0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan9 halaman
Artikel ini membahas profil terapi antiretroviral (ARV) dan nilai parameter viral load pada pasien HIV/AIDS di sebuah puskesmas di Kabupaten Cilacap. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi obat ARV terbanyak adalah zidovudine, lamivudine, dan nevirapine. Hasil pemeriksaan viral load menunjukkan 9,75% pasien memiliki nilai 40 kopi/ml.
Artikel ini membahas profil terapi antiretroviral (ARV) dan nilai parameter viral load pada pasien HIV/AIDS di sebuah puskesmas di Kabupaten Cilacap. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi obat ARV terbanyak adalah zidovudine, lamivudine, dan nevirapine. Hasil pemeriksaan viral load menunjukkan 9,75% pasien memiliki nilai 40 kopi/ml.
Artikel ini membahas profil terapi antiretroviral (ARV) dan nilai parameter viral load pada pasien HIV/AIDS di sebuah puskesmas di Kabupaten Cilacap. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi obat ARV terbanyak adalah zidovudine, lamivudine, dan nevirapine. Hasil pemeriksaan viral load menunjukkan 9,75% pasien memiliki nilai 40 kopi/ml.
Profil Terapi Antiretroviral (ARV) Beserta Nilai Parameter Viral Load
(VL) Pada Pasien HIV/AIDS di Puskesmas
Profile of Antiretroviral Therapy (ARV) And Viral Load (VL) Parameter
Value in HIV/AIDS Patients in Puskesmas
D.A.S Permana 1, DM Ningrum 2 I.A. Faizal 3
1Farmasi, Universitas, Universitas Al Irsyad Cilacap 2 Farmasi, Universitas, Universitas Qamarul Huda Badaruddin 3 Teknologi Laboratorium Medis Universitas Al Irsyad Cilacap
e-mail : Denihagus@gmail.com
INFO ARTIKEL ABSTRAK/ABSTRACT
Kata Kunci: Jumlah penderita HIV/AIDS tiap tahun mengalami peningkatan.
Penanganan penyakit ini memerlukan perhatian khusus karena Obat ARV, kompleksitas terapi pengobatannya. Penelitian ini bertujuan untuk Puskesmas, melihat profil terapi penggunaan antiretroviral (ARV) beserta parameter HIV/AIDS, Viral nilai Viral Load (VL) pada pasien HIV/AIDS di Puskesmas. Penelitian ini Load (VL) dilakukan secara deskriptif non eksperimental, dengan pengumpulan data dilakukan secara retrospektif, menggunakan data rekam medik pasien bulan Januari-Desember 2019. Teknik pengambilan sampel menggunakan pendekatan purposive sampling. Kriteria inklusi sampling adalah semua pasien terdiagnosis positif HIV di Puskesmas “X” Distrik Cilacap. Responden berjumlah 41 pasien, terdiri dari 34 pasien laki-laki dan 7 pasien perempuan. Kelompok umur terbanyak adalah 20-29 tahun (37%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan obat ARV yang digunakan adalah Nucleoside/Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI) dan NonNucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI). Kombinasi obat ARV terbanyak adalah kombinasi lini pertama zidovudine + lamivudine + nevirapine (69%). Data profil pengobatan ARV menunjukan bahwa 100% sesuai menggunakan lini pertama, dengan penggunaan terbanyak zidovudine + lamivudine + nevirapine. Hasil pemeriksaan nilai viral load yang terdeteksi sebesar 9.75% dengan nilai 40 copies/ml.
36 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021
Keyword: The number of people living with HIV/AIDS has increased every year. ARV drug, Management of this disease requires special attention because of the Puskesmas, HIV/AIDS, complexity of the treatment therapy. This study aims to examine the Viral Load (VL) profile of antiretroviral (ARV) therapy and the parameter value of Viral Load (VL) in HIV/AIDS patients at the Puskesmas. This research was conducted in a non-experimental descriptive manner, with data collection carried out retrospectively, using patient medical record data from January to December 2019. The sampling technique used a purposive sampling approach. Sampling inclusion criteria were all HIV positive patients diagnosed at Puskesmas “X”, Cilacap District. Respondents were 41 patients, consisting of 34 male patients and 7 female patients. The most age group is 20-29 years old (37%). The results showed that the ARV drugs used were Nucleoside/Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI) and Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI). The most common combination of ARV drugs was the first-line combination of zidovudine + lamivudine + nevirapine (69%). Antiretroviral treatment profile data showed that it was 100% suitable for first-line use, with the most use being zidovudine + lamivudine + nevirapine. The results of the examination of the detected viral load value of 9.75% with a value of 40 copies/ml.
