Anda di halaman 1dari 41

FORENSIK PSIKIATRI DAN ETIK

DALAM PSIKIATRI

Safitri Muhlisa, S. Ked


Pika Ranita A., S. Ked
Pembimbing : dr. Zainie Hasan Sp.KJ (K)
BAB I PENDAHULUAN

Psikiatri Forensik adalah subspesialisasi ilmu kedokteran yang menelaah


mental manusia dan berfungsi membantu hukum peradilan. Kedokteran
forensik merupakan salah satu titik singgung ilmu hukum dan ilmu
kedokteran.

Hubungan antara suatu tindak pidana dengan kemampuan terdakwa


untuk dapat mempertanggungjawabkan perilakunya merupakan suatu
unsur yang utama bagi hakim dalam mengambil keputusan melalui
pemeriksaan di pengadilan.

Dalam rangka menentukan pertanggungjawaban sesuai dengan kompetensi akalnya


tersebut, maka psikiatri forensik menjadi sangat penting.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

• Psikiatri forensik adalah sub-spesialisasi ilmu kedokteran yang menelaah mental


manusia dan berfungsi membantu hukum peradilan.
PERAN DOKTER DALAM PSIKIATRI FORENSIK

Dokter

Memberi bantuan
tambahan fakta-fakta
Terapis
sebagai bukti, dalam
Posisinya bukan medis
upaya memenuhi
tetapi posisi legal.
kebutuhan unsur untuk
pengambilan keputusan
peradilan,

Visum et Repertum Psychiatrum


PSIKIATRI FORENSIK

• Kegiatan utama psikiatri forensik adalah pembuatan Visum et Repertum


Psychiatricum.

• Saat ini yang paling banyak adalah pembuatan Visum et Repertum


Psychiatricum untuk kasus pidana
Pidana Perdata Kasus lain

• Terperiksa • Pembatalan • Kompetensi


sebagai kontrak untuk
pelaku • Pengampuan diinterview
• Terperiksa (curatelle) • Kelayakan
sebagai • Hibah untuk maju
korban • Perceraian sidang
• Adopsi
DASAR HUKUM PSIKIATRI FORENSIK

• KUHAP (Pasal 65, 80,120,180,184 dan 284)


• KUHP pasal 44
• UU No.36 Tahun 2011 pasal 150 ayat (1) dan ayat (2)
UU NO. 36 TAHUN 2011 PASAL 150 AYAT (1)
DAN AYAT (2)

(1)Pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan penegakan hukum (visum et repertum

psychiatricum) hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa pada fasilitas
pelayanan kesehatan.

(2)Penetapan status kecakapan hukum seseorang yang diduga mengalami gangguan kesehatan jiwa
dilakukan oleh tim dokter yang mempunyai keahlian dan kompetensi sesuai dengan standar
profesi.
KUHP PASAL 44

“Barang siapa melakukan tindak pidana yang tidak dapat


dipertanggungjawabkan padanya karena pada waktu melakukan
Ayat 1
perbuatan tersebut ia menderita gangguan/ sakit jiwa, atau
keterbelakangan mental, atau gangguan kesadaran tidak dipidana.”

Ayat 2 “Jika ternyata perbuatan tidak dapat dipertanggungjawabkan


pada seseorang karena ayat 1, maka hakim dapat meminta
dirawat & diobati selama 1 tahun di RS jiwa. “
PENJELASAN PADA PASAL 44

Ayat 1: Ayat 2:
• Yang dimaksud dengan gangguan/sakit • Yang dimaksud dengan Rumah Sakit
jiwa adalah gangguan/sakit jiwa dengan Jiwa adalah Rumah Sakit Jiwa
kemampuan menilai realitas terbatas, Pemerintah (Pusat dan Daerah).
terutama psikosis. • Yang dimaksud dengan fasilitas
• Yang dimaksud dengan keterbelakangan pelayanan kedokteran/kesehatan jiwa
mental adalah golongan retardasi adalah Rumah Sakit Jiwa Pemerintah
mental sedang, berat dan sangat berat. (Pusat dan Daerah), Unit/bagian
• Yang dimaksud dengan gangguan Kedokteran Jiwa dari Rumah Sakit
kesadaran adalah gangguan kesadaran Umum, Rumah Sakit Pendidikan, Rumah
yang terdapat pada epilepsi psikomotor, Sakit ABRI.
twilight state, disosiasi histerik, dan lain
lain.
PEMBUATAN VER PSYCHIATRICUM

a. Yang berhak menjadi pemohon:

• Penyidik (KUHAP Pasal 120).


