I.
IDENTITAS KORBAN
Nama
:TN MM
Jenis kelamin
: Laki - Laki
Umur
: 21 Tahun
Agama
: Islam
Alamat
Yang diperiksa medis pada hari Sabtu tanggal 12 april 2015 sekitar
pukul 03.00 wita sampai selesai bertempat di kamar mayat Instalasi
Kedokteran Forensik
II.
KRONOLOGIS KASUS
Anamnesis : Seorang jenazah laki-laki berusia 21 tahun diantar
oleh keluarga dan penyidik dari Kepolisian Sektor Tamalate dengan
membawa surat visum dengan nomor B/39/IV/2015/Reskrim pada hari
Sabtu tanggal 11 April 2015 sekitar pukul 22.00 WITA di Instalasi
Forensik RS Bhayangkara. Menurut keterangan yang diperoleh dari
keluarga korban, korban sedang pergi dengan menggunakan motor
untuk membayar hutang di dekat rumahnya. Tiba-tiba datang seorang
pengendara motor yang tidak dikenal menembak dada sebelah kiri
korban, lalu pelaku melarikan diri. Kemudian korban pulang ke rumah
dan menyampaikan kepada kakaknya bahwa dia telah ditembak,
setelah itu korban pingsan dan dibawa ke RS Haji, tidak lama
kemudian korban meninggal dunia.
III.
STATUS GENERALIS
a. Panjang Badan
: 174 cm
b. Berat Badan
c. Pakaian
PEMERIKSAAN LUAR :
Tanggal 11 April 2015
3) Mulut
Leher
6)
Bahu
7) Dada
10)
8) Punggung
9) Perut
Bokong
11)
kotoran.
12)Anggota gerak: pada kuku tangan dan kaki tampak pucat
b. Bagian tubuh tertentu:
10)Mata: Kelopak mata kiri dan kanan tertutup, bola mata kiri dan
kanan tampak keruh.
11) Hidung:. Tidak ada kelainan
12)Telinga: Tidak ada kelainan
13)Mulut: Tertutup, terdapat busa halus berwarna putih keluar dari
mulut, bibir berwarna gelap kecokelatan
14)Gigi geligi: Tidak ada kelainan
15)Alat Kelamin: Laki-laki sudah disunat, tidak ada cairan, skrotum
tidak tampak kemerahan
2. Fakta dari tulang-tulang:
a. Tulang tengkorak: Tidak ada kelainan.
b. Tulang belakang: Tidak ada kelainan.
c. Tulang dada: Tidak ada kelainan.
d. Tulang panggul: Tidak ada kelainan.
e. Tulang anggota gerak: Tidak ada kelainan
2. PEMERIKSAAN BEDAH MAYAT (OTOPSI) :
Tanggal 12 April 2015
a. Kepala : Tidak dilakukan pembedahan
b. Leher : kulit bagian dalam tidak ada resapan darah, otot-otot tidak ada
resapan darah kerongkongan dan tenggorokan tidak ada kelainan.
c. Dada :
1. Rongga Dada :
a. Rongga dada kanan : Berisi darah sekitar 500 cc
FOTO-FOTO KORBAN
Whole boddy
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
PEMBAHASAN
I.
PROSEDUR MEDIKOLEGAL
Visum et Repertum (VeR) adalah keterangan yang dibuat oleh dokter
atas permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik
terhadap manusia, baik hidup atau mati, ataupun bagian atau diduga bagian
tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan dibawah sumpah untuk
kepentingan peradilan. Pembuatan VeR pada manusia sebagai korban atau
diduga korban tindak pidana memiliki dasar hukum yaitu pasal 133 ayat (1)
KUHAP, yaitu Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan, maupun mati yang diduga karena
peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
dan atau ahli lainnya. .
Permintaan keterangan ahli ini harus dilakukan secara tertulis, yaitu
dalam bentuk surat permintaan visum (SPV). SPV harus memuat keterangan
mengenai identitas korban dan
tertulis dalam pasal 133 ayat (2) KUHAP, yang berbunyi Permintaan
keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Pada
kasus ini permohonan visum secara tertulis diberikan oleh penyidik kepada
dokter.
Dokter yang dimintai keterangan oleh penyidik wajib memeriksa korban
dan membuat VeR setelah sebelumnya didapatkan persetujuan pemeriksaan
dari korban. Jika dokter menolak, maka dokter dikenai sanksi sesuai pasal
216 ayat (1) KUHP, Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah
atau permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang
tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya,
demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak
pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalanghalangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam
dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda
paling banyak sembilan ribu rupiah.