A. PENDAHULUAN
Human Immunodeficiency Virus beberapa Kecamatan di Cilacap menjadi
(HIV) dan Acquired immune deficiency wilayah dengan temuan HIV/AIDS syndrome (AIDS) telah menjadi masalah tertinggi di Kabupaten Cilacap, mencapai global terkait kesehatan dan merupakan 138 kasus. Disusul Kecamatan Kesugihan salah satu penyakit infeksi serius yang 94 kasus, Jeruklegi 62 kasus, Cilacap sedang dihadapi bangsa Indonesia. Pada Tengah 55 kasus, dan Adipala 48 kasus tahun 2016 dilaporkan 41.250 kasus HIV (3). Jumlah kasus HIV yang ditemukan baru dan sampai Maret 2017 dilaporkan dan dilaporkan masih jauh dari jumlah 10.376 Kasus HIV baru. Secara kumulatif kasus HIV yang diperkirakan. Estimasi telah teridentifikasi 242.699 orang yang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) tahun terinfeksi HIV (1). Hasil penelitian Badan 2016 sebesar 640.443, sementara yang Litbangkes pada tahun 2011-2012 dilaporkan sampai dengan Juni 2019 mengenai penyebab kematian (Cause Of sebanyak 349.882 (60,7%). Jumlah Death) di 12 kabupaten/kota di Indonesia ODHA yang hingga bulan Juni 2019 menyebutkan bahwa HIV-AIDS masih sedang mendapatkan pengobatan merupakan penyebab kematian nomor ARV (Antiretrovial) sebanyak 115.750 tujuh atau sekitar 3% penyebab orang. kematian di 12 kabupaten/kota tersebut. Belum semua ODHA HIV/AIDS lebih banyak terjadi pada mendapatkan terapi ARV dan hanya kelompok umur 15-34 tahun (2). 33% yang rutin menerima pengobatan Temuan HIV/AIDS di Kabupaten ARV. Kurangnya kesadaran dari Cilacap, Jawa Tengah, hingga Juni 2019, masyarakat juga ketakutan-ketakutan mencapai 1.444 kasus. Jumlah tersebut penderita akan stigma dan diskriminasi merupakan data kumulatif yang yang terjadi di masyarakat dihimpun Komisi Penanggulangan AIDS menyebabkan sulitnya mengontrol (KPA) Kabupaten Cilacap sejak 2007. jumlah penyebaran HIV/AIDS. Namun Kepala Dinkes Cilacap menyebutkan, perlu adanya dukungan baik tenaga
37 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021
kesehata maupun keluarga, agar ODHA pemberian terapi antiretroviral, segera memulai pengobatan (4) menentukan efektivitas atau kegagalan Prinsip pemberian ARV adalah terapi serta membantu memastikan jika harus menggunakan 3 jenis obat yang efek yang menguntungkan dari terapi ketiganya harus terserap dan berada antiretroviral gagal dicapai dan terapi dalam dosis terapeutik dalam darah, harus diganti. Pemeriksaan viral load dikenal dengan ART (Antiretroviral juga penting dan bermanfaat dilakukan Therapy) atau terapi ARV (Kemenkes pada seseorang yang baru saja terpapar RI 2014). Suatu hasil penelitian HIV atau mengalami infeksi yang masih menunjukan bahwa untuk mencapai akut, namun belum terbentuk antibodi. tingkat supresi virus yang optimal Sehingga dapat segera diketahui setidaknya 95% dari semua dosis tidak apakah seseorang tersebut terinfeksi boleh terlupakan (5). HIV atau tidak. Akan tetapi setelah itu Kepatuhan dalam meminum tetap perlu dilakukan tes serologis ARV merupakan faktor terpenting untuk konfirmasi diagnosis infeksi (6) dalam menekan jumlah virus HIV HIV/ AIDS merupakan penyakit kronis dalam tubuh manusia. Penekanan yang dapat dikendalikan dengan jumlah virus yang lama dan stabil pemberian obat ARV seumur hidup. bertujuan agar sistem imun tubuh tetap Oleh karena itu diperlukan layanan terjaga tinggi. Dengan demikian, orang yang mudah dijangkau untuk menjaga yang terinfeksi virus HIV akan kesinambungan perawatan dan mendapatkan kualitas hidup yang