• Penuntut Umum dalam hal tindak pidana khusus (KUHAP pasal 120, Pasal 284)
• Hakim pengadilan (KUHAP Pasal 180 ayat 1).
• Tersangka atau terdakwa melalui pejabat sesuai dengan tingkatan proses pemeriksaan (KUHAP
Pasal 180 ayat 1, 2,3, dan 4).
• Korban (atau tersangka) melalui pejabat sesuai dengan tingkatan proses pemeriksaan (KUHAP
Pasal 65).
• Penasihat hukum/pengacara melalui pejabat sesuai dengan tingkatan proses pemeriksaan
(KUHAP Pasal 80 ayat 1 dan 2).
PEMBUATAN VER PSYCHIATRICUM

Yang dapat menerbitkan VeRP:


- Dokter Ahli Kedokteran Jiwa yang bekerja pada suatu fasilitas perawatan pasien gangguan jiwa yang memenuhi syarat-
syarat menurut Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Yang dapat memberikan Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa Lisan:


- Dokter Ahli Kedokteran Jiwa yang menerbitkan Surat Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa (Visum et Repertum Psychiatricum)
atau Dokter Ahli Kedokteran Jiwa lain

Di daerah-daerah yang terpencil yang tidak mempunyai Dokter Ahli Kedokteran Jiwa dimungkinkan dokter umum membuat
Surat Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa (VeRP) untuk kepentingan proses pengadilan, dengan penetapan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan R.I.cq. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan R.I. (Kakanwil Dep. Kes. R.I.).
ALUR PEMBUATAN VERP

Pelaku/korban tindak pidana Institusi Pelayanan Kesehatan


↓ ↓
BAP (berita acara pemeriksaan) Observasi 2 minggu***
Polisi
↓ ↓
Diduga menderita kelainan jiwa* Psikiater + tim pemeriksa
(psikolog, dll)

Surat Permohonan pembuatan

VeRP** Pemeriksaan tambahan
↓ ↓
Institusi pelayanan kesehatan Penyusunan VeRP
BENTUK KETERANGAN AHLI JIWA

Keterangan ahli Kedokteran jiwa ada dua bentuk yaitu :

• Surat keterangan ahli kedokteran jiwa (VeRP ) yang didahului sebutan PRO
JUSTITIA yang dibuat dalam bentuk menurut pedoman yang ditetapkan dan
terikat sumpah jabatan dokter Indonesia.
• Keterangan ahli Kedokteran Jiwa lisan yang dinyatakan dalam sidang
pengadilan dibawah sumpah.
PENERAPAN DALAM FORENSIK PSIKIATRI
FORENSIK PSIKIATRI

• Malpraktik Kedokteran
• Malpraktik kedokteran  kerugian, atau kesalahan sipil.
• Malpraktik  kesalahan noncriminal dan nonkontrak, akibat kelalaian dokter yaitu melakukan
seusatu yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang dokter yang bertugas merawat pasien atau
gagal melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan seperti yang ditentukan oleh praktik medis
terkini.
• Untuk membuktikan malpraktik, penggungat (misalnya pasien, keluarga, atau harta benda) harus
ditetapkan melalui bukti yang lebih banyak bahwa
• (1) hubungan dokter-pasien yang menciptakan kewajiban perawatan, (
• 2) penyimpangan dari standar perawatan
• (3) pasien cedera
• (4) penyimpangan secara langsung menyebabkan cedera.
Hak Istimewa dan Kerahasiaan

• Hak Istimewa  hak untuk mempertahankan kerahasiaan di hadapan pengadilan. Hak istimewa
adalah milik pasien, bukan dokter, sehingga pasien dapat melepaskan hak tersebut.
batas : (1) kasus federal murni tidak memiliki hak istimewa ahli psikoterapi-pasien; (2) hak istimewa
tidak ada sama sekali di semua pengadilan militer; dan (3) pasien dikatakan melepaskan hak tersebut
dengan mengemukakan keadaan jiwa mereka pada pengadilan, sehingga membuat kadaan mereka
sebagai unsur klaim atau pembelaannya.

