Anda di halaman 1dari 10

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

MODUL PENGHAPUSAN, PENGURANGAN DAN


PENAMBAHAN HUKUMAN
4 JP ( 180 Menit )
04

Pengantar

Modul ini berisi tentang Penghapusan, Pengurangan Dan Penambahan


Hukuman

Kompetensi Dasar

Memahami penghapusan, pengurangan dan penambahan hukuman.

Indikator Hasil Belajar :

a. Menjelaskan penghapusan hukuman


b. Menjelaskan pengurangan hukuman
c. Menjelaskan penambahan hukuman

Materi Pokok

Penghapusan, pengurangan dan penambahan hukuman

HUKUM PIDANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Metode Pembelajaran

1. Ceramah, metode ini Pendidik menyampaikan / menjelaskan kepada


peserta didik tentang :

a. Penghapusan hukuman
b. Pengurangan hukuman
c. Penambahan hukuman

2. Penugasan, metode ini diberikan oleh Gadik kepada peserta didik


secara individu untuk membuat rangkuman.

3. Tanya Jawab, metode ini diberikan oleh Gadik kepada peserta didik
dalam rangka penguatan materi yang telah disampaikan.

4. Diskusi kelompok

Bahan dan Alat

1. Bahan
. – Hanjar KUHP

2. Alat
a. Laptop
b. Flip Chart
c. LCD
d. Spidol

Proses Pembelajaran

1. Tahap awal 10 menit


a. Perkenalan
b. Menyampaikan maksud dan tujuan materi

2. Tahap inti 155 menit


a. Menjelaskan penghapusan, pengurangan dan penambahan
hukuman
2

HUKUM PIDANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

b. Serdik mendengarkan penjelasan


c. Pendidik menanyakan materi dan tanya jawab

3. Tahap akhir 15 menit


Pendidik memberikan ulasan materi dan mengecek penguasaan
materi kapada semua serdik

TAGIHAN / TUGAS

Peserta didik mengumpulkan hasil diskusi kelompok

LEMBAR KEGIATAN

Peserta didik membuat resume modul 4 sesuai dengan arahan dan


tugas yang diberikan oleh pendidik

HUKUM PIDANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Bahan Bacaan

1. Penghapusan hukuman

Yang dimaksud dengan alasan peniadaan pidana (starfuits Luitings


Gronden) atau penghapusan pidana ialah hal / keadaan yang
mengakibatkan seseorang yang memenuhi perumusan peristiwa
pidana /perbuatan pidana /tindak pidana atau delict tidak dapat
dipidana.

a. Macam alasan peniadaan/penghapusan pidana

Menurut Doktrin starfuits Luitings Groden ini diperinci :


1) Rechtvaardigingsronden atau alasan pembenar yaitu alasan
yang menghapuskan sifat “ Wederrechtelijk” dari pada
peristiwa yang memenuhi ketentuan pidana , sehingga tidak
merupakan peristiwa tindak pidana .
2) Schuld-opheffimgsgronden/schulduits-luitingsgroden atau
alasan pemaaf yaitu alasan yang menghilangkan kesalahan
orang yang seharusnya bertanggung jawab atas peristiwa
pidana sehingga ia tidak dipidana tapi peristiwa/perbuatannya
tetap merupakan “ Wederrechtelijk “ ( melawan hukum ).

KUHP tidak menggunakan perincian, tetapi menurut Doktrin


mengadakan perincian sbb:
1) Inwedige Groden van ontoerekenbaarheid ( karena keadaan
yang terdapat dalam pribadi penanggung jawab )
2) Uitwendige Groden van ontoerekkenbaarheid (karena
keadaan diluar pribadi penaggung jawab )

Alasan peniadaan/penghapusan pidana (Strafuits luiting Groden )


dalam KUHP terdiri dalam bentuk :

1) Karena sakit atau kurang sempurna akalnya ( pasal 44 KUHP)


Menerangkan bahwa barangsiapa berbuat tindak pidana
yang tidak dapat dipertanggungkan kepadanya karena
kurang sempurna akalnya, atau berubah akalnya, tidak
boleh dihukum.

Kurang sempurna akalnya yaitu kurang sempurna


kecerdasan otaknya, ia sebenarnya tidak sakit, akan tetapi
orang itu
4

HUKUM PIDANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

oleh karena cacat-cacatnya mulai dilahirkan, pikirannya tidak


dapat berkembang maju, sehingga ia seperti anak kecil dan
tidak mempunyai daya yang normal untuk dapat membedakan
baik dan jelek , dalam kehidupan sehari-hari mereka ini biasa
disebut orang idioot ( buta, tuli mulai lahir dan tidak pernah
mendapat pendidikan )

Sakit berubah akalnya yaitu pikiran atau jiwa orang itu


memang sakit, terganggu, sehingga ia tidak dapat berpikir
secara normal.