baik pengobatan pasien. Layanan ini pada dan juga mencegah terjadinya awalnya hanya tersedia di rumah sakit kesakitan dan kematian. rujukan ARV saja. Ketersediaan Pemeriksaan viral load HIV RNA layanan perlu diperluas hingga ke memiliki peran yang penting dalam tingkat puskesmas atau puskesmas perjalanan infeksi HIV dan telah pembantu. menjadi landasan dalam manajemen Puskemas merupakan Fasilitas penyakit HIV. Saat ini pemeriksaan Kesehatan pertama yang merupakan viral load mulai rutin dilakukan oleh ujung tombak dalam memberikan para klinisi. Pengukuran plasma viral pelayan bagi pasien yang menjalani load yang dilakukan pada beberapa pengobatan HIV AIDS. Berdasarkan bulan setelah fase serokonversi atau hasil survey di puskesmas “X” di disebut juga "baseline" viral load Kabupaten Cilacap, diperoleh populasi merupakan suatu prediktor yang sebesar 69 orang yang mendapatkan penting untuk meramalkan terapi ARV, sehingga peneliti tertarik perkembangan infeksi HIV menjadi untuk melakukan studi profil penyakit AIDS. penggunaan ARV beserta nilai Pengukuran plasma viral load pemantauan data nilai Viral Load (VL) secara serial dan berkala membantu pada proses pencegahan peningkatan penderita dan dokter untuk status kondisi pasien HIV menjadi menentukan waktu permulaan AIDS.
38 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021
B. METODE selanjutnya dilakukan pengambilan data penelitian. Data yang Rancangan Penelitian dikumpulkan meliputi data pasien Penelitian ini merupakan jenis HIV/AIDS, data labolatorium, Viral penelitian deskritif Load, dan jenis obat yang noneksperimental. Data yang digunakan. Data jenis obat diperoleh diolah secara statistika HIV/AIDS pada SIM (Sistem sederhana dan ditampilkan dalam Informasi Managemen) pada bentuk prosentase. Desain penelitian komputer di Instalasi Farmasi. yaitu crossectional dengan b. Mengolah data dengan pendekatan retrospektif. Sumber mengelompokkan data berdasarkan data adalah rekam medik pasien jenis kelamin, usia, golongan obat, HIV AIDS Faskes pertama di Distrik nama obat HIV/AIDS, dosis obat, Cilacap kombinaasi obat dan nilai viral load pada pasien HIV/AIDS. Subyek penelitian c. Data dibuat presentase. d. Tahap pengambilan kesimpulan Pemilihan subjek pada dan saran. penelitian ini dilakukan dengan Prosedur Pengolahan dan Analisis Data metode purposive sampling. Data kemudian di sajikan secara Metode purposive sampling yaitu deskriptif dan diolah berupa analisis pemilihan subyek penelitian dengan statistik kemudian disajikan dalam mempertimbangkan kriteria inklusi bentuk prosentase yang meliputi: dan eklusi yang telah ditetapkan. a. Karakristik Pasien Populasi dalam penelitian ini adalah Data pasien yang meliputi usia dan penderita yang menjalankan jenis kelamin dan status risiko. program pengobatan antiretrovial b. Pola penggunaan obat HIV/AIDS Puskesmas “X” Distrik Pola penggunaan obat HIV/AIDS Cilacap. Data yang digunakan yaitu pada pasien Tahun 2019 meliputi data pasien periode Januari – nama obat, golongan obat dan Desember Tahun 2019, Kriteria kombinasi obat. inklusi penelitian ini adalah pasien c. Profil angka Viral Load (VL) HIV/AIDS yang mempunyai data Viral Load pasien HIV/AIDS. rekam medik yang lengkap berupa jenis kelamin, usia, faktor resiko, C. HASIL DAN PEMBAHASAN terdapat data pemeriksaan angka Viral Load (VL) dan pasien aktif Penulis melakukan penelitian di mengonsumsi obat ARV. Sedangkan Instalasi Farmasi Puskesmas “X” Distrik kriteria