Anda di halaman 1dari 17

I H U KU M

O LO G
PSIK NS I K
A N F O RE
D
Kelompok 6 :
1. Defani Ismiriam 2014-237
2. Elsa Tri Mardiyat 2014-267
3. Umilatul Hasanah 2014-277
4. Sito Resmi P 2014-288
5. Lynda Fatmawat 2014-289
Psikologi Hukum

Psikologi hukum merupakan cabang ilmu


pengetahuan yang mempelajari hukum sebagai suatu
perwujudan dari perkembangan jiwa manusia (Drever
J.A., 1976 dalam Akhdiat, 2011).
Ruang Lingkup Psikologi Hukum
Masalah yang ditnjau dalam psikologi hukum berkisar pada
persoalan berikut :
1. Dasar-dasar kejiwaan dan fungsi pelanggaran terhadap kaidah
hukum.
2. Dasar-dasar kejiwaan dan fungsi dari pola-pola penyelesaian
terhadap pelanggaran kaidah hukum.
3. Akibat pola penyelesaian sengketa tertentu.

Pokok-pokok ruang lingkup psikologi hukum meliput butr-butr


antara lain :
1. Segi psikologi tentang terbentuknya norma atau kaidah hukum.
2. Kepatuhan atau ketaatan terhadap kaidah hukum.
3. Perilaku menyimpang.
4. Psikologi dalam hukum pidana dan pengawasan perilaku.
Kontribusi Psikolog Terhadap
Hukum

PENASEHAT EVALUATOR

PEMBAHARU
Pendekatan Psikologi Hukum
diantara:
Psikologi Di Dalam Hukum (psychology in law) : mengacu pada
penerapan-penerapan spesifik psikologi di dalam hukum.

Psikologi dan Hukum (psychology and law) : mencakup contohnya riset


psikologi hukum tentang para pelanggar hukum.

Psikologi Tentang Hukum (psychology of law) : mengacu pada riset


psikologi tentang isu-isu sepert: mengapa orang menaat hukum, riset
tentang perlembagaan moral dari komunitas tertentu, riset tentang
persepsi dan sikap politk terhadap berbagai sanksi pidana.

Psikologi Forensik (forensic psychology) : “penyediaan langsung


informasi psikologi untuk pengadilan-pengadilan”, sehingga dinamakan
juga “psychology in the courts”.
Pengertan Psikologi Forensik

Psikologi forensik mengacu pada penerapan metode


penelitan dan teori psikologi pada suatu kasus yang
ditangani hukum. Lebih spesifiknya, psikologi forensik
berfokus pada penerapan psikologi klinis terhadap sistem
hukum (Huss & Gonsalves, 2009).
Ruang Lingkup Psikologi Forensik
Kalangan para psikolog forensik (dalam Sunbreg dkk,
2007) psikologi forensik dikelompokkan menjadi
bagian antara lain:
a) Psychology of criminal conduct (psikologi
perbuatan kriminal)
b) Forensic clinical psychology (psikologi klinis
forensik)
c) Mempelajari tentang metode atau teknik yang
digunakan oleh badan kepolisian
d) Bidang psychology and law (psikologi dan
hukum)
Permasalahan Psikologi Forensik
di Indonesia
Adapun permasalahan-permasalan forensik yang
sering terjadi antara lain :
a) Berbagai kasus kriminal
Seorang perempuan bernama “N” terpaksa
membunuh mantan kekasihnya yang melakukan
kekerasan selama 6 tahun (Jawa Post 1 desember
Contoh 2007, dalam Akhdiat, 2011).

