JM Lexcrimen,+3.+Marsel+Poli
JM Lexcrimen,+3.+Marsel+Poli
8/Ags/2019
23
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
pembakaran … Orang yang dihinggapi Selain itu jenis penelitian ini dikenal pula
penyakit jiwa seperti diterangkan diatas, dengan istilah yang oleh Suteki dan Galang
disebut “psychopaten”.4 Taufani disebut “penelitian hukum doktrinal”.6
Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet.16, Rajawali Pers, Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal,
Jakarta, 2014, hlm. 13-14. Politeia, Bogor, 1991, hlm. 60.
24
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
(1) KUHP Belanda tahun 1881 (yang sama temperament dan kelakuannya”.11 Perubahan
bunyinya dengan pasal 44 ayat (1) KUHP istilah di negeri Belanda ini tidak diikuti di
Indonesia) adalah Ramaer, seorang ahli psikiatri Indonesia sampai sekarang ini, di mana teks
kriminal. Pandangan Ramaer ini dikemukakan resmi Pasal 44 ayat (1) KUHP Indonesia tetap
oleh Tan Pariaman, sorang ahli ilmu jiwa, dalam menggunakan istilah: verstandelijke vermogens,
tulisannya sebagai berikut: yang harafiah lebih tepat diterjemahkan
Sesuai dengan zamannya, pandangan sebagai akal.
Ramaer adalah pandangan yang materialistis Walaupun Pasal 44 ayat (1) KUHP tetap
atau pandangan organis, bahwa gangguan menggunakan kata-kata verstandelijke
jiwa terletak pada sel-sel dan serat-serat vermogens tetapi praktiknya Pasal 44 ayat (1)
saraf otak dan bayanganassosiasi dilokasisasi diperluas sehingga ditafsirkan sebagai jiwa. Hal
sebegitu rupa, yang nanti akan digambarkan ini dikemukakan oleh Moeljatno, yang
sebagai “mitologi otak”. Pandangan mengutip pendapat J.E. Jonkers, dengan
materialistis ini juga nyata, bahwa dalam menulis bahwa, perlu dinyatakan disini, bahwa
rencana undang-undang, ia tidak hendak dalam Pasal 44 mengenai perkataan jiwa dalam
mempergunakan “geestvermogens” = daya- bahasa Belanda dipakai kata kekuatan akal
daya kejiwaan”, karena katanya (verstandelijke vermogens). Dalam Swb
“geestvermogens” adalah istilah filsafat, Nederland verstandelijke vermogens sudah
yang menyatakan suatu keadaan bukan diganti menjadi geestvermogens (kekuatan
benda yang menguasai benda. Ramaer rohani = jiwa), sebab bukan akal saja yang
mengusulkan verstandelijke vermogens = penting tapi juga perasaan dan kehendak.
daya-daya atau kemampuan-kemampuan Meskipun strafwetboek Ned. Indie dahulu
pikiran/kecerdasan. 10 belum mengikuti perobahan tersebut, tetapi
dalam praktek telah dianggap seakan-akan
Jadi, Ramaer mengusulkan kata sudah ada perobahan (Jonkers, hal.65).12
verstandelijke vermogens yaitu Dengan dasar pikiran seperti yang
daya/kemampuan pikiran/kecerdasan, dengan dikemukakan oleh Moeljatno tersebut, maka
kata lain daya/kemampuan akal manusia. Kata Tim Penerjemah BPHN tidak menerjemahkan
geestvermogens atau daya/kemampuan “verstandelijke vermogens” sebagai daya
kejiwaan ditolaknya klarena leboh bersifat kecerdasan atau daya akal, melainkan
filsafat yaitu sesuatu yang bukan benda tetapi menerjemahkannya sebagai: jiwa, yang
menguasai benda. Pembentuk undang-undang sebenarnya merupakan praktik berupa
Belanda menerima pendapat Ramaer ini penafsuran yang memperluas terhadap Pasal
sehingga Pasal 37 KUHP Belanda tahun 1881 44 ayat (1) KUHP.
menggunakan istilah: verstandelijke vermogens. Pasal 44 ayat (1) KUHP menyebut tentang
Ketika untuk Hindia Belanda dibentuk suatu jiwanya/akalnya cacat dalam pertumbuhan
kodifikasi hukum pidana, Pasal 37 tersebut atau jiwanya/akalnya terganggu karena
turut pula dimasukkan menjadi Pasal 44 KUHP penyakit. Berikut ini dua macam gangguan
(WvS). kejiwaan tersebut akan dibahas satu-persatu.