eksklusi sampel yaitu putus Cilacap dengan tujuan untuk obat atau meninggal selama periode mengetahui pola pengobatan tahun penelitian berlangsung. HIV/AIDS dan gambaran dari parameter nilai VL periode Januari – Prosedur kerja Desember 2019. Data yang diambil adalah data karakteristik dan terapi Prosedur pengamatan yang ARV (Antiretrovial) yang digunakan dilaksanakan meliputi: oleh pasien HIV/AIDS di Sistem a. Penulis membuat izin penelitian ke Informasi Managemen (SIM) yang ada badan KESBANGPOL dan di Instalasi Farmasi Puskesmas secara BAPELITBANGDA kemudian retrospektif. Penelitian dilakukan diserahkan kebagian Dinas selama 4 bulan yaitu mulai dari Kesehatan dan Diklat Puskesmas. persiapan sampai penyelesaian, Setelah perizinan selesai, dimulai tanggal 24 Januai – 12 Mei
39 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021
2019. Berdasarkan kriteria inklusi dan berhubungan dengan laki-laki, beberapa eksklusi yang telah ditetapkan dari 69 dari mereka juga berhubungan dengan populasi yang masuk dalam kriteria perempuan secara tidak aman yang inklusi sebanyak 41 pasien. secara signifikan meningkatkan risiko penularan infeksi HIV (8). Tabel 1. Karakteristik Penderita Kasus AIDS di Indonesia HIV/AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin di berdasarkan jenis kelamin sejak pertama Puskesmas “X” Distrik Cilacap Periode kali ditemukan tahun 1987 sampai Januari – Desember 2019 dengan Juni 2019 63% kasus terjadi pada jenis kelamin laki-laki atau hampir Karakteristik Jumlah Persentase 2 kali lipat dibandingkan pada (%) kelompok perempuan (37%) (1). Jenis Kelamin Pasien Tabel 2 Karakteristik Penderita HIV/AIDS Laki-laki 34 82.9 Perempuan 7 17.1 Berdasarkan Usia di Puskesmas “X” Distrik Total 41 100% Cilacap Periode Januari – Desember 2019
Usia Pasien Jumlah Persentase
Berdasarkan tabel 1, dapat terlihat (Tahun) bahwa pasien laki-laki lebih banyak <1 0 0% dengan persentase 82.9% bila 1-4 0 0% dibandingkan dengan pasien HIV/AIDS 5-14 1 2% perempuan yang hanya 17.1%. Hasil 15-19 3 7% penelitian ini sejalan dengan Laporan 20-29 15 37% berskala Nasional yang dilakukan 30-39 14 34% Yayasan Spiritia, bahwa jumlah 40-49 7 17% penderita laki-laki lebih banyak dari 50-59 1 2% > 60 0 0% pada penderita perempuan (Yayasan Total 41 100% Spiritia 2017). Keterangan: Kelompok Umur Untuk perempuan kemungkinan menurut Ditjen P2P Kemenkes RI, 2019 terjadi akibat penularan melalui pekerja seks komersial (7) Dan menurut (8) Tabel 2 menunjukkan jumlah tahun 2011 kebanyakan wanita yang pasien berdasarkan kelompok usia, terinfeksi HIV melalui seks dimana dapat terlihat bahwa jumlah heteroseksual. Beberapa wanita menjadi pasien di Puskesmas Cilacap “X” yang terinfeksi karena mereka mungkin tidak mendapatkan pengobatan ARV selama menyadari faktor risiko pasangan laki- bulan Januari - Desember tahun 2019 laki untuk infeksi HIV atau memiliki terbanyak terdapat pada kelompok usia pengetahuan dan persepsi yang kurang produktif yaitu kelompok umur 20 - 29 mengenai faktor risiko HIV. tahun (peringkat pertama) sebesar 37% Penularan dari pria ke pasangan diikuti kelompok umur 30-39 tahun wanita secara bermakna lebih banyak sebesar 34%. Hasil ini sejalan dengan daripada sebaliknya. Perkiraan penelitian yang telah dilakukan penularan dengan satu kali hubungan sebelumnya oleh Ani Anggriani dkk seksual tanpa pelindung berkisar dari (2019) dimana persentase tertinggi 9:10.000 sampai 5:1000 (8). Pada laki- penderita HIV-AIDS adalah kelompok laki kemungkinan terinfeksi HIV lebih usia produktif yaitu kelompok umur 20 besar karena beberapa laki-laki - 29 tahun dan penelitian oleh Yelfi homoseksual yang berhubungan dengan Anwar dkk (2018) dimana persentase seks dengan laki-laki secara anal tertinggi penderita HIV-AIDS adalah (hubungan seks melalui anus) tanpa kelompok umur 30 - 39 tahun. pengaman dapat menularkan kepada pasangan perempuannya. Laki-laki yang
