3037 ID Tidak Mampu Bertanggung Jawab Dalam Hukum Pidana Dan Pengaturannya Di Masa Menda
3037 ID Tidak Mampu Bertanggung Jawab Dalam Hukum Pidana Dan Pengaturannya Di Masa Menda
3/Juli/2013
14
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013
dikenakan oleh hakim berkenaan dengan pasal tersebut masih memenuhi kebutuhan
orang yang berada dalam keadaan untuk masa sekarang ini.
sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 44 Pertanyaan ini penting untuk masa
ayat (1) KUHPidana. Selanjutnya, dalam sekarang, sebab Indonesia sedang dalam
Pasal 44 ayat (3) KUHPidana, ditentukan tahap untuk dapat memiliki suatu
pengadilan mana yang mempunyai KUHPidana Nasional guna menggantikan
wewenang yang ditentukan dalam ayat (2) KUHPidana peninggalan Pemerintah Hindia
Pasal 44 KUHPidana, yaitu wewenang untuk Belanda itu. Beberapa draft KUHPidana
memasukkan seorang terdakwa ke rumah telah disusun, terakhir yaitu Rancangan
sakit jiwa sebagai masa percobaan. Undang-undang tentang Kitab Undang-
Menurut ayat ini, yang memiliki wewenang undang Hukum Pidana 1999/2000.
tersebut hanyalah Mahkamah Agung, Bagaimana pengaturan mengenai pokok
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri tersebut dalam rancangan undang-undang
saja. Pengadilan-pengadilan lainnya, tidak ini perlu mendapatkan perhatian.
diberikan wewenang sedemikian.
Pasal 44 KUHPidana merupakan salah B. Perumusan Masalah
satu pasal yang perlu mendapatkan 1. Bagaimana jiwanya cacat dalam
perhatian karena di situ diatur mengenai pertumbunuhan dan jiwanya terganggu
orang-orang yang dapat dikatakan di satu karena penyakit mengakibatkan
pihak bernasib malang tetapi di lain pihak orangnya tidak dapat
telah melakukan suatu perbuatan yang dipertanggungjawabkan dalam hukum
melanggar kepentingan hukum orang lain. pidana?
Jadi, di dalamnya terkandung aspek 2. Bagaimana pengaturan hal tersebut di
kemanusiaan, yaitu perlunya perlakuan masa mendatang?
khusus terhadap orang-orang yang secara
umum dikatakan sebagai tidak normal E. Metode Penelitian
jiwanya, dan aspek penegakan hukum Penelitian ini merupakan bagian dari
pidana karena telah ada orang yang penelitian hukum kepustakaan yakni
dirugikan akibat perbuatannya. dengan cara meneliti bahan pustaka atau
Hal ini menimbulkan pertanyaan, dalam yang dinamakan penelitian hukum normatif
batas manakah seseorang dapat dikatakan
sebagai berada dalam keadaan tidak dapat PEMBAHASAN:
dipertanggungkan itu. Kata-l š ^i]Á vÇ A. Tidak Dapat Dipertanggungjawabkan
š o u ‰ Œšµu µZ v_ v ^i]Á vÇ Karena Jiwanya Cacat dalam
terganggu l Œ v ‰ vÇ l]š_ merupakan Pertumbuhan dan Jiwanya Terganggu
kata-kata yang bersifat umum. Dari kata- Karena Penyakit
kata itu sendiri belum dapat ditentukan Teks resmi (bahasa Belanda) dari Pasal
ukuran untuk menentukan bahwa yang 44 ayat (1) KUHPidana menggunakan
bersangkutan memang tidak dapat istilah ^gebrekkige ontwikke ling of
dipertanggungjawabkan. ziekelijke storing zijner
Hal lainnya yang dapat dikemukakan verstande lijke vermogens_ U yang oleh
berkenaan dengan rumusan Pasal 44 ayat Tim Penerjemah Badan Pembinaan Hukum
(1) KUHPidana ini, yaitu rumusan pasal Nasional telah diterjemahkan sebagai :
tersebut disusun ketika psikiatri (ilmu jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau
penyakit jiwa) masih dalam tahap terganggu karena penyakit. Dengan
perkembangan. Dengan demikian menjadi demikian, bagian kalimat: jiwanya cacat
pertanyaan pula apakah ketentuan dalam dalam pertumbuhan merupakan
15
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013
5
E.Y. Kanter, S.R. Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana
di Indonesia dan Penerapannya, Alumni AHM-
PTHM, Jakarta, 1982, hal. 258.
