Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala
sosial lainnya secara empiris analitis.
Sociology af the law – Menjadikan hukum sebagai alat pusat penelitian secara sosiologis yakni sama halnya
bagaimana sosiologi meneliti suatu kelompok kecil lainnya. Tujuan penelitian adalah selain untuk
menggambarkan betapa penting arti hukum bagi masyarakatluas juga untuk menggambarkan proses
internalnya hukum.
Sociology in the law – Untuk memudahkan fungsi hukumnya, pelaksanaan fungsi hukum dengan dibantu
oleh pengetahuanatau ilmu sosial pada alat-alat hukumnya.
Gejala social lainnya – Sosiologi bukan hanya saja mempersoalkan penelitian secara normatif (dassollen)
saja tetapi juga mempersoalkan analisa-analisa normatif didalam rangka efektifitas hukum agar tujan
kepastian hukum dapat tercapai.
1. Filsafat hukum
Konsep yang dilahirkan oleh paham positivisme (Hans Kelsen) yaitu “stufenbau des recht” atau hukum
bersifat hirarkis artinya hukum itu tidak boleh bertentangan dengan ketentuan yang lebih tinggi derajatnya
dengan urutannya sebagai berikut:
- Grundnorm atau dasar sosial hukum
- Konstitusi
- Undang-undang dan kebiasaan
- Putusan badan pengadilan
Dalam filsafat hukum ada beberapa aliran yang mendorong tumbuh dan berkembangnya sosilogi hukum
sebagai ilmu seperti berikut ini: baca selengkapnya>>> Soiologi Hukum Sebagai Ilmu
Konsep-Konsep Sosiologi Hukum
Berikut ini penjelasan tentang Konsep-konsep Sosiologi Hukum.
Ilmu Sosiologi hukum adalah salah satu cabang dari ilmu Sosiologi
Menurut Satjipto Rahardjo menyatakan bahwa sosiologi hukum adalah merupakan cabang sosiologi yaitu
sosiologi bidang hukum. Ilmu yang mempelajari fenomena hukum, dari pendapatnya tersebut dibawah ini
dipaparkan beberapa karakteristik dari studi hukum secara sosiologis. baca selengkapnya>>> Kedudukan dan
Letak Sosiologi Hukum Dibidang Ilmu Pengetahuan
1. Menurut Soerjono Soekamto, Sosiologi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang
antara lain meneliti mengapa manusia patuh pada hukum dan mengapa dia gagal untuk
mentaati hukum tersebut, serta faktor-faktor sosial lain yang mempengaruhinya.
2. Menurut Satjipto Rahardjo, Sosiologi hukum adalah ilmu yang mempelajari hukum bukan
dalam bentuk pasal undang-undang, melainkan hukum yang dijalankan sehari-harinya atau
tampak kenyataannya.
Apabila praktek itu dibedakan kedalam pembuatan undang undang, penerapanya, dan
pengadilannya, maka ia juga mempelajari bagaimana praktek yang terjadi dari kegiatan hukum
tersebut. Dengan demikian makin jelas sudah tugas dari sosiologi hukum yaitu mempelajari tingkah
laku manusia dalam bidang hukum. Menurut Weber, tingkah laku ini memiliki dua segi, yaitu “luar”
dan “dalam”.
Dengan demikian sosiologi hukum tidak hanya menerima tingkah laku yang tampak dari luar saja,
tetapi juga meperoleh penjelasan yang bersifat internal, yaitu meliputi motif-motif tingkah laku
seseorang. Apabila di sini di sebut tingkah laku hukum maka sosiologi hukum tidak membedakan
antara tingkah laku yang sesuai denagn hukum atau yang menyimpang dari kaidah hukum,
keduanya merupakan obyek pengamatan dari ilmu ini.
Contohnya : Lampu Kuning di perempatan harusnya pelan-pelan, siap-siap berhenti, tapi dalam
kenyataannya malah ngebut, Kemudian, lampu merah di perempatan, kalau tidak ada polisi,
pengemudi terus jalan. Paradigma di Indonesia bahwa, Polisi, Hakim, Jaksa, sebagai hukum
2. Sosiologi hukum senantiasa menguji kekuatan empiris (empirical validity) dari suatu
peraturan atau pernyataan hukum.