40 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021
Usia 20-an cenderung kurang yang ketiganya harus terserap dan memahami adanya risiko penularan berada dalam dosis teraupetik dalam penyakit HIV/AIDS dari perilaku gaya darah, atau dikenal dengan istilah hidup bebas sehingga mudah terjerumus ART (antiretroviral therapy). Untuk seks tidak aman dan narkoba dengan panduan lini pertama yang jarum suntik tidak steril (Galant 2010). dianjurkan biasanya menggunakan Laporan perkembangan HIV/AIDS triwulan II tahun 2019 yang dikeluarkan kombinasi dua obat golongan NRTI oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan satu obat golongan NNRTI . dan Pengendalian Penyakit Kementerian Pengobatan antiretroviral (ARV) Kesehatan RI juga menunjukkan kombinasi merupakan terapi terbaik persentase penderita HIV/AIDS bagi pasien terinfeksi Human terbanyak menurut kelompok umur Immunodeficiency Virus (HIV) terdapat pada kelompok umur 25 - 49 hingga saat ini. Tujuan utama tahun diikuti kelompok umur 20 - 24 pemberian ARV adalah untuk tahun (1) menekan jumlah virus (viral load), sehingga akan meningkatkan status Tabel 3. Jumlah Pasien Berdasarkan imun pasien HIV dan mengurangi Golongan Obat ARV di Puskesmas “X” kematian akibat infeksi oportunistik Distrik Cilacap Periode Januari – (Karyadi 2017). Desember 2019 Tabel 4. Jumlah dan Persentase Pasien Golongan Obat Jumlah Persentase berdasarkan Ketepatan Kombinasi Obat Nucleoside/Nucleotide 41 100% ARV di Puskesmas “X” Distrik Cilacap Reverse Transcriptase Periode Januari – Desember 2019 Inhibitor (NNRTI) Non (NNRTI) 41 100% Kombinasi Obat ARV Ketepatan Protease Inhibitor (PI) 0 0% Kombinasi Obat Total ∑ % Tenofovir+lamivudine 14 34% Dari tabel 3 terlihat bahwa dari 41 +efavirenz/nefirapine pasien yang diteliti, semua pasien Zidovudine+lamivudine+nevi 25 61% (100%) menggunakan obat ARV rapin golongan Nucleoside/ Nucleotide Zidovudine+lamivudine+efav 2 5% irenz Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI) Zidovudine+lamivudine+lopi 0 0% dan 41 pasien (100%) menggunakan navir/r obat ARV golongan Non Nucleoside Total 41 100% Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI) Sumber: Permenkes RI No.87 Tahun 2014 dalam kombinasi dengan golongan NRTI. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2011) dalam Pedoman Nasional Keterangan : Σ = Jumlah pasien Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan % = Persentase Pasien Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa, obat ARV terdiri atas tiga Obat ARV (Antiretrovial) sudah golongan utama, yaitu (NRTI), (NNRTI) disediakan secara gratis melalui program dan Protease Inhibitor (PI). pemerintah Indonesia sejak tahun 2014 Berdasarkan Permenkes No. 87 dan kini sudah tersedia di lebih dari 400 tahun 2014 tentang Pedoman layanan kesehatan seluruh Indonesia. Pengobatan Antiretroviral, Antiretroviral (ARV) yang merupakan dinyatakan bahwa pengobatan ARV obat untuk perawatan infeksi oleh harus menggunakan 3 jenis obat retrovirus, terutama HIV, tidak dijual bebas di apotek umum.