• Kerahasiaan  Alasan etik kedokteran yang dipegang lama mengikat dokter unutk menyimpan
rahasia semua informasi yang diberikan oleh pasien. Kewajiban profesional ini disebut kerahasiaan.
Kerahasiaan berlaku pada populasi tertentu dan tidak pada populasi lain. Kelompok ini mencakup
dokter, anggota staf lain yang menangani pasien, penyedia klinis, dan konsultan. Sebuah penggilan
pengadilan dapat memaksa seorang psikiater untuk melanggar kerahasiaan, dan pengadilan bisa
memaksa saksi untuk beraksi demi kelancaran hukum.
Situasi Klinis Resiko Tinggi

• Pasien yang Cenderung Bunuh Diri . Hukum cenderung beranggapan bahwa bunuh diri dapat
dicegah jika sebelumnya dapat diperkirakan. Perkiraan sebelumnya adalah istilah hukum yang benar-
benar samar dan tidak memiliki imbangan klinis yang dapat dibandingkan, lebih berdasarkan pikiran
sehat daripada pikiran ilmiah.

• Pasien dengan Kekerasan  Psikiater yang menangani pasien dengan kekerasan atau cenderung
melakukan kekerasan dapat dituntut karena gagal mengendalikan pasien rawat jalan yang agresif dank
arena mengeluarkan pasien kekerasan yang dirawat di rumah sakit.
• Psikiater juga dapat dituntut karena gagal melindungi masyarakat dari tindakan kekerasan pasien mereka
jika sebenarnya psikiater mampu mengetahui kecenderungan pasiennya unutk melakukan kekerasan dan
jika sebenarnya psikiater dapat melakukan sesuatu yang dapat melindungi masyarakat.
• Psikiater harus mempertimbangkan tugas tarasoff sebagai standar nasional perawatan, bahkan jika
mereka berpraktik di Negara yang tidak memiliki kewajiban unutk memperingatkan dan melindungi.
Rawat Inap

• Prosedur Masuk Rumah Sakit


• Masuk Rumah Sakit Secara Informal  dilakukan pada model rumah sakit umum, yaitu pasien
dimasukkan ke unit psikiatri di dalam rumah sakit umum dengan cara yang saja seperti saat pasien
medis atau bedah masuk.
• Masuk Rumah Sakit Secara Sukarela Pasien meminta secara tertulis untuk mesuk rumah sakit
jiwa. Mereka bisa datang ke rumah sakit atas saran dokter, atau dapat mencari pertolongan sendiri.
Pada keadaan ini pasien mengungkapkan membutukan terapi di rumah sakit.
• Masuk Rumah Sakit Sementara Kedaan ini digunakan untuk pasien yang sudah sangat tua
sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak dapat membuat keputusan sendiri
serta untuk pasien yang terganggu secara akut sehingga mereka harus masuk ke rumah sakit jiwa
dengan segera atas dasar kegawatdaruratan. Prosedur ini hanya sementara karena pasien tidak
dapat dirawat selama lebih dari 15 hari jika mereka tidak menginginkannya.
• Masuk Rumah Sakit Secara Paksa  Hal ini melibatkan apakah pasien cenderung bunuh diri
sehingga mebahayakan diri sendiri atau cenderung melakukan pembunuhan sehingga
membahayakan orang lain. Karena orang ini tidak mengetahui kebutuhan mereka sendiri akan
perawatan di rumah sakit, permintaan untuk masuk rumah sakit dibuat oleh kerabat atau teman
mereka.
Hak Untuk Mendapatkan Terapi