4 6
Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Kartini Kartono, Psikologi Abnormal & Pathologi
Jakarta, cet.ke-2, 1984, hal.113. Seks, Alumni, Bandung, 1979, hal. 38.
16
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013
7 8
Ibid., hal. 40-41. Kanter. Sianturi, Loc.cit.
17
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013
waktu percobaan. Ayat (2) ini dimulai e. Hakim Pengadilan Negeri, bilamana
dengan kata-l š ^i]l š ŒvÇ š ‰ Œ µ š v dalam suatu perkara timbul persangkaan
itu tidak dapat dipertanggungkan kepada bahwa yang bersangkutan adalah
‰ o lµvÇ Y_X < š ^š ŒvÇ š _ penderita penyakit jiwa. 9
menunjukkan bahwa pembentuk undang- Berdasarkan huruf e Pasal 5 ayat (1) ini,
undang menghendaki bahwa hal tidak dengan berdasarkan persangkaan saja
dapat dipertanggungkan itu harus disertai bahwa yang bersangkutan adalah penderita
dengan bukti yang kuat. Hal tidak dapat penyakit jiwa, hakim dapat mengajukan
dipertanggungkan tersebut merupakan permohonan kepada rumah sakit jiwa
sesuatu yang diyakini oleh hakim untuk memasukkan terdakwa ke dalamnya.
berdasarkan alat-alat bukti yang ada. Tetapi yang lebih umum dilakukan oleh
Dengan demikian berarti harus ada hakim pidana adalah nanti memerintahkan
keterangan ahli atau visum et repe rtum seorang dimasukkan ke rumah sakit jiwa
mengenai hal tersebut. Suatu persangkaan jika terbukti berdasarkan alat bukti yang
oleh hakim semata-mata, tanpa keterangan sah bahwa terdakwa memang tidak dapat
ahli atau visum et repertum, belum dipertanggungkan karena pertumbuhan
memenuhi syarat yang dikehendaki oleh jiwanya cacat atau terganggu karena
Pasal 44 ayat (2) KUHPidana. penyakit.
Putusan yang menyatakan terdakwa Mengenai wewenang menahan seorang
tidak dapat dipertanggungkan karena di rumah sakit jiwa atas perintah hakim
pertumbuhan jiwanya cacat atau terganggu pidana yang hanya paling lama 1 (satu)
karena penyakit, hakim dapat pula tahun, sebenarnya dapat menimbulkan
memerintahkan agar terdakwa dimasukkan pertanyaan : apakah waktu itu cukup untuk
ke rumah sakit jiwa. Perintah untuk upaya mengobati yang bersangkutan dan
dimasukkan ke rumah sakit jiwa itu paling melindungi masyarakat. Tetapi ketentuan
lama 1 (satu) tahun sebagai waktu ini merupakan hal yang dapat dimaklumi
percobaan. Sebenarnya ada prosedur lain sebab perkiraan jangka waktu untuk upaya
di mana hakim dapat memasukkan seorang merawat dan mengobati seorang sakit jiwa
ke rumah sakit jiwa tanpa terlebih dahulu sudah merupakan bidang di luar
memutuskan bahwa terdakwa terbukti pengetahuan hakim yang bukan seorang
tidak dapat dipertanggungjawabkan. psikiater. Adalah sudah tepat bahwa
Dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No.3 penentuan waktu percobaan itu paling
Tahun 1966 tentang Kesehatan Jiwa lama 1 (satu) tahun. Dengan berdasarkan
(Lembaran Negara Tahun 1966 No.23, hasil pemeriksaan selama dalam waktu
Penjelasan dalam Tambahan Lembaran percobaan itu, psikiater lah yang lebih
Negara No.2805), dikatakan bahwa, Untuk berwenang untuk menentukan apakah
mendapatkan perawatan dan pengobatan terdakwa masih memerlukan perawatan
pada suatu tempat perawatan harus ada dan pengobatan lebih lanjut atau tidak.
permohonan dari salah seorang yang Jika kemudian ternyata menurut pendapat
tersebut di bawah ini : psikiater rumah sakit jiwa yang
a. si penderita, jika ia sudah dewasa. bersangkutan masih memerlukan
b. Suami/isteri atau seorang anggota perawatan dan pengobatan, maka hal itu
keluarga yang sudah dewasa. bukan lagi merupakan urusan hakim pidana
c. Wali dan/atau yang dapat dianggap yang telah memerintah memasukkan
sebagai wali si penderita. terdakwa ke rumah sakit jiwa sebagai
d. Kepala Polisi/Kepala Pamongpraja di waktu percobaan.
tempat tinggal atau di daerah di mana si
penderita ada. 9
Tan Pariaman, Op.cit., hal.228.