41 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021
Saat ini ARV itu sendiri terbagi digunakan sebagai Lini Kedua. dalam dua lini. Lini ke-1 atau lini Penggunaan pada Lini Kedua hanya bila pertama terdiri dari paduan Nucleoside pasien benar-benar mengalami Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI) Intoleransi terhadap golongan NNRTI yang meliputi Zidovudin (AZT) atau (Efavirenz atau Nevirapine) (Ditjen PPM Tenofovir (TDF) dengan Lamivudin & PL 2011). (3TC) atau Emtricitabin (FTC), serta Penentuan dosis obat ARV yang Non-Nucleoside Reverse Transcriptase tepat sangat berperan penting dalam Inhibitors (NNRTI) meliputi Nevirapin keberhasilan terapi. Untuk usia 18 tahun (NVP) atau Efavirenz (EFV). Sementara ke atas, dosis standar telah ditetapkan itu, paduan lini 2 terdiri dari NRTI, serta tanpa mempertimbangkan berat badan Protease Inhibitor (PI) yaitu pasien, sedangkan untuk yang di bawah Lopinavir/Ritonavir. Lini 1 itu sendiri 18 tahun penentuan dosis terdiri dari kombinasi 2 NRTI mempertimbangkan berat badan pasien (Nucleoside Reverse Transcriptase (Ani Anggriani, et.al 2019). Inhibitors) dan 1 NNRTI Hasil penelitian, diketahui bahwa (NonNucleoside Reverse Transcriptase dosis yang paling banyak digunakan Inhibitors), sedangkan lini 2 terdiri dari adalah kombinasi Zidovudine (300 mg) kombinasi 2 NRTI (Nucleoside Reverse +lamivudine (150 mg) + nevirapin (200 Transcriptase Inhibitors) dan 1 PI mg) dua kali sehari satu tablet. Dosis (Protease Inhibitor). Pada peneletian tersebut merupakan dosis dewasa yang Kurniawan dkk 13, jenis NRTI yang digunakan oleh 25 pasien, sedangkan digunakan pada saat awal terapi yaitu untuk 1 pasien anak yaitu diberikan satu (zidovudin/stavudin atau tenofovir). kali sehari ½ tablet dari dosis dewasa Dari data hasil penelitian dan dan telah disesuaikan dengan berat dibandingkan dengan pedoman badan anak. Hal ini sesuai pengobatan ARV yang sudah dengan pedoman nasional pengobatan ditetapkan, dapat dikatakan bahwa 41 ARV tahun 2011 bahwa nevirapine pasien atau 100% pasien menggunakan dimulai dengan dosis awal 200 mg paduan ART lini pertama dengan setiap 24 jam selama 14 hari pertama kombinasi 2 golongan obat NRTI dalam paduan ARV lini pertama (Nucleoside Reverse Transcriptase bersama AZT (Zidovudine) 250 - 300 Inhibitors) yaitu tenofovir, lamivudin mg setiap 12 jam atau TDF (Tenovofir) (3TC) atau zidovudin dan 1 golongan 300 mg diberikan single dose setiap 24 NNRTI (Non-Nucleoside Reverse jam + 3TC (lamivudine) 150 mg Transcriptase Inhibitors) yaitu nevirapin diberikan tiap 12 jam atau 300 mg (NVP) atau efavirenz (EFV) maka setiap 24 jam. Bila tidak ditemukan kombinasi obat yang digunakan di tanda toksisitas hati, dosis Nevirapine puskesmas cilacap “X” sudah sesuai dinaikkan menjadi 200 mg setiap 12 jam dengan standar pengobatan yang pada hari ke-15 dan selanjutnya. ditetapkan. Mengawali terapi dengan dosis rendah Dan data hasil penelitian, dapat tersebut diperlukan karena selama 2 dikatakan bahwa sebagian besar pasien minggu pertama terapi NVP belum mengalami resistansi