Di Negeri Belanda, pada tahun 1928 1. Jiwanya cacat dalam pertumbuhan.
diadakan perubahan terhadap Pasal 37 KUHP, Hal tidak dapat dipertanggungjawabkan
yaitu istilah verstandelijke vermogens dirubah karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan,
menjadi geestvermogens. Mengenai dijelaskan oleh Kanter dan Sianturi bahwa,
perubahan ini dikatakan oleh Oemar Seno Adji, “yang dimaksud dengan keadaan jiwa yang
“Perobahan dalam istilah dari ‘verstandelijke’ cacat karena pertumbuhannya ialah seseorang
menjadi ‘geestvermogens’ menunjukkan yang sudah dewasa, tetapi perangainya seperti
adanya suatu perluasan perumusan dan anak-anak. Keadaan seperti ini disebut sebagai
pengertian tentang ‘geesteszieken’ yang tidak “dungu”, setengah mateng atau idiootisme,
saja sakit dalam ‘verstand’-nya belaka, imbeciliteit, yang diakibatkan oleh
melainkan juga dalam jiwanya, dalam
11 Oemar Seno Adji, Hukum (Acara) Pidana dalam
10H. Hasan Basri Saanin Dt. Tan Pariaman, Psikiater dan Prospeksi, Erlangga, Jakarta, cet.ke-2, 1976, hlm. 200.
Pengadilan, Binacipta, Jakarta, 1976, hlm. 31. 12 Moeljatno, Op.cit., hlm.113.
25
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
26
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
dikeluarkan kelompok debilitas mentis (= mild Apakah benar seseorang jiwanya terganggu
subnormality = feeble minded = moron). karena penyakit sehingga perbuatannya tidak
Mereka ini memiliki I.Q. 50-70 dan dapat dapat dipertanggung jawabkan kepadanya,
bersekolah sampai kelas 4 SD. Mereka ini harus haruslah dibuktikan dengan suatu visum et
dimasukkan ke dalam golongan yang kurang repertum seorang dokter (psikiater). Mengenai
bertanggungjawab”.20 hal ini dikatakan oleh R. Soesilo bahwa, dalam
Dengan demikian orang-orang yang prakteknya jika polisi menjumpai peristiwa
tergolong debil tidak termasuk ke dalam tidak semacam ini, ia tetap diwajibkan memeriksa
mampu bertanggungjawab perkaranya dan membuat berita acara.
(ontoerekeningsvatbaarheid) melainkan hanya Hakimlah yang berkuasa memutuskan tentang
dapat digolongkan ke dalam kurang mampu dapat tidaknya terdakwa
bertanggungjawab (verminderde dipertanggungjawabkan atas perbuatannya itu,
toerekeningsvatbaarheid). Tetapi, dalam meskipun ia dapat pula minta nasihat dari
hukum Indonesia orang-orang dengan keadaan dokter penyakit jiwa (psychiater).24
kurang mampu bertanggungjawab ini tidaklah
dapat menjadi alasan untuk melepaskan yang B. Psikopat Dilihat Dari Sudut Pasal 44 KUHP
bersangkutan dari pidana seluruhnya. Keadaan Bentuk gangguan kejiwaan yang umumnya
ini mungkin hanya dapat digunakan oleh hakim disebut “gila” merupakan bentuk yang
sebagai dasar pertimbangan berat ringannya mengakibatkan orangnya tidak dapat
pidana yang dijatuhkan, yaitu dapat menjadi dipertanggung jawabkan atas perbuatannya
alasan untuk pengurangan pidana semata- karena jiwanya terganggu karena penyakit.