18
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013
KUHPidana juga tidak membuat gangguan jiwa atau penyakit jiwa atau
ketentuan agar rumah sakit jiwa itu retardasi mental tidak dipidana dan
memberikan laporan tentang keadaan dapat dikenakan tindakan.
orang yang bersangkutan setelah selesai Pasal 39
waktu percobaannya. Dalam hal ini perlu Apabila si pembuat pada waktu
mendapat perhatian bahwa orang yang melakukan tindak pidana ternyata
melakukan tindak pidana tapi oleh hakim kurang dapat dipertanggung jawabkan
diperintahkan dimasukkan ke rumah sakit karena menderita gangguan jiwa atau
jiwa sebenarnya merupakan orang penyakit jiwa atau retardasi mental,
berbahaya bagi masyarakat. Tetapi maka hakim dapat mengurangi pidana
KUHPidana tidak mengatur pengawasan yang berlaku baginya atau mengenakan
lebih lanjut terhadap orang itu. tindakan kepadanya. 10
Menurut pendapat penulis, seharusnya Masalah perbedaan antara teks resmi
ada ketentuan bahwa hasil pemeriksaan yang menggunakan istilah verstandelijke
selama waktu percobaan tersebut vermogens dengan terjemahannya ke
disampaikan kepada pihak kepolisian yang dalam bahasa Indonesia yang lebih sering
menyidik perkara itu, jaksa penuntut umum diterjemahkan sebagai : jiwa, telah
yang menuntutnya dan hakim yang diselesaikan oleh Pasal 38 Naskah
menjatuhkan putusan. Ini karena polisi dan Rancangan. Pasal 38 Naskah Rancangan
jaksa, untuk kepentingan umum, telah menggunakan istilah jiwa. Tetapi, ini
mempunyai wewenang untuk mengajukan tidak berarti istilah akal tidak lagi
permintaan agar seseorang di masukkan ke mempunyai arti penting. Dalam Naskah
rumah sakit jiwa. Rancangan Penjelasan dapat ditemukan
keterangan bahwa,
B. Pengaturan Di Masa Mendatang Untuk dapat dikatakan bahwa seseorang
Indonesia sekarang ini masih dalam mampu bertanggungjawab yang
tahap mempersiapkan suatu rancangan menentukan adalah faktor akalnya.
Kitab undang-undang Hukum Pidana Akalnyalah yang dapat membeda-bedakan
Nasional untuk menggantikan KUHPidana antara perbuatan yang diperbolehkan dan
peninggalan masa Hindia Belanda. yang tidak diperbolehkan. Dalam hal tidak
Sebelum RUU tentang KUHPidana mampu bertanggungjawab, keadaan akal
1999/2000, telah ada Naskah Rancangan pembuat tidak normal, oleh karena akalnya
yang disusun oleh Panitia Penyusunan RUU memang tidak berfungsi normal. Tidak
KUHP 1991/1992 yang telah normalnya fungsi akal itu disebabkan
disempurnakan oleh Tim Kecil sampai karena perobahan pada fungsi jiwanya yang
dengan 13 Maret 1993. mengakibatkan gangguan pada kesehatan
Dalam Bab II (Tindak Pidana dan jiwanya. 11
Pertanggungjawaban Pidana) dari Buku
Kesatu (Ketentuan Umum) Naskah
Rancangan itu terdapat paragraf 9 yang 10
Panitia Penyusunan RUU KUHP 1991/1992,
berjudul Kemampuan Bertanggung Jawab. Naskah Rancangan Kitab Undang-undang Hukum
Paragraf 9 ini memiliki dua pasal sebagai Pidana (Baru). Buku Kesatu t Buku Kedua,
Departemen Kehakiman, fotokopi, tanpa tahun,
berikut :
hal.10.