Dalam praktek, jika polisi menjumpai peristiwa semacam ini, ia


tetap berkewajiban untuk memeriksa perkaranya dan
membuat berita acara, hakimlah yang nanti akan
memutuskannya. Ia dapat minta nasehat dari seorang ahli
penyakit jiwa ( psychiater ), orangnya dapat ditahan di rumah
sakit jiwa selama maksimum satu tahun untuk diperiksa
ingatannya.

2) Karena kekuasaan yang tidak dapat dihindarkan ( Overmacht)

Pasal 48 KUHP
Menentukan bahwa barangsiapa berbuat tindak pidana
karena terpaksa oleh suatu kekuasaan yang tidak dapat
dihindarkan tidak dihukum.
Kata “ terpaksa “ harus diartikan baik paksaan batin maupun
lahir, rokhani maupun jasmani.
Kekuasaan yang tidak dapat dihindarkan yaitu kekuasaan
berlebih, kekuasaan yang pada umumnya dipandang tidak
dapat / patut dilawan.
Mr. J.E. Jonkers membedakan kekuasaan ini atas 3 macam
yaitu :
a) Yang bersifat absolut
b) Yang bersifat relatif
c) Yang berupa keadaan darurat.

3) Karena pembelaan darurat ( Nodweer ) Pasal 49 KUHP

Ayat ( 1 ) Mengatakan bahwa barang siapa melakukan


perbuatan yang terpaksa dilakukannya untuk membela dirinya
atau diri orang lain , membela kehormatan diri atau orang lain
membela harta benda sendiri atau harta benda orang lain dari
pada
5

HUKUM PIDANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

serangan yang melawan hak dan mengancam dengan segera


pada saat itu juga, tidak boleh dihukum.
Supaya orang dapat mengatakan dirinya dalam pembelaan
darurat harus dipenuhi tiga macam syarat yaitu :
a) Perbuatan yang dilakukan itu harus terpaksa untuk
membela dan pembelaan itu harus amat perlu, boleh
dikatakan tidak ada jalan lain.
b) Pembelaan itu harus hanya ditujukan kepada
kepentingan-kepentingan yang ditentukan yaitu badan,
kehormatan dan barang kepunyaan sendiri atau orang
lain.
Badan artinya tubuh, kehormatan berarti disini
kehormatan dalam lapangan sexual yang diserang
dengan perbuatan-perbuatan tidak senonoh atau
kesusilaan. Barang artinya segala yang berwujud juga
termasuk binatang.
c) Harus ada serangan yang melawan hak dan mengancam
pada ketika itu juga.

Ayat ( 2 ) Karena pembelaan darurat melampaui batas


( noodweer exses ) Mengatakan bahwa melampaui batas
pembelaan yang sangat perlu, jika perbuatan itu dengan
sekonyong-konyong dilakukan karena perasaan tergoncang
hebat yang timbul karena serangan itu, tidak boleh dihukum.

4) Karena menjalankan peraturan undang-undang ( Wettelijk


Voorschrift ) Pasal 50 KUHP

Yang menentukan bahwa barang siapa melakukan perbuatan


untuk menjalankan peraturan undang-undang tidak boleh
dihukum.

Di sini diletakkan suatu prinsip, bahwa apa yang telah


diharuskan oleh undang-undang, tidakmungkin untuk diancam
hukuman denganundang-undang yang lain.

Yang dimaksud dengan undang-undang yaitu semua


peraturan yang dibuat oleh suatu badan pemerintahan yang
diberi kekuasaan membuat undang-undang ( legislatip ).

5) Karena menjalankan perintah jabatan ( Ambtelijk Bevel )


Pasal 51 KUHP

HUKUM PIDANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Ayat ( 1 ) Menerangkan bahwa barang siapa melakukan


perbuatan untuk menjalankan perintah jabatan yang diberikan
oleh kuasa yang berhak akan itu, tidak boleh dihukum.

Ayat ( 2 ) Mengatakan bahwa perintah jabatan yang diberikan


oleh kuasa yang tidak berhak tidak membebaskan dari
hukuman, kecuali jika pegawai yang dibawahnya atas
kepercayaannya memandang, bahwa perintah itu seakan-
akan diberikan oleh kuasa yang berhak dengan syah dan
menjalankan perintah itu menjadi kewajiban pegawai yang di
bawah perintah tadi.

Syarat pertama yaitu bahwa orang itu melakukan perbuatan


atas suatu perintah jabatan, antara pemberi perintah dengan
orang yang diperintah harus ada hubungan yang bersifat
jabatan atau kepegawaian negeri, bukan pegawai partikulir.
Tidak perlu bahwa yang diberi perintah itu harus orang
bawahan dari yang memerintah. Mungkin sama pangkatnya,
tetapi yang perlu antara yang memerintah dan yang diperintah
harus ada kewajiban untuk mentaati perintah itu.

Syarat kedua bahwa perintah itu harus diberikan oleh kuasa


yang berhak untuk memberikan perintah. Jika kuasa tersebut
tidak berhak,maka orang yang menjalankan perintah tadi tetap
dapat dihukum atas perbuatan yang telah dilakukannya,
melainkan jika orang itu dengan itikad tidak mengira, bahwa
perintah tersebut syah dan diberikan oleh kuasa yang berhak
untuk itu, jika demikian orang itu tidak dapat dihukum.