• Orang yang secara perdata dimasukkan ke dalam rumah sakit jiwa


memiliki hak konstusional untuk mendapatkan terapi individual
yang akan memberikan mereka kesempatan yang beralasan untuk
disembuhkan atau memperbaiki keadaan jiwa mereka.
• Kitab undang-undang baru  hak untuk :
Pada kasus O’Conor v. Donaldson
• bebas dari obat yang berlebihan dan tidak perlu;
tahun 1976, Supreme Court of the
• privasi dan harga diri; United States mengatur bahwa
pasien sakit jiwa yang tidak
• lingkungan yang paling tidak terkungkung; membahayakan tidak dapat ditahan
• tidak dibatasi untuk dikunjungi oleh pengacara, pendeta, dan melawan keinginannya tanpa terapi
dokter pribadi; serta jika mereka dapat bertahan hidup di
luar.
• tidak menjadi subjek lobotomy, terapi elektrokonvulsif, dan prosuk
lain tanpa persetujuan tindakan medis yang penuh, bukan tugas
rumah sakit, kecuali mereka melakukannya secara sukarela dan
dibayar dengan upah minimum standar.
Pengasingan dan Pengekangan

• Penahanan dan pengekangan diterapkan hanya jika pasien memiliki resiko mencederai
diri sendiri atau orang lain dan tidak ada alternative lain yang dapat menahan pasien.

Restriksi lain mencakup hal berikut :


• Pengasingan dan oengekangan hanya dapat diterapkan dengan permintaan tertulis dari
petugas medis yang sesuai
• Permintaan bersifat mengekang selama batas waktu tertentu
• Keadaan seorang pasien harus ditinjau ulang secara teratur dan dicatat
• Setiap perpanjangan dari permintaan asli harus ditinjau ulang dan disahkan
Perwalian Anak

• Aturannya pengadilan beranggapan bahwa kesejahteraan


anak pada tahun-tahun awal paling baik diberikan oleh wali
ibu asalkan sang ibu adalah seorang ibu yang baik dan sehat.
Lebih banyak ayah yang saat ini mengajukan klaim
perwalian. Sekitar 5% dari kasus, ayah mendapatkan hak
perwalian.
Kapasitas dan Kompetensi Menyusun Kontrak dan Wasiat

Pasien harus tahu sifat dan jumlah harta mereka, fakta bahwa mereka membuat warisan,
dan identitas penerima manfaat mereka. Ketika seseorang tidak mampu untuk, atau tidak
menjalankan hak untuk, membuat surat wasiat, hukum di semua bagian negara
menyerahkan pembagian harta benda pada ahli warisnya.
Jika tidak ada ahli waris, kepemilikan jatuh kepada masyarakat.
Kompetensi ditentukan berdasarkan kemampuan orang unutk membuat penilaian yang
baik unutk mempertimbangakan, memberi alasan, dan membuat keputusan yang masuk
akal.
• Durable power of attorney  merupakan dokumen yang memungkinkan
orang untuk membuat ketetapan guna mengantisipasi hilangnya kapasitas
membuat keputusan. Dokumen ini memungkinkan pemilihan pengganti
pembuat keputusan yang dapat bertindak tanpa perlu proses pengadilan
ketika penandatanganan menjadi inkompeten karena penyakit, demensia
progresif, atau mungkin mengalami relaps gangguan bipolar I.
Hukum Kriminal

• Kompetensi Untuk Hadir di Pengadilan


• Klinisi hanya menawarkan opini mengenai kompetensi. Hakim bebas untuk megnhormati, mengubah,
atau mengabaikan opini ini,serta pasien tidak berkompeten atau kompeten tergantung hakim
memutuskannya.

Kompetensi Untuk Dieksekusi


• Syarat kompetensi untuk dieksekusi:
• kesadaran seseorang mengenai yang terjadi diharapkan menignkatkan unsru retributive dari hukuman,
hukuman tidak bermakna kecuali orang ini sadar akan hal ini dan tahu tujuan hukuman.
• orang kompeten yang akan dieksekusi diyakini berada di dalam posisi terbaik untuk berdamai sesuai
dengan keyakinan agama, termasuk pengakuan dan pengampunan.
• orang kompeten yang akan dieksekusi hingga akhir tetap memiliki kemungkinan (meskipun sedikit)
unutk mengingat kembali rincian yang terlupakan dari peristiwa atau kejahatan yang dapat
membuktikannya tidak bersalah.
TANGGUNG JAWAB KRIMINAL