Pasal 38 11
Panitia Penyusunan RUU KUHP 1991/1992,
Barangsiapa melakukan tindak pidana Naskah Rancangan Kitab Undang-undang Hukum
yang tidak dapat dipertanggung Pidana (Baru). Buku Kesatu t Buku Kedua
jawabkan kepadanya karena menderita (Penjelasan), Departemen Kehakiman, fotokopi,
tanpa tahun, hal.23.
19
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013
Perbedaan lain dengan Pasal 44 ayat (1) 1. karena retardasi mental maka fungsi
KUHPidana adalah bahwa Pasal 38 Naskah intelektual umum berada di bawah rata-
Rancangan tidak lagi menyebut tentang rata yang cukup berarti (I.Q. di bawah
lŒ]š Œ] ^‰ Œšµu µZ v i]Á vÇ š š u 70);
š ŒP vPPµ l Œ v ‰ vÇ l]š_X W vÇ µš v 2. retardasi mental berakibat atau
kriteria-kriteria ini dipandang terlalu berkaitan dengan kehendaknya dalam
membatasi dan tidak sesuai lagi dengan perilaku adaptif (tidak mampu untuk
perkembangan psikiatri. memenuhi norma berdikari dan
Naskah Rancangan hanya menyebut pokok- tanggungjawab sosial sesuai dengan usia
pokoknya saja, yaitu : dan lingkungan budaya).
3.
- gangguan jiwa; Retardasi mental mulai timbul di bawah
- penyakit jiwa; usia delapan tahun. 13
- retardasi mental. Apa yang dimaksudkan dengan retardasi
Sekalipun dalam Pasal 38 Naskah mental adalah sama halnya dengan
Rancangan diadakan perbedaan antara ^‰ Œšµu µZ v i]Á vÇ š_ o u W • o
gangguan jiwa dengan penyakit jiwa, tapi 44 ayat (1) KUHPidana
dalam Naskah Rancangan Penjelasan Hal yang perlu diperhatikan adalah
terhadap pasal ini tidak ada penegasan mengenai penentuan I.Q. dalam Naskah
tentang perbedaan antara kedua hal itu. Rancangan, yaitu disebutkan I.Q. di bawah
Dalam Naskah Rancangan Penjelasan hanya 70. Dalam pendapat-pendapat yang
diberikan keterangan bahwa, dikemukakan di bagian depan jelas bahwa
Yang dimaksud dengan gangguan jiwa sekarang ini pada umumnya mereka yang
atau penyakit jiwa yaitu sesuatu perubahan tergolong debil yang ber-I.Q. 50-70 tidaklah
pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya termasuk ke dalam orang yang tidak dapat
gangguan pada kesehatan jiwa. dipertanggungjawabkan. Naskah
Melakukan tindak pidana yang tidak Rancangan bermaksud memasukkan
dapat dipertanggungjawabkan berarti : golongan debil ini sebagai orang yang tidak
a. tidak mampu untuk memaksudkan suatu dapat dipertanggungjawabkan.
tujuan yang sadar atau Apa yang dikemukakan dalam Naskah
b. tidak mampu untuk mengarahkan Rancangan terlalu berlebihan. Seperti
kemauannya, atau dikemukakan di bagian depan, umur
c. tidak mampu untuk memahami dan intelegensi debil adalah seperti anak-anak
menginsyafi tentang sifat melawan umur 7 t 16 tahun. Orang dengan
hukum dari tindakannya. 12 kecerdasan usia 15-16 tahun misalnya,
Jadi, tidaklah semua gangguan jiwa atau seharusnya sudah dapat
penyakit jiwa mengakibatkan seseorang dipertanggungjawabkan, sekalipun
tidak dapat dipidana. Hanya gangguan jiwa tanggungjawab yang dipikulnya tidaklah
dan penyakit jiwa yang memenuhi tiga harus persis sama dengan orang dewasa.
syarat yang disebutkan dalam Naskah Dengan demikian, terhadap golongan debil,
Rancangan Penjelasan di atas yang yaitu yang ber-I.Q. 50-70, dengan umur
membuat seseorang tidak dapat dipidana. intelegensi seperti anak-anak umur 7-16
Mengenai retardasi mental diberikan tahun seharusnya diadakan suatu
keterangan, pembedaan. Mereka yang sekalipun
Yang dimaksud dengan retardasi mental tergolong debil, tapi memili I.Q. yang
ialah suatu keadaan yang memenuhi tertinggi dalam golongan itu, yaitu
memenuhi tiga kriteria : mendekati 70, seharusnya lebih tepat
12 13
Ibid., hal. 24. Ibid.
