Tujuan mencantumkan pemeriksaan viral load pada pasien ini terlebih dahulu
Pemantauan respons terapi dan penentuan kegagalan terapi ARV
Pemeriksaan viral load dapat digunakan untuk mendeteksi lebih dini dan akurat kegagalan
pengobatan dibandingkan dengan pemantauan menggunakan kriteria imunologis dan klinis.
Pemeriksaan viral load juga dapat digunakan sebagai informasi dalam memutuskan
penggantian paduan dari lini pertama menjadi lini kedua dan seterusnya sehingga
keluaran klinis dapat lebih baik. Viral load juga digunakan untuk menduga risiko transmisi
kepada orang lain, terutama pada ODHA hamil dan pada tingkat populasi
Pemeriksaan viral load dilakukan dengan 2 strategi, yang pertama pemeriksaan rutin dan
pemeriksaan terbatas. Pada strategi pemeriksaan viral load rutin, pemeriksaan dilakukan
pada 6 bulan setelah memulai pengobatan, kemudian 12 bulan setelah pengobatan, dan
selanjutnya setiap 12 bulan. Pada kondisi pemeriksaan viral load terbatas atau targeted viral
load, maka strategi yang digunakan adalah pemeriksaan viral load dilakukan ketika terdapat
kecurigaan kegagalan pengobatan ARV berdasarkan kriteria klinis dan imunologis.
Penggunaan strategi pemeriksaan viral load jika terdapat kecurigaan kegagalan secara klinis
dan imunologis lebih murah dibandingkan dengan pemeriksaan viral load rutin, namun
berpotensi terjadi keterlambatan perubahan lini, yang pada akhirnya dapat menyebabkan
meningkatkan progresivitas penyakit, transmisi HIV, dan resistensi ARV
Walaupun terapi ARV saat ini diindikasikan pada semua ODHA tanpa melihat jumlah CD4-
nya, pemeriksaan jumlah CD4 awal tetap dianggap penting, apalagi di Indonesia di mana
masih banyak ODHA yang didiagnosis HIV pada kondisi lanjut. Jumlah CD4 diperlukan
untuk menentukan indikasi pemberian profilaksis infeksi oportunistik. Stadium klinis juga
tidak selalu sesuai dengan jumlah CD4 seseorang
Pemeriksaan tersebut sangat direkomendasikan dan memiliki kualitas bukti yang tinggi
2. Pada kasus bad adherence, kenapa tidak diangkat assessment gagal terapi?
Pasien harus menggunakan ARV minimal 6 bulan sebelum dinyatakan gagal terapi dalam
keadaan kepatuhan yang baik. Jika kepatuhannya tidak baik atau berhenti minum obat,
penilaian kegagalan dilakukan setelah minum obat kembali secara teratur minimal 3-6 bulan
Kegagalan terapi dapat dilihat dari berbagai kriteria, yaitu kriteria virologis, imunologis, dan
klinis. Kriteria terbaik adalah kriteria virologis (lampiran 14), namun bila tidak dapat
dilakukan pemeriksaan laboratorium maka digunakan kriteria imunologis. Sebaiknya tidak
menunggu kriteria klinis terpenuhi agar dapat mengganti ke lini selanjutnya lebih awal.
Kalau kepatuhan jelek, lanjut ARV lini pertama yang sebelumnya diberikan
Setelah kegagalan terapi ARV lini pertama dengan paduan TDF+3TC(atau FTC), paduan
kelompok NRTI lini kedua yang terpilih adalah AZT+3TC. (ART kombinasi zidovudine dan
lamivudine 2x sehari dengan interval 12 jam)
3. Memperbaiki adherence pasien
Konseling – Tambahan menggunakan pengawas minum obat (PMO)
Untuk temuan yang diharapkan tentunya kesan jumlah trombosit turun (10 ribu-50 ribu),
kemudian karena ITP merupakan diagnosis eksklusi dimana kita harus menyingkirkan
penyakit lainnya, maka pada hapusan darah tepi ini juga dicari apakah terdapat morfologi
abnormalitas yang dapat menandakan penyakit tertentu misalnya leukosit imatur (pada pasien
leukimia), fragmented erythrocytes (trombotik trombositopenik pupura), platelet clumping
(platelet yang menempel nempel) pada pasien pseudotrombositopenia. Pada pasien ITP
berdasarkan pustaka juga bisa ditemukan gambaran khas berupa giant trombosit
Pemeriksaan sumsum tulang pada pasien ITP akan ditemukan peningkatan megakariosit
disertai inti banyak (multinuclearity). Hal ini disebabkan sebagai kompensasi karena
trombosit diikat oleh antibody terutama IgG sehingga dapat difagosit oleh makrofag dalam
retikuloendoplasma sistem.