2. Pengurangan hukuman

Alasan pengurangan hukuman /peringanan :


a. Percobaan ( Pasal 53 KUHP)
b. Membantu/mendeplichtigheid (Pasal 56 KUHP )
c. Belum dewasa atau belum cukup umur (Pasal 45 KUHP )

Menentukan bahwa jika seorang yang belum dewasa dituntut, karena


telah melakukan perbuatan yang telah ia kerjakan pada waktu
umurnya belum cukup 16 tahun, maka terhadap orang itu hakim dapat
memutuskan memilih salah satu dari tiga kemungkinan yaitu :
a. Anak itu dikembalikan kepada orang tua atau walinya, tanpa
dijatuhi hukuman suatu apa.
b. Anak itu
7

HUKUM PIDANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

dijadikan anak negara maksudnya tidak dijatuhi hukuman tetapi


diserahkan kepada rumah pendidikan anak-anak nakal, untuk
mendapat didikan dari negara sampai anak itu mencapai umur 18
tahun
c. Anak itu dijatuhi hukuman seperti otang dewasa akan tetapi dalam
hal ini ancaman hukumannya dikurangkan dengan sepertiganya
( menurut undang-undang perlindungan anak dikurangi
setengahnya )

3. Penambahan atau pemberatan hukuman

1. Memangku suatu jabatan pasal 52 KUHP


Menentukan bahwa jika seorang pegawai negeri, karena
melakukan suatu tindak pidana, melanggar kewajiban istimewa
dalam jabatannya, atau pada waktu melakukan tindak pidana
memakai kekuasaan, kesempatan atau daya upaya ( alat ) yang
diperoleh dari jabatannya, maka ancaman hukumannya ditambah
dengan sepertigannya.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu :
1) Yang berbuat tindak pidana harus pegawai negeri.
2) Pegawai negeri itu harus :
a) Melanggar kewajibannya yang istimewa.
b) Memakai kekuasaan, kesempatan atau daya upaya (alat)
yang diperoleh karena jabatannya.

b. Residive ( Pasal 486, 489 ayat 2, 492 ayat 2, 501 ayat 2 dsb .)

c. Gabungan atau samenloop ( Pasal 63, 64,65 dan 66 KUHP

HUKUM PIDANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

Rangkuman

1. Yang dimaksud dengan alasan peniadaan pidana (starfuits Luitings


Gronden) atau penghapusan pidana ialah hal / keadaan yang
mengakibatkan seseorang yang memenuhi perumusan peristiwa
pidana /perbuatan pidana /tindak pidana atau delict tidak dapat
dipidana

2. Alasan pengurangan hukuman /peringanan :


a. Percobaan ( Pasal 53 KUHP)
b. Membantu/mendeplichtigheid (Pasal 56 KUHP )
c. Belum dewasa atau belum cukup umur (Pasal 45 KUHP )

3. Penambahan atau pemberatan hukuman


a. Memangku suatu jabatan pasal 52 KUHP
b. Residive ( Pasal 486, 489 ayat 2, 492 ayat 2, 501 ayat 2 dsb .)
c. Gabungan atau samenloop ( Pasal 63, 64,65 dan 66 KUHP

Latihan

A. Pilihan Ganda

1. Alasan peniadaan / penghapusan pidana, kecuali ...


a. Overmatch
b. Nodweer
c. Exteritorialitet
d. Oentoerkkening vat baar heid

2. Alasan pengurangan / peringanan hukuman, kecuali ...


a. Percobaan
b. Membantu
c. Belum dewasa
d. Turut serta

HUKUM PIDANA
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

3. Penambahan atau pemberatan hukuman, kecuali ...


a. Residive
b. Samenloop
c. Sudah dewasa
d. Memangku suatu jabatan

4. Alasan pengurangan hukuman /peringanan percobaan ...


a. Pasal 53 KUHP
b. Pasal 54 KUHP
c. Pasal 55 KUHP
d. Pasal 56 KUHP

5. Mr. J.E. Jonkers membedakan kekuasaan ini atas 3 macam


yaitu...
a. Yang bersifat absolut
b. Yang bersifat relatif
c. Yang berupa keadaan darurat
d. a, b dan c benar

B. Uraian Singkat

1. Jelaskan apa yang dimaksud penghapusan pidana !


2. Sebutkan macam alasan peniadaan/penghapusan pidana !
3. Jelaskan pengertian kurang sempurna akalnya !
4. Jelaskan pengertian sakit berubah akalnya !
5. Sebutkan alasan pengurangan hukuman /peringanan !

C. Uraian Bebas

1. Bagaimana pendapat anda tentang penghapusan hukuman


apabila dikaitkan dengan situasi saat ini yang mana kejahatan
cenderung meningkat
2. Apa yang anda ketahui tentang pengurangan hukuman

10

HUKUM PIDANA

Anda mungkin juga menyukai