20
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013
digolongkan sebagai orang yang kurang Pasal 34 dan Pasal 35 ini dapat dikatakan
mampu bertanggungjawab. Pendapat telah disusun dengan tetap mengikuti Pasal
seperti ini dianut oleh para psikiatri 38 dan 39 dari Naskah Rancangan yang
sebagaimana yang telah dikutipkan di disusun oleh Panitia Penyusunan RUU
bagian depan. KUHP 1991/1992 yang telah
Mengenai kurang mampu disempurnakan oleh Tim Kecil sampai
bertanggungjawab yang diatur pada Pasal dengan 13 Maret 1993.
39 Naskah Rancangan, dalam Naskah Sedikit perbedaan adalah mengenai
Rancangan Penjelasan diberikan ‰ vi o • v š ŒZ ‰ ‰ vP Œš] v ^Œ š Œ •]
keterangan, u vš o_U ] u v ]l š l v ZÁ U
Yang dimaksudkan dengan kurang z vP ]u l•µ vP v ^Œ š Œ •]
mampu untuk mengarahkan kemauan u vš o_ lah suatu keadaan yang
dalam rangka pertanggungjawaban, ialah memenuhi kriteria sebagai berikut:
disabilitas mental pada seseorang untuk 1. fungsi intelektual umum berada di
mengarahkan kemauan atau kehendaknya bawah rata-rata yang cukup berarti;
dalam rangka pertanggung jawaban. Dalam 2. tidak mampu memenuhi norma
hal yang disebutkan dalam pasal di atas ini, berdikari dan tanggung jawab sosial
yaitu pembuat dinilai sebagai kurang sesuai dengan usia dan lingkungan
mampu untuk menginsyafi tentang sifat budaya; dan
melawan hukumnya perbuatan yang 3. mulai timbul di bawah usia 18 (delapan
dilakukan atau untuk berbuat berdasarkan belas) tahun.
keinsyafan itu dapat dipidana, tetapi Dalam penjelasan ini, berkenaan dengan
dikurangi namun hakim dapat juga hanya fungsi intelektual umum, tidak lagi
menjatuhkan tindakan berupa perawatan di ] všµul v µlµŒ v ^/XYX ] Á Z óì_X
rumah sakit jiwa, atau menyerahkan Mengenai tindakan yang dapat
pembuat kepada pemerintah untuk diambil dikenakan, Pasal 94 ayat (1) RUU
tindakan sesuai dengan ketentuan hukum KUHPidana 1999/2000 dikatakan bahwa
yang berlaku. 14 setiap orang yang memenuhi ketentuan
Dalam RUU KUHPidana 1999/2000, Pasal 34 dan pasal 35, dapat dikenakan
dapat ditemukan Pasal 34 dan 35 sebagai tindakan berupa :
berikut: a. perawatan di Rumah Sakit Jiwa;
Pasal 34 b. penyerahan kepada pemerintah; atau,
Setiap orang yang pada waktu melakukan c. penyerahan kepada seseorang.
tindak pidana menderita gangguan jiwa, Selanjutnya dalam Pasal 96 ayat (1)
penyakit jiwa atau retardasi mental, tidak Naskah Rancangan ditentukan bahwa
dapat dipertanggungjawabkan dan dijatuhi tindakan berupa perawatan di Rumah Sakit
pidana, tetapi dapat dikenakan tindakan. jiwa diputus oleh hakim setelah pembuat
Pasal 35 tindak pidana dilepas dari segala tuntutan
Setiap orang yang pada waktu melakukan hukum dan yang bersangkutan masih
tindak pidan akurang dapat dianggap berada dalam keadaan yang
dipertanggungjawabkan karena menderita berbahaya.
gangguan jiwa, penyakit jiwa, atau retardasi RUU KUHPidana 1999/2000 ini tidak lagi
mental, pidananya dapat dikurangi atau disebutkan tentang waktu percobaan yang
dikenakan tindakan.15 selama-lamanya 1 (satu) tahun. Dengan
demikian penempatan di Rumah Sakit Jiwa
14
Ibid.
15
Rancangan Undang-µv vP E}u}Œ Y d Zµv Y Departemen Hukum dan Perundang-undangan,
tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana, 1999-2000, hal.15.
21
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013
22
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013
23