."
Melatih klien "Kalau saya meminta sesuatu
mengontrol tidak perlu marah-marah tapi
perilaku saya harus bicara."
kekerasan "Kalau ada yang suruh-suruh
dengan cara saya terus saya tidak mau saya
sosial/verbal juga harus menolaknya dengan
Menganjurkan baik."
klien "Nah, kalau saya kesal sama
memasukkan orang saya juga harus
kedalam ungkapkan."
jadwal "Saya mau latihan ini setiap hari
kegiatan setiap pukul 13.00 aja setelah
harian. makan siang."
O:
Klien kooperatif
Klien terlihat tenang
Klien memasukkan kedalam
jadwal harian latihan
mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara
sosial/verbal setiap hari
pukul 13.00.
A: SP3P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP4P pada tanggal
24 Juli 2012 pukul 08.00
diruang perawatan klien
Klien:
Motivasi klien untuk latihan
mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara social/verbal setiap
hari pukul 13.00 sesuai jadwal
harian
24 4 Perilaku SP4P Perilaku Melakukan SP4P S: "Kita berbincang 15 menit ya."
Juli Kekerasan Kekerasan perilaku kekerasan : "Pukul 13.00 kemarin saya
2012 -Mengevaluasi sudah latihan menyampaikan
08.00 jadwal kegiatan sesuatu dengan baik pada
harian klien teman saya sekamar."
-Melatih klien "Kemarin sore pukul 16.00 saya
mengontrol perilaku latihan tarik nafas dalam terus
kekerasan dengan pukul 17.00 saya latihan pukul
cara spiritual bantal dan kasur."
-Menganjurkan klien "Tadi pagi pukul 07.00 saya
memasukkan latihan tarik nafas dalam
kedalam jadwal dilapangan sekalian saya senam
kegiatan harian klien pagi." "Kalau saya marah
sebaiknya saya langsung
istighfar." "Saya harus rajin
shalat 5 waktu supaya lebih
tenang dan tidak mudah
marah." "Saya akan lakukan
sesuai jadwal shalat setiap
hari."
O:
Kontak mata baik
Klien kooperatif
Klien menulis dijadwal
harian shalat 5 waktu sesuai
jadwal shalat.
A : SP4P tercapai
P:
Perawat :
Lanjutkan SPSP pada pukul
09.00 di ruang perawatan
Klien :
Motivasi klien untuk shalat 5
waktu sesuai jadwal shalat
setiap hari.
09.00 5 Perilaku SP5P Perilaku Melakukan SP5P S : “Kita berbincang 10 menit ya."
kekerasan Kekerasan perilaku kekerasan : "Saya dapat obat 3 macam dari
-Mengevaluasi dokter."
jadwal kegiatan "Oh, berarti yang warnanya
harian klien. orange itu CPZ supaya pikiran
-Melatih klien saya tenang dan tidak marah-
mengontrol perilaku marah lagi."
kekerasan dengan "Terus yang warna putih itu
minum obat. supaya saya rileks dan tidak
-Menganjurkan klien tegang ya disebut THP."
memasukkan ke "Yang warna merah jambu itu
dalam jadwal disebut HPL supaya saya tidak
kegiatan harian klien marah-marah lagi kan?"
"Semua obatnya harus saya
minum sehari 3 kali kan?"
"Saya akan minum obat sesuai
jadwal dan teratur, baik di
rumah sakit sekarang atau
sudah pulang ke rumah nanti."
"Saya akan minum obat setiap
hari pukul 7 pagi, 1 siang, dan
7 malam.”
O:
Kontak mata baik
Klien kooperatif
Klien memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian
minum obat setiap pukul 7
pagi, 1 siang, dan malam.
A: SP5P tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP budaya perilaku
kekerasan pukul 10.00 di ruang
perawatan klien.
Klien:
Motivasi klien untuk minum
obat sesuai jadwal harian setiap
hari pukul 7 pagi, 1 siang, 7
malam.