• Peraturan M’naghten menyatakan bahwa orang tidak bersalah karena tidak waras jika mereka
miliki penyakit jiwa sedemikian rupa sehingga mereka tidak sadar akan sifat, kualitas dan
konsekuensi tindakan mereka atau jika mereka tidak dapat menyadari bahwa tindakan mereka
salah. Lebih jauh lag, untuk membebaskan orang dari hukuman, waham tidak membenarkan
kejahatan, orang tersebut mungkin bertanggung jawab, bersalah, dan dapat dihukum. Peraturan ini
disebut dengan uji benar-salah. Dalam peraturan tersebut, hakim ketua Inggris menulis:
1. Untuk menegakkan pembelaan berdasarkan ketidakwarasan, harus jelas terbukti bahwa, pada saat
melakukan tindakan tersebut, pihak yang dituduh sedang mengalami alasan-alasan yang cacat, dari
penyakit jiwa, sehingga tidak tahu sifat dan kualitas tindakan yang dilakukannya, atau jika ia tahu, ia
tidak tahu yang ia lakukan itu salah.
2. Ketika seseorang hanya mengalami waham sebagian dan tidak sakit jiwa dan sebagai akibatnya
melakukan penyerangan, ia harus dianggap berada dalam situasi yang sama dalam hal kewajiban,
seolah-olah fakta mengenai waham yang ada adalah yang sebenarnya.
• Peraturan yang serupa juga terdapat dalam peraturan American Law Institute
subpasal 1 yang terdiri atas konsep operatif: penyakti atau defek jiwa, tidak
adanya kapasitas mendasar, apresiasi, hal-hal yang salah, dan menyesuaikan
tingkah laku dengan yang diharuskan oleh hukum. Subpasal kedua menyatakan
banwa tindakan criminal berulang atau tindakan antisosial bukanlah dianggap
penyakit atau defek jiwa, bertujuan untuk mejaga sosiopat atau psikopat di
dalam lingkup tanggung jawab pidana.
ETIK DALAM PSIKIATRI
ETIK DALAM PSIKIATRI

• Etika dalam psikiatri mengacu pada prinsip tingkah laku yang mengatur perilaku psikiater
dan professional kesehatan jiwa lainya.

• Etika sebagai displin berhubungan dengan hal yang baik dan buruk, yang salah dan benar,
dan tugas, kewajiban, serta tanggung jawab moral.
KODE PROFESIONAL

Principles of Medical Ethics dari American Medical Association (AMA)


Principles of Medical with Annotations Especially Applicable to Psychiatry dari American Psychiatric Association (APA),
American College of Physicians Ethics Manual
Principles of Medical Ethics with Associations Especiallu Applicable to Psychiatry (selanjutnya disebut the Principles)

Untuk : mengatur sendiri kesalahan tindakan didalam profesi, dan menghormati hak
serta kebutuhan pasien, keluarga, kolega, dan masyarakat.
DOKTER YANG TERGANGGU

Dokter dengan gangguan harus dilaporkan pada otoritas yang sesuai, dan dokter
yang dilaporkan harus mengikuti prosedur rumah sakit, negara bagian, dan hokum
tertentu.

Dokter yang mengangani dokter lain yang memiliki gangguan tidak diharuskan
memonitor perkembangan atau kesehatan dokter yang terganggu tersebut untuk
kembali bekerja.

Kegiatan memonitor ini harus dilakukan oleh dokter indenpenden atau kelompok
dokter yang tidak terkait dengan kepentingan.
OFFICE OF PROFESIONAL MEDICAL CONDUCT
(OPMC)

