Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ilmiah Kefarmasian

Journal homepage : http://e-jurnal.stikesalirsyadclp.ac.id/index.php/jp

Profil Terapi Antiretroviral (ARV) Beserta Nilai Parameter Viral Load


(VL) Pada Pasien HIV/AIDS di Puskesmas

Profile of Antiretroviral Therapy (ARV) And Viral Load (VL) Parameter


Value in HIV/AIDS Patients in Puskesmas

D.A.S Permana 1, DM Ningrum 2 I.A. Faizal 3


1Farmasi, Universitas, Universitas Al Irsyad Cilacap
2 Farmasi, Universitas, Universitas Qamarul Huda Badaruddin
3 Teknologi Laboratorium Medis Universitas Al Irsyad Cilacap

e-mail : Denihagus@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK/ABSTRACT

Kata Kunci: Jumlah penderita HIV/AIDS tiap tahun mengalami peningkatan.


Penanganan penyakit ini memerlukan perhatian khusus karena
Obat ARV,
kompleksitas terapi pengobatannya. Penelitian ini bertujuan untuk
Puskesmas,
melihat profil terapi penggunaan antiretroviral (ARV) beserta parameter
HIV/AIDS, Viral nilai