Anda di halaman 1dari 4

Apa indikator ketidakpatuhan pada pasien anak dengan HIV?

Jawaban :
Ketidakpatuhan dalam terapi ARV (minum obat ARV <80%) merupakan
suatu prediktor bagi kegagalan pengobatan HIV. Untuk mencapai berbagai tujuan
pengobatan ARV, dibutuhkan pengobatan ARV yang berhasil. Kegagalan terapi
dapat dilihat dari berbagai kriteria, yaitu kriteria virologis, imunologis, dan klinis.
Kegagalan virologis merupakan pertanda awal dari kegagalan pengobatan satu
kombinasi obat ARV. Setelah terjadi kegagalan virologis, dengan berjalannya
waktu akan diikuti oleh kegagalan imunologis dan akhirnya akan timbul
kegagalan klinis. Pada keadaan gagal klinis biasanya ditandai oleh timbulnya
kembali infeksi oportunistik. Hal ini disebabkan oleh rendahnya jumlah limfosit
CD4 akibat terjadinya resistensi virus terhadap ARV yang sedang digunakan.
Kegagalan virologis muncul lebih dini daripada kegagalan imunologis dan klinis.
Karena itu, pemeriksaan viral load akan mendeteksi lebih dini dan akurat
kegagalan pengobatan dibandingkan dengan pemantauan menggunakan kriteria
imunologis maupun klinis, sehingga mencegah meningkatnya mordibitas dan
mortalitas pasien HIV (Teguh H. Karyadi, 2017). Sejalan dengan pernyataan
tersebut, Jane M. Simoni, et al (2016) menyatakan bahwa tanda ketidakpatuhan
pada anak dengan HIV adalah bukti resistensi terhadap obat, peningkatan viral
loud, dan penurunan jumlah limfosit CD4.
Indikator kegagalan klinis, kegagalan imunologis, dan kegagalan virologis
dijelaskan pada tabel berikut :
Kegagalan Indikator
Gagal Klinis Munculnya infeksi oportunistik baru
atau berulang (stadium klinis WHO 3
atau 4, kecuali TB)
Gagal Imunologis Anak > 5 tahun : CD4 turun ke nilai
awal atau lebih rendah lagi Atau CD4
persisten dibawah 100 sel/mm3 setelah
satu tahun pengobatan atau CD4 turun
Kegagalan Indikator
>50% dari jumlah CD4 tertinggi
Anak usia di bawah 5 tahunCD4
persisten di bawah 200 sel/mm3 atau <
10%
Gagal Virologis Pada ODHA dengan kepatuhan yang
baik, viral load di atas 1000 kopi/mL
berdasarkan 2x pemeriksaan HIV RNA
dengan jarak 3-6 bulan
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014
Tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral
Kepatuhan (adherence) merupakan faktor utama dalam mencapai keberhasilan
pengobatan infeksi virus HIV. Kepatuhan (adherence) adalah minum obat sesuai
dosis, tidak pernah lupa, tepat waktu, dan tidak pernah putus. Kepatuhan dalam
meminum ARV merupakan faktor terpenting dalam menekan jumlah virus HIV
dalam tubuh manusia. Penekanan jumlah virus yang lama dan stabil bertujuan
agar sistem imun tubuh tetap terjaga tinggi. Dengan demikian, orang yang
terinfeksi virus HIV akan mendapatkan kualitas hidup yang baik dan juga
mencegah terjadinya kesakitan dan kematian. Keberhasilan pengobatan pada
pasien HIV dinilai dari tiga hal, yaitu keberhasilan klinis, keberhasilan
imunologis, dan keberhasilan virologis. Keberhasilan klinis adalah terjadinya
perubahan klinis pasien HIV seperti peningkatan berat badan atau perbaikan
infeksi oportunistik setelah pemberian ARV. Keberhasilan imunologis adalah
terjadinya perubahan jumlah limfosit CD4 menuju perbaikan, yaitu naik lebih
tinggi dibandingkan awal pengobatan setelah pemberian ARV. Sementara itu,
keberhasilan virologis adalah menurunnya jumlah virus dalam darah setelah
pemberian ARV. Target yang ingin dicapai dalam keberhasilan virologis adalah