silang dalam menginduksi metabolismenya sendiri. kelas ARV yang sama, sehingga Dosis awal tersebut juga mengurangi pengobatan ARV masih menggunakan risiko terjadinya ruam dan hepatitis oleh lini pertama (Permenkes RI No. 87 karena NVP yang muncul dini (Ditjen tahun 2014). PPM & PL. 2011). Karena tidak Obat ARV golongan Protease ditemukannya tanda toksisitas hati pada Inhibitor (PI) yaitu yaitu 25 pasien HIV/AIDS di Puskesmas “X” Lopinavir/Ritonavir tidakdianjurkan Distrik Cilacap tahun 2019, maka dosis untuk terapi Lini Pertama, hanya
42 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021
NVP dinaikkan menjadi 200 mg setiap simpang yang terjadi serta respons 12 jam atau dua kali sehari satu tablet. terapi. Jumlah limfosit T-CD4 dan level Kedua dosis yang paling banyak HIV RNA merupakan alat penting untuk digunakan adalah kombinasi Tenofovir evaluasi respons terapi. Pengukuran (300 mg)+ lamivudine (150 mg) + limfosit T-CD4 dan plasma viral load efavirenz/nefirapine (600/200 mg) dosis minimal dua kali pengukuran pada tersebut merupakan dosis dewasa yang kunjungan yang berbeda harus digunakan oleh 14 pasien, sekali sehari dilakukan sebelum dilakukan perubahan satu tablet dan dua kali sehari untuk terapi.(CDCP, 2001; Carrasco, 2000 dan lamivudine (150 mg). Tenovofir dapat Myolonakis, et al., 2001) Idealnya, menggantikan Zidovudine karena level HIV RNA harus menurun secara anemia, atau Nevirapine menggantikan cepat setelah terapi antiretroviral Efavirenz karena toksisitas SSP atau dimulai. Pedoman mengenai penurunan kehamilan. Jika terjadi efek samping plasma viral load yang diharapkan, akibat penggunaan AZT (anemia), maka bervariasi, respons terapi yang optimal sebagai obat substitusi gunakan TDF. didefinisikan sebagai penurunan viral (Ditjen PPM & PL. 2011). 3TC, TDF, load sebesar 10 kali lipat atau log 1-2 Evafirenz diberikan dengan atau tanpa dalam waktu empat atau delapan makanan, AZT diberikan dengan atau minggu dan tidak didapatkan virus setelah makan, dan NVP diberikan (kurang dari 50 kopi/mL) dalam waktu ketika perut kosong 4–6 bulan setelah terapi. Penurunan Tabel 5. profil nilai Viral Load (VL) di plasma viral load hingga kurang dari 50 Puskesmas “X” Distrik Cilacap Periode kopi/mL terkait dengan peningkatan Januari – Desember 2019 supresi virus. Kegagalan untuk mencapai level target plasma viral load kurang Nilai Viral Jumlah Presentase (%) dari 50 kopi/mL atau viral load masih Load lebih dari 500 kopi/mL setelah terapi 40 copies / ml selama 4–6 bulan menunjukkan adanya Terdeteksi 4 9.75 kegagalan terapi yang kemungkinan Tidak 37 90.25 terdeteksi disebabkan resistensi obat, absorbsi obat Total 41 100 yang tidak adekuat atau kurangnya kepatuhan penderita. Supresi virus yang Tabel 5 menunjukan proporsi profil maksimal sering kali memerlukan waktu nilai Viral Load hanya sebanyak 4 yang lebih lama pada pasien-pasien (9.75%) pasien yang memiliki nilai tes dengan level baseline viral load yang viral load (VL) dan dilakukan hanya di lebih tinggi, yakni diatas 100.000 akhir atau setelah pemberian