Di Kediri,seorang anak berusia 14 tahun membunuh


teman mainnya yang berumur 5 tahun gara-gara
berebut buah ceri, korban dibunuh dengan cara
ditenggelamkan dan disilet-silet (Akhdiat, 2011).
Permasalahan Psikologi Forensik
di Indonesia

b) Permasalahan terkait dengan pengadilan


Istilah sehat mental yang digunakan dalam pengadilan antar
hakim, antara psikolog atau psikiater (ahli kesehatan mental)
dan hakim tampak tidak selaras.

c) Permasalahan penganganan lembaga permasyarakatan


b) Semakin banyak permasalahan di masyarakat yang menuntut
psikologi forensik untuk memberikan sumbangan penyesuaian
Peran Psikolog Terhadap Forensik
Dalam praktik psikologi forensik dibutuhkan
spesialisasi dalam tiga bidang ilmu, yaitu:

KLINIS FORENSIK HUKUM

misalnya: gaya Masalah hukum ini


misalnya: dalam dapat dibagi
respon, etika
diagnosis, menjadi dua
forensik, alat dan
pengobatan, tes kategori utama,
teknik untuk menilai
psikologi, yaitu:
gejala-gejala yang
epidemiologi 1. Sipil
berhubungan
kesehatan mental 2. Pidana/Kriminal
dengan hukum
Contoh-contoh pekerjaan yang dilakukan oleh psikolog forensik :

1. Melakukan evaluasi terhadap kesehatan mental


terdakwa
2. Melakukan pengobatan terhadap terpidana yang
terjerat dalam penggunaan narkoba
3. Membantu anak-anak dalam dugaan kasus
pelecehan
4. Mempelajari perilaku kriminal
5. Mempelajari TKP dan mengevaluasi bukti
tertinggal (atau ketiadaan bukti)
Contoh-contoh pekerjaan yang dilakukan oleh psikolog forensik :

6. Menjadi penasihat dalam menyeleksi dewan juri


7. Menjadi saksi ahli (expert witness) dalam kasus
pidana
8. Menasihati legislator tentang kebijakan publik
9. Melatih hakim dan pengacara mengenai kasus-
kasus yang berhubungan dengan psikologi
forensik
10. Threat assessment, memprediksi orang yang
berpotensi melakukan tindakan kriminal
Review Jurnal
• Identtas Jurnal
a. Nama Penulis : Damang, Fakultas Hukum
Universitas Ichsan Gorontalo
b. Nama Jurnal : Aplikasi Psikologi Hukum
dalam Kompetensi Hak Asuh
Anak
Latar Belakang
Pembahasan dalam psikologi hukum yakni kecenderungan terhadap
undang-undang kita (Pasal 105 Kompilasi Hukum Islam) tentang
penetapan hak asuh anak terhadap ibu bagi anak yang masih berada di
bawah umur 12 tahun. Tetapi dalam beberapa putusan pengadilan juga
ada yang menjatuhkan putusan hak asuh anak terhadap ayah. Tentunya
hak asuh yang dilimpahkan/ dialihkan kepada ayah di sini, bukan lagi
semata hakim “tersandera” pada peraturan perundang-undangan (KHI).
Jelas sekali bahwa hakim yang melakukan penemuan hukum melalui
konstruksi (bukan interpretasi) akan menggunakan pertimbangan
psikologis.

Psychology in law mengacu kepenerapan-penerapan spesifik dari


psikologi di dalam hukuum seperti tugas psikolog menjadi saksi ahli,
kehandalan kesaksian saksi mata, kondisi mental terdakwa, dan
memberikan rekomendasi hak penentuan perwalian anak, dan
menentukan realibitas kesaksian saksi mata.
Hasil Penelitian dalam Jurnal
• Hak Asuh Ibu
Pakar psikologi menguraikan bahwa ibulah yang paling
memegang peranan pentng di saat anak sedang dilahirkan hingga
menanjak usia remaja.

• Hak Asuh Ayah


Menurut beberapa penelitan psikologi, bahwa seorang ayah
juga dapat membangun ruang kedekatan emosional dengan
sang anaknya. Apalagi kondisi sekarang, dimana sulit
membedakan antara pekerjaan laki-laki dan pekerjaan
perempuan, yang tentunya alasan siapa yang paling memilki
banyak waktu dengan anaknya bukan lagi dimilki oleh sang ibu
saja. Dalam suatu rumah tangga (keluarga) sering juga ditemui
sang ayah yang bergant posisi sebagai orang tua yang layaknya
ibu.

Anda mungkin juga menyukai