tercapainya jumlah virus serendah mungkin atau di bawah batas deteksi yang
dikenal sebagai jumlah virus tak terdeteksi (undetectable viral load).
Ketidakberhasilan mencapai target disebut sebagai kegagalan.
Pada kasus anak C di Poli UPIPI RS. Dr Soetomo Surabaya didapatkan data
: Hasil pemeriksaan CD4 absolut pada tanggal 23 Mei 2018 didapatkan hasil 4
cells/ uL (nilai normal : >1000 cells/uL), CD4% didapatkan hasil 0,36% (nilai
normal : > = 25%), dan berat badan 8 kg. Kemudian pasien mendapatkan terapi
ARV pertama kali pada 21 Juni 2018 dengan obat AZT 2X80 mg, 3TC 2x40 mg,
dan NVP 2x80 mg.
Kondisi An. C saat ini berdasarkan hasil pemeriksaan lab terakhir tanggal
10 Juli 2019 didapatkan hasil CD4 absolut 607 cells/ uL (nilai normal : >1000
cells/uL), CD4 % didapatkan hasil 21,78% (nilai normal : > = 25%), dan berat
badan 15 kg. Pasien saat ini mendapatkan terapi ARV dengan obat AZT 2X100
mg, 3TC 2x50 mg, dan NVP 2x100 mg.
Dari hasil pemeriksaan dan observasi kelompok yang dilakukan pada hari
selasa tanggal 3 Desember 2019 didapatkan data :
1. Hasil laboratorium
Dari hasil laboratorium dilihat berdasarkan
1) Viraload
Hasil viraload menunjukkan penurunan jumlah virus yang awalnya
terdeteksi menjadi tidak terdeteksi. Berdasarkan kasus An.C viraloud pada
tanggal 16 Mei 2018 dengan hasil HIV-1-RNA 1.03 x 106 copies/mL), dan
hasil laboratorium terakhir tidak terdeteksi.
2) CD4
Hasil CD4 menunjukkan peningkatan. Berdasarkan kasus An.C CD4 pada
tanggal 23 Mei 2018 dengan hasil CD4 absolut 4 (≥ 1000 cells/uL) dan
CD4% 0.36 (≥ 25%). Hasil laboratorium terakhir tanggal 10 Juli 2019
didapatkan hasil CD4 absolut 607 cells/ uL (nilai normal : >1000 cells/uL),
CD4 % didapatkan hasil 21,78% (nilai normal : > = 25%),
2. Tanda klinis
1) Berat badan
Berdasarkan kasus An.C berat badan mengalami peningkatan, pada tanggal
4 Desember 2018 berat badan 8 kg dan berat badan terakhir tanggal 3
Desember 2019 berat badan 15 kg.
2) Infeksi oportunistik
Berdasarkan kasus An.C tidak ditemukan tanda dan gejala infeksi
oportunistik.
3) Nafsu makan
Berdasarkan kasus An.C hasil wawancara dengan ibu An. C, nafsu makan
An.C baik
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa An.C tidak
mengalami gagal terapi baik gagal klinis, gagal imunologis maupun gagal
virologis. Hasil identifikasi kasus pada An.C yang merupakan anak dengan HIV
didapatkan data bahwa An.C termasuk dalam kategori patuh dalam meminum
obat. Hal tersebut menunjukkan bahwa sikap positif yang ditunjukkan oleh ibu
An.C dengan rutin kontrol ke poli UPIPI sangat mempengaruhi terhadap kondisi
An.C. Salah satu faktor penunjang kepatuhan anak dalam minum obat ARV
adalah pengasuh. Dalam hal ini pengasuh harus mempunyai strategi khusus agar
anak dengan HIV mau minum obat ARV dengan teratur. Pengasuh yang paling
utama untuk anak dengan HIV adalah orang tua anak.

Daftar Pustaka :
Jane M. Simoni, et al (2016). Adherence to Antiretroviral Theray for Pediatric
HIV Infection: Qualitative Systematic Review With Recommendations for
Research and Clinical Management, 119(6).
https://doi.org/10.1542/peds.2006-1232.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan
Antiretroviral (2014). Indonesia.
Teguh H. Karyadi. (2017). Keberhasilan Pengobatan Antiretroviral ( ARV ).
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 4(1), 2–4.

Anda mungkin juga menyukai