ARV, yaitu kopi/mL. Level HIV RNA harus didapatkan nilai VL 40 copies/ ml. dimonitor secara periodik tiap 3–4 pengukuran yang dilakukan berdasarkan bulan selama pemberian terapi informasi dari petugas tenaga Kesehatan antiretroviral. (8) di puskesmas menyatakan bahwa program pengukuran VL untuk pasien yang dari pemerintah terbatas hanya untuk beberapa psaien saja, sedang KESIMPULAN untuk biaya mandiri harga pemeriksaan Berdasarkan karakteristik pasien cukup mahal, sehingga pada tabel yang menjalani pengobatan ARV pada sampai Deseber 2019 terlihat hanya HIV/AIDS di Puskesmas “X” Distrik beberapa pasien saja yang berkesematan Cilacap tahun 2019 yaitu sebanyak 41 memeriksakan nilai Viral Load. kasus, t e r d i r i dari 34 (82.9%) Setelah dimulai pemberian terapi berjenis kelamin laki-laki dan 7 (17.1%) antiretroviral, perlu dilakukan monitor orang berjenis kelamin wanita, terhadap pasien berkaitan dengan efek sedangkan berdasarkan usia didominasi
43 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021
usia 20-29 (37%). Pola penggunaan 5. Kemenkes RI. Profile Kesehatan ARV paling banyak menggunakan obat Indonesia. Ministry of Health golongan Nucleoside/Nucleotide Indonesia. 2012. 107–108 p. Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI) dan Non Nucleoside/Nucleotide 6. Holmes King K, Sparlking PF, Starnm Reverse Transcriptase Inhibitors WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L (NNRTI) yaitu 41 kasus (100%). et al. Sexually Transmitted Diseases. Kombinasi ARV yang digunakan ada 3 New York McGraw-Hill. 2008; macam kombinasi yaitu Zidovudine + 7. Yuliandra Y, Armenia A, Arifin H. lamivudine + nevirapin (61%), Antihypertensive and antioxidant Tenofovir + zidovudine + nevirapine / activity of Cassytha filiformis L.: A efavirenz (34%) dan zidovudine + correlative study. Asian Pac J Trop lamivudine + efavirenz (5%). Profil nilai Biomed. 2017 Jul 1;7(7):614–8. Viral Load (VL) pasien HIV/AIDS di Puskesmas “X” Distrik Cilacap tahun 8. Frieden TR, Harold Jaffe DW, 2019 hanya ada 4 (9.7%) pasien yang Rasmussen SA, Leahy MA, melakukan pemeriksaan dengan nilai Martinroe JC, Spriggs SR, et al. Aerts yang terdeteksi sebesar 40 copies/ml. 2015 [Internet]. Vol. 64. 2015. 140 p. Available from: SARAN https://www.mendeley.com/viewer /?fileId=393746ef-1669-5323-6e2d- Perlunya ada pemeriksaan parameter c8293c125c97&documentId=4dd08 CD4 lenkap sebelum dan setelah ee1-6667-3a6c-a2eb-6620cda6bc06 pengobatan untuk melihat efektifitas pada terpi ARV.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya paper ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada institusi dan semua pihak yang memberikan dukungan hingga terselesaikan paper ini.
PUSTAKA
1. RI DPK. No Title. 2017.
2. Kesehatan BP dan P. No Title. 2013. 3. Rustandi H, Tranado H, Pransasti T. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Chronic Kidney Disease yang Menjalani Hemodialisa di Ruang Hemodialisa. J Keperawatan Silampari. 2018;1(2):32–46. 4. RI KK. Profil Kesehatan. 2019;
44 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021