Psikologi Hukum Sebagai Disiplin Ilmu Yang Mempelajari Perilaku Manusia: Berusaha untuk berkontribusi dalam usaha penegakkan hukum yang bentuknya bisa memberikan pengetahuan, bisa pula memberikan intervensi psikologis yang berguna dalam proses penegakkan hukum. Indikator Penegakkan Hukum Yang Baik Dalam Perspektif Psikologis Adalah: Adanya perubahan perilaku pelaku tindak pidana ke arah yang lebih baik. Artinya pelaku tindak pidana tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum setelah menjalani proses rehabilitasi di lembaga pemasyarakatan Ivan Muhammad Agung, Bunga Rampai Psikologi, Kontribusi Psikologi Dalam Penegakkan Hukum di Indonesia (Yogjakarta: Univ Gajah Mada), 2011 hal 12 Beberapa Cabang Psikologi Yang Berperan Dalam Sistim Hukum dan Proses Hukum: Psikologi Sosial; Psikologi Kognitif; Psikologi Perkembangan; Psikologi Klinis. Di Barat, Peran Psikologi dalam proses hukum telah banyak diaplikasikan mulai tahap pemeriksaan, persidangan, putusan sampai ke tahap pemasyarakatan. Misalnya: Dalam pemeriksaan (Daya ingat saksi dan korban) Constanzo Berpendapat bahwa peran psikologi dalam hukum dibagi menjadi 3 peran: 1. Sebagai Penasehat (Hakim, pengacara). Apakah saksi atau terdakwa layak dimintai keterangan dalam proses persidangan. 2. Sebagai Evaluator. Apakah program-2 pencegahan perilaku kriminal efektif? 3. Sebagai Pembaharu. Khususnya dalam sistim hukum (proses penangkapan, penahanan, persidangan, pembinaan, pemidanaan berlandaskan kajian ilmiah psikologis). Abintoro Prakoso, Hukum dan Psikologi Hukum (Yogjakarta: Laks Bang Grafika), 2014 hal 73-74 Peran Psikologi Hukum Dalam Penegakkan Hukum 1. Memperkuat alat penegak hukum, misalnya bagaimana pernanan intervensi psikologis dalam meningkatkan performance polisi. 2. Menjelaskan kondisi psikis pelaku, korban dan saksi sehingga aparat penegak hukum dapat mengambil keputusan. 3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mematuhi hukum (melalui seminar) Peran Psikologi Hukum Dalam Proses Hukum 1. Tahap Pencegahan. Membantu aparat penegak hukum untuk memberikan pengetahuan tentang bagaimana caranya mencegah tindakan kriminal. 2. Tahap Penanganan. Ketika telah terjadi tindak pidana Psi Hukum dapat membantu polisi dalam mengidentifikasi pelaku dan motif pelaku. 3. Tahap Pemidanaan. Memberi penjelasan mengenai kondisi psikis pelaku (motif) menjadi dasar pertimbangan hakim. 4. Tahap Pelaksanaan Pidana. Tahap ini dilaksanakan di LP. Dalam konsep Psikologi Hukum, LP harus menjadi tempat rehabiliitasi terpidana. Tujuannya terjadi perubahan perilaku menjadi lebih baik. Abintoro Prakoso Berpendapat bahwa di Indonesia dalam proses peradilan belum begitu banyak melibatkan psikolog, meski di beberapa Perguruan Tinggi sudah diajarkan psikologi sosial di Fakultas Hukum, dan kriminologi di Fakultas Psikologi. Namun penerapan psikologi secara langsung dalam proses hukum masih sedikit. Sejumlah Hambatan: 1. Belum adanya jurnal psikologi hukum/forensik yang berkala. 2. Kurangnya psikolog forensik, karena belum banyaknya ilmu yg tertarik untuk menekuni psikologi dalam konteks hukum. 3. Belum terdapat sinergi antara yuri dan psikolog. Sejak HIMPSI Forensik (2007) Peran psikologi forensik dapat membantu para pemangku hukum memberi gambaran utuh kepribadian pelaku dan korban, juga berperan dalam proses hukum mulai penyidikan, penuntutan, persidangan. Pelaksanaan putusan hakim sampai dengan pembinaan di LP. Refleksi Pribadi Setelah menerima paparan mengenai peran psikologi hukum dalam proses hukum, apa catatan penting bagi Anda sendiri mengenai peran psikologi hukum/forensik dalam proses hukum.