mata. Selain bentuk gangguan kejiwaan ini, dalam
psikiatri (ilmu penyakit jiwa) dikenal juga
2. Jiwanya Terganggu Karena Penyakit bentuk gangguan kejiwaan yang pengidapnya
Kanter dan Sianturi menulis mengenai hal ini dalam kehidupan sehari-harinya kelihatan
bahwa, “yang dimaksudkan dengan jiwa yang normal saja. Mengenai hal ini oleh Satochid
terganggu karena penyakit, ialah yang jiwanya Kartanegara dalam kuliahnya dikatakan bahwa
semula adalah sehat, tetapi kemudian di dalam praktek dikenal beberapa jenis
dihinggapi penyakit jiwa yang sering disebut keadaan jiwa yang hanya sebagian dihinggapi
sebagai “gila” atau “pathologische penyakit jiwa, yaitu yang disebut “gedeeltelijke
ziektetoestand”.” 21 Selanjutnya dikemukakan ontoere-keningsvatbaarheid” (tidak dapat
bahwa, “seseorang mungkin dihinggapi oleh dipertanggungjawabkan sebagian). Jenis
penyakit jiwa secara terus menerus tetapi “sebagian tidak dapat dipertanggungjawabkan”
mungkin juga secara sementara (temporair) ini adalah misalnya :
atau kumat-kumatan. Dalam hal ini gila kumat- 1. Kleptomani : jiwa yang dihinggapi
kumatan yang termasuk cakupan Pasal 44 penyakit jiwa yang berupa perbuatan
adalah jika gilanya sedang kumat”. 22 mengambil barang orang lain, akan tetapi
Mengenai hal ini dikatakan oleh R. Soesilo orang yang dihinggapi penyakit tersebut
bahwa, “sakit berubah akalnya, ziekelijke tidak menginsyafi, bahwa ia melakukan
storing der verstandelijke vermogens, yang perbuatan yang terlarang, umpamanya
dapat masuk dalam pengertian ini misalnya: mengambil korek api. Di manapun ia
sakit gila, manie, hysterie, epilepsie, berada bila melihat korek api diambilnya
melancholie dam bermacam-macam penyakit sedang lain jenis barang diabaikan.
jiwa lain-lainnya”.23 Tetapi, R. Soesilo tidak Orang yang demikian itu dalam
memberikan penjelasan lebih lanjut tentang perbuatan2 lainnya adalah normal.
jenis-jenis gangguan kejiwaan yang disebutnya 2. Pyromani : yaitu penyakit jiwa yang
itu. berupa kesukaan untuk melakukan
pembakaran, tanpa ada alasan sama
sekali. Juga orang demikian itu di dalam
20
hal-hal lainnya berjiwa sehat.
Tan Pariaman, Loc.cit.
21 E.Y. Kanter dan S.R. Sianturi, Loc.cit.
22 Ibid.
23 R. Soesilo, Op.cit., hlm. 61. 24 Ibid.
27
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
28
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
1. menyatakan bahwa terdakwa tidak dari pidana berdasarkan Pasal 44 ayat (1)
bertanggung jawab dan dan juga tidak dapat diperintahkan oleh
membebaskannya atau menetapkannya hakim pidana untuk dimasukkan ke
dirawat di rumah sakit jiwa; dalam rumah sakit jiwa paling lama satu
2. untuk menghukumnya sesuai dengan tahun sebagai waktu percobaan
aturan biasa; sebagaimana dimaksud Pasal 44 ayat (2);
3. menghukumnya dengan aturan khusus melainkan yang dapat dijatuhkan oleh
seperti penempatan di penjara pidana hakim untuk psikopat sekarang ini adalah
khusus; putusan pidana, sekalipun dengan
4. untuk menyerahkannya pada Pemerintah keringanan pidana.