Sosiologi hukum senantiasa menguji keabsahan empiris, dengan usaha mengetahui antara isi
kaidah dan di dalam kenyataannya, baik data empiris maupun non empiris.
Pernyataan yang bersifat khas di sini adalah “Bagaimanakah dalam kenyataannya peraturan
tersebut?”, “Apakah kenyataan seperti yang tertera dalam bunyi perturan tersebut?”
Perbedaan yang besar antara Pendekatan tradisional yang normatif dan pendekatan sosiologis
adalah bahwa yang pertama menerima saja apa yang tertera pada peraturan hukum, sementara
yang kedua menguji dengan data (empiris). Misalnya :terhadap putusan pengadilan, pernyataan
notaris dan seterusnyaApakah sesuai dengan realitas empirisnya?
Tingkah laku yang Mentaati hukum atau yang menyimpang dari hukum sama-sama menjadi obyek
dari bahasan ilmu ini. Pendekatan yang demikian itu kadang-kadang menimbulkan salah paham,
seolah-olah sosiologi hukum ingin membenarkan praktek-praktek yang melanggar hukum.
Pendekatan yang demikian itu kadang Kadang menimbulkan salah paham, seolah-olah sosiologi
hukum ingin membenarkan praktek praktek yang melanggar hukum. Sekali lagi bahwa sosiologi
hukum tidak memberikan penilaian, melainkan mendekati hukum Sebagai obyektifitas semata dan
Bertujuan untuk menjelaskan terhadap Fenomena hukum yang nyata.
Semua perilaku hukum dikaji dalam nilai yang sama tanpa melihat apakah itu benar, karena
sosiologi hukum sesungguhnya adalah seinwissenschaaft ( ilmu tentang kenyataan). Jadi orang-
orang sosiologi hukum tidak boleh apriori, contoh : pelaku pidana tidak bisa dimaknai orang yang
selalu jahat.
Menurut Sajipto Rahardjo, Pengertian Sosiologi Hukum adalah ilmu yang mempelajari fenomena
hukum yang bertujuan memberikan penjelasan terhadap praktik-praktik hukum. Sosiologi hukum
menjelaskan terjadinya praktik-praktik hukum, sebab, faktor yang berpengaruh, latar belakang
masalah dan sebagainya.
Sosiologi Hukum senantiasa menguji kesahihan empiris (empirical validity) dari suatu peraturan atau
pernyataan hukum, yaitu sesuai-tidaknya dengan peraturan dengan bunyi atau teks dari peraturan itu.
Sosiologi Hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum. Tingkah laku yang menaati hukum dan
menyimpang dari hukum sama-sama merupakan objek pengamatan yang setaraf. Perhatian utama dari
sosiologi hukum hanya pada penjelasan atau gambaran terhadap objek yang dipelajarinya.
Objek utama kajian Sosiologi Hukum sebagaimana dikemukakan oleh Achmad Ali (1998: 19:32) ialah
sebagai berikut :
Menurut Donald Black dalam mengkaji hukum sebagai government social control, sosiologi hukum
mengkaji hukum sebagai suatu kaidah khusus yang berlaku serta dibutuhkan guna menegakkan
ketertiban dalam kehidupan masyarakat. Hukum dipandang sebagai suatu rujukan yang akan digunakan
oleh pemerintah dalam hal melakukan pengendalian terhadap perilaku warga masyarakat.
Persoalan pengedalian sosial tersebut dikaji oleh sosiologi hukum dalam kaitannya dengan sosialisasi,
dimana proses dalam pembentukan masyarakat sebagai makhluk sosial yang menyadari eksistensi
sebagai kaidah sosial yang ada dalam masyarakat, yang meliputi kaidah moral, agama dan kaidah sosial
lainnya. Dengan adanya kesadaran tersebut, diharapkan agar warga masyarakat menaatinya. Berkaitan
dengan itu, tampaklah sosiologi hukum cenderung memandang sosialisasi sebagai proses yang
mendahului dan menjadi prakondisi sehingga memungkinkan pengendalian sosial dilaksanakan secara
efektif.
Objek utama Sosiologi Hukum lainnya adalah stratifikasi, stratifikasi yang membahas sosiologi hukum
bukanlah stratifikasi hukum seperti yang dikemukakan oleh Hans Kelsen dengan teori grundnorm-nya,
melainkan stratifikasi dalam sistem kemasyarakatan. Dalam hal ini dapat dibahas dampak adanya
stratifikasi sosial terhadap hukum dan pelaksanaan hukum.
Objek utama lain dari kajian Sosiologi Hukum adalah pembahasan tentang perubahan, yang
mencakup perubahan hukum dan perubahan masyarakat serta hubungan timbal balik di antara
keduanya. Salah satu persepsi penting dari kajian sosiologi hukum ialah perubahan yang terjadi dalam
masyarakat dapat direkayasa, dalam hal ini direncanakan terlebih dahulu oleh pemerintah dengan
menggunakan perangkat hukum sebagai alatnya.
Berdasarkan fenomena ini, Menurut Achmad Ali lahirlah konsep law as a tool of social
engineering yang berarti bahwa hukum sebagai alat untuk secara sadar mengubah masyarakat atau
hukum sebagai alat rekayasa sosial. Oleh karenanya, dalam upaya menggunakan hukum sebagai alat
rekayasa sosial diupayakan pengoptimalan efektivitas hukum juga menjadi salah satu topik bahasan
sosiologi hukum.
Menurut Gerald Turkel, pendekatan sosiologi hukum menyangkut hubungan hukum dengan moral dan
logika internal hukum. Fokus utama pendekatan sosiologi hukum yaitu :
a. pengaruh hukum terhadap perilaku sosial;
b. pada kepercayaan-kepercayaan yang dianut oleh masyarakat dalam the social world mereka;
c. pada organisasi sosial dan perkembangan sosial serta pranata hukum tentang hukum itu dibuat dan
kondisi-kondisi sosial yang menimbulkan hukum.
Sosiologi Hukum memperkenalkan banyak faktor nonhukum yang memengaruhi perilaku hukum
tentang cara mereka membentuk dan melaksanakan hukum. Namun dalam hal ini, sosiologi hukum
menekankan pada penerapan hukum secara wajar dan pantas, yaitu memahami aturan hukum sebagai
penuntun umum bagi hakim, yang menuntun seorang hakim dalam menghasilkan putusan yang adil,
yaitu hakim diberi kebebasan dalam menjatuhkan putusan terhadap setiap kasus yang diajukan
kepadanya, sehingga hakim dapat menyeimbangkan antara kebutuhan keadilan antara para pihak atau
terdakwa dengan alasan umum dari warga masyarakat.
Sosiologi Hukum adalah kajian ilmiah tentang kehidupan sosial. Salah satu misi dari sosiologi hukum
adalah memprediksi dan menjelaskan berbagai fenomena hukum, yaitu bagaimana suatu kasus
memasuki sistem hukum dan bagaimana penyelesaiannya. Sosiologi hukum juga menggunakan fakta-
fakta tentang lingkungan sosial di tempat hukum itu berlaku.
Oleh karena itu, sosiologi hukum bukanlah sosiologi ditambah hukum sehingga pakar sosiologi hukum
adalah seorang juris dan bukan seorang sosiolog. Hal itu karena seorang sosiologi hukum pertama-tama
harus mampu mengenal, membaca dan memahami berbagai fenomena hukum sebagai objek kajiannya.
Selanjutnya, ia tidak menggunakan pendekatan ilmu hukum (dogmatik) untuk mengkaji dan
menganalisis fenomena hukum tersebut, tetapi ia melepaskan diri keluar dan menggunakan pendekatan
ilmu-ilmu sosial.
Demikianlah pembahasan mengenai pengertian sosiologi hukum menurut para pakar, semoga tulisan
saya mengenai pengertian sosiologi hukum menurut para pakar dapat bermanfaat.