WAWANCARA DENGAN KLIEN Oleh : Thomas E. Tampubolon,SH.,MH PENGANTAR
Sebagai skill (keahlian) wawancara bukanlah sesuatu
yang dapat dipelajari secara menyeluruh dengan membaca satu textbook (buku teks) atau belajar cepat dalam satu hari sebelum ulangan. Cara yang terbaik untuk mempelajari keahlian wawancara adalah melalui jalan praktek. Ada ungkapan lama yang mengatakan “Alah Bisa Karena Biasa” (Practice Makes Perfect). Akan tetapi ada beberapa cara yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan untuk wawancara. MENGAPA PERLU WAWANCARA ? Ada 3 (tiga) alasan penting melakukan wawancara yaitu :
- Agar klien dapat memberitahu advokat tentang masalah hukumnya dan mendapat advis hukum ; - Agar advokat mendapatkan informasi yang relevan dari kliennya mengenai kasusnya sehingga advokat dapat memberi penilaian atas posisi hukum klien; - Agar advokat dapat/memberi advis kepada klien tentang upaya hukum yang tepat yang akan dilakukan.
TEMPAT WAWANCARA
Tempat untuk wawancara banyak ditentukan jenis
jasa/bantuan hukum yang diberikan advokat.
Perkara Pidana bisa di RUTAN atau di Sel
Polisi
Perkara Perdata bisa di kantor advokat atau di
kantor klien. Kita selaku advokat harus dapat beradaptasi dengan tempat dimana wawancara diadakan tentu kalau bisa wawancara di kantor advokat yang bersangkutan. PERSIAPAN UNTUK WAWANCARA Advokat harus mempersiapkan diri sebelum wawancara dengan menyiapkan konsep tentang apa yang perlu diketahui dan ditanyakan pada klien. Advokat harus berusaha agar klien mempunyai kesan pertama yang baik terhadap si advokat dan ini biasanya bertahan lama. Kalau wawancara diadakan di kantor advokat, maka si advokat mengatur ruang rapat yang nyaman dan menyediakan waktu untuk itu. Jangan sampai sering ada interupsi baik karena bunyi HP atau telepon dari luar ke kantor advokat. Kalau tidak mendesak beritahu resepsionis/sekretaris untuk mem-pending telepon yang masuk dan HP dimatikan atau beritahu pada resepsionis/sekretaris untuk menerima panggilan masuk. STRUKTUR WAWANCARA
Struktur wawancara pada umumnya dapat dibagi
ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu : a. Pembukaan (introduction) ; b. Materi Utama Wawancara (the main body of the interview) ; c. Kesimpulan (conclusion). Ad.a. Pembukaan (introduction)
Seperti telah dijelaskan diatas kesan pertama biasanya
membekas lama pada diri klien dan karena itu kita harus berupaya klien mendapat kesan pertama yang baik. Mulai dari pintu masuk atau ruang tamu kita temui klien dan antar ke tempat duduk untuk wawancara. Tanyakan mau minum apa ? tawarkan makanan kecil seperti kue, permen, dll. Berikan kartu nama. Baik juga sebentar untuk berbasa-basi. misalnya : - menanyakan apa dapat kesulitan ke kantor kita; - dimana tempat tinggal klien ; - dan sebagainya. Pada kesempatan ini jelaskan maksud wawancara dan katakan akan mencatat wawancara tersebut tapi semua informasi yang diberikan klien bersifat rahasia. Klien diminta untuk memberikan keterangan apa adanya agar advokat dapat menilai kelak.
Pertanyaan dari klien.
Kita harus memberi kebebasan pada klien untuk
bertanya kalau ada perlu dia ketahui. Advokat tentu harus mengendalikan agar jangan melenceng dari maksud dan tujuan wawancara. Di negara yang hukumnya Anglo Saxon seperti Inggris, Singapore, India dan lain-lain untuk klien yang menjadi Tersangka/Terdakwa hal biasa untuk menanyakan apa klien mengaku bersalah atau tidak. Di Indonesia tidak lazim. Identitas Klien Sebelum masuk materi utama wawancara, advokat menanya dan mencatat identitas klien: Nama, pekerjaan, alamat rumah dan kantor, No.telp rumah, kantor dan HP. Ad.b. Materi Utama Wawancara Melalui wawancara ini advokat ingin mendapat informasi tentang masalah hukum klien secara kronologis, sistematis dan akurat karena itu advokat harus mengendalikan wawancara dan bertanya dan berbicara dengan bahasa yang mudah dimengerti klien.
Tehnik Bertanya Ada berapa variasi dalam mengajukan pertanyaan yaitu : • Yes/No questions ; • Closed questions ; • Open questions. Setiap variasi pertanyaan mempunyai plus dan minus dan tidak ada variasi yang lebih baik dari yang lain. Jadi tergantung keadaan atau info yang dibutuhkan advokat dan karena itu pertanyaan disesuaikan dengan hal-hal tersebut.
Dalam bertanya advokat harus mengajukan pertanyaan satu per satu secara singkat dan jelas dan mendengar jawaban dengan penuh perhatian atas masing-masing pertanyaan tersebut. Kita tidak perlu menyusun satu persatu pertanyaan karena bisa tidak menguntungkan dan tidak mencapai sasaran, cukuplah kita membuat catatan semacam pointers. Tehnik Mendengar Advokat harus memberi perhatian penuh pada jawaban atau keterangan klien atau memberi tanggapan yang tepat. Kalau klien merasa si advokat tidak memperhatikan jawaban atau penjelasannya hal itu bisa membuat klien hilang kepercayaannya pada advokat yang bersangkutan.
Ada berapa variasi dalam mendengar yaitu : • Passive listening ; • Responsive listening ; • Active listening. Seperti halnya variasi bertanya dalam kaitan mendengar tidak ada variasi mendengar yang mana yang terbaik karena semua baik tergantung keadaan dan style dari advokat yang bersangkutan. Ad.c. Kesimpulan
• Advokat sebaiknya menyampaikan kesimpulan dari hasil
wawancara ;
• Advis hukum biasanya ditanyakan klien misalnya bagaimana
posisi hukumnya atau apa langkah atau upaya yang akan diambil. Kalau masih ada data atau informasi yang perlu kita dapat kita bisa mengatakan pada klien advis hukum yang dapat diberikan masih bersifat sementara atau nanti advis hukum diberikan setelah data dan info lengkap didapat ; • Dalam mengakhiri wawancara advokat harus menutupnya dengan ramah dan bersahabat agar kesan klien dari keseluruhan pertemuan baik. Advokat menyalami klien dengan hangat dan mengucapkan terima kasih serta mengantar ke pintu keluar.
Pendekatan sederhana untuk komunikasi profesional: Panduan praktis untuk komunikasi profesional dan strategi komunikasi bisnis tertulis dan interpersonal terbaik