dalam ketiga hal tersebut.30
Dalam Undang-Undang Psikopat Belanda ini B. Saran
ada disebut terdakwa menderita 1. Ketentuan yang meniadakan pidana
perkembangan yang cacat atau gangguan karena gangguan kejiwaan berupa
penyakit dari kekuatan mental, tetapi tidak jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau
dikatakan bahwa terdakwa tidak dapat terganggu karena penyakit, masih tetap
dipertanggungjawabkan karena hal tersebut. diperlukan dalam sistem hukum pidana
Jadi, yang dimaksud di sini adalah orang-orang Indonesia.
yang psikopat yaitu yang memiliki gangguan 2. Pasal 44 KUHP perlu diperbarui dengan
kejiwaaan tetapi tidak sepnuhnya tidak dapat mengatur juga para psikopat, di mana
dipertanggungjawabkan. Hal ini karena kepada hakim perlu diberi kebebasan
psikopat hanya dipandang sebagai kurang yang luas untuk menjatuhkan pidana
mampu bertanggungjawab. (straf) atau hanya mengenakan tindakan
Pasal 42 RUU KUHP telah membuka (maatregel).
kemungkinan untuk para psikopat di mana
diserahkan kepada hakim untuk menimbang DAFTAR PUSTAKA
dan memutuskan: 1) apakah kepada seorang Anonim, Hukum Pidana. Kumpulan Kuliah Prof
psikopat dijatuhi pidana tetapi dengan Satochid Kartanegara SH dan Pendapat-
pengurangan pidana, atau 2) mengenakannya pendapat Para Ahli Hukum Terkemuka,
tindakan. Bagian Satu, Balai Lektur Mahasiswa,
Jakarta, tanpa tahun.
PENUTUP Bemmelen, J.M. van, Hukum Pidana 1. Hukum
A. Kesimpulan Pidana Material Bagian Umum,
1. Pengaturan Pasal 44 KUHP tentang terjemahan Hasnan dari Ons strafreht 1.
gangguan kejiwaan yaitu berkenaan Het materiele strafrcht algemeen deel,
dengan orang yang tidak dapat Binacipta, 1984.
dipertanggungjawabkan karena: 1) Hamzah, Andi, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka
jiwanya cacat dalam pertumbuhan, di Cipta, Jakarta, 2010.
mana yang umumnya dimasukkan di sini Kanter, E.Y., dan S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum
yakni golongan idiot dan golongan Pidana di Indonesia dan Penerapannya,
imbesil; dan 2) jiwanya terganggu karena Alumni AHM-PTHM, Jakarta, 1982.
penyakit, di mana yang umumnya Kartono, Kartini, Psikologi Abnormal &
dimasukkan di sini yaitu orang-orang Pathologi Seks, Alumni, Bandung, 1979.
yang dipandang gila (skizofrenia). Lamintang, P.A.F. dan C.D. Samosir, Hukum
2. Psikopat dilihat dari sudut Pasal 44 KUHP Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung,
bukanlah termasuk yang dikecualikan 1983.
Lamintang, P.A.F. dan F.T. Lamintang, Dasar-
dasar Hukum Pidana di Indonesia, Sinar
30 Psychopatenwet (1928): casussen van psychopaten Grafika, Jakarta, 2014.
(1931), https://mens-en- Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan
samenleving.infonu.nl/sociaal/49896-psychopatenwet-
Tertulis di Indonesia, Rajawali Pers,
1928-casussen-van-psychopaten-1931.html, diakses
12/8/2019
Jakarta, 2012
29
Lex Crimen Vol. VIII/No. 8/Ags/2019
Sumber Lain:
Buku Kesatu RUU KUHP 25 Feb 2015
Penjelasan RUU KUHP 25 Fb 2015
Sumber Internet:
Psychopatenwet (1928): casussen van
psychopaten (1931), https://mens-en-
samenleving.infonu.nl/sociaal/49896-
psychopatenwet-1928-casussen-van-
psychopaten-1931.html, diakses
12/8/2019.
30