1. Berpraktik secara curang dan secara jelas lalai atau inkompeten.


2. Berpraktrik saat kemampuan untuk berpraktik terganggu.
3. Terbiasa mabuk atau tergantung pada, atau pengguna habitual narkotik atau
pengguna habitual obat lain yang memiliki efek yang sama.
4. Tindakan immoral didalam praktik profesi.
5. Membiarkan, membantu, atau menyetujui orang tak berizin melakukan aktivitas
yang memerlukan izin.
6. Menolak melayani klien atau pasien karena perbedaan agama, warna kulit, atau asal
negara.
7. Berpraktik diluar lingkup praktik yang diizinkan oleh hokum
8. Dituduh melakukan kejahatan atau menjadi pelaku aksi disipliner dijurisdiksi lain.
Keluhan kesalahan profesi terutama berasal dari public disamping perusahaan asuransi,
agen penegak hokum, dan dokter, satu sama lain.
DOKTER YANG SEDANG DALAM PELATIHAN

mahasiswa kedokteran dapat terlibat dan bertanggung jawa untuk perawatan hari-ke-
atau hari pada banyak apsien yang sakit tetapi mereka disupervisi,
residen disokong dan diarahkan oleh dokter berpengalaman dan sangat
terlatih
PRINSIP-PRINSIP ETIKA
KEDOKTERAN DENGAN
KETERANGAN KHUSUSNYA YANG
DAPAT DITERAPKAN PADA
PSIKIATRI
(THE PRINCIPLES OF MEDIC AL ETHICS
WITH ANNOTATIONS ESPECIALLY
APPLIC ABLE TO PSYCHIATRY)
Pasal 1 Dokter harus berdedikasi dalam memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan
kasih saying dan menghormati martabat manusia.

Dokter harus mengadapi pasien dan kolega dengan jujur, dan berusaha memaparkan
Pasal 2 dokter yang karakter atau kompetensinya defisien, atau yang terlibat dalam kecurangan
atau penipuan.

Dokter harus menghormati hokum dan juga mengetahui tanggung jawab untuk
Pasal 3
menemukan perubahan dalam syarat tersebut yang berlawanan dengan yang terbaik
bagi pasien.

Pasal 4 Dokter harus menghormati hak pasien, sejawat, dan professional kesehatan lain, dan
harus menjaga kerahasiaan pasien menurut batasan hokum.
Pasal 5 Seorang dokter harus terus belajar, menerapkan, dan mengembangkan pengetahuan
ilmiah, memungkinkan informasi yang relevan tersedia untuk pasien, sejawat, dan
masyarakat, konsultasi diperoleh, dan menggunakan bakat professional kesehatan
lainnya jika diindikasikan.

Seorang dokter harus, didalam penyediaan perawatan pasien yang memadai, kecuali
Pasal 6 pada kegawatdaruratan, bebas memilih orang yang akan dilayani, orang untuk bekerja
sama, dan lingkungan tempat memberikan layanan medis

Seorang dokter harus mengetahui kewajiban untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
Pasal 7 berperan untuk memperbaiki komunitas.
BAB III PENUTUP

Psikiatri forensik merupakan subspesialisasi ilmu kedokteran yang menelaah mental


manusia dan berfungsi membantu hukum dan peradilan. Psikiatri forensik didasari oleh
Undang-undang Kesehatan nomor 36 tahun 2011 Pasal 150 ayat (1) dan (2).

Peran psikiatri forensik dalam sebuah proses peradilan adalah pemberi bantuan
hukum yang bersifat aktif. Peran ini akan terlaksana dengan baik jika dokter juga
menjalani fungsinya dengan baik.

Visum et Repertum Psychiatricum dibuat setelah seorang dokter melakukan pemeriksaan pada
seseorang yang mengalami suatu peristiwa atau sengketa hukum, sehingga bersifat post facto.dari hasil
pemeriksaan ini  dilakukan semacam rekonstruksi ilmiah untuk mengusahakan kemungkinan
korelasi antara keadaan terperiksa dengan peristiwa hukumnya
• Etika dalam psikiatri mengacu pada prinsip tingkah laku yang mengatur
perilaku psikiater dan professional kesehatan jiwa lainya.

• Etika sebagai displin berhubungan dengan hal yang baik dan buruk, yang
salah dan benar, dan tugas, kewajiban, serta tanggung jawab moral.
• Kode ini mencakup desakan untuk menggunakan teknik yang terampil dan
ilmiah untuk mengatur sendiri kesalahan tindakan didalam profesi, dan
menghormati hak serta kebutuhan pasien, keluarga, kolega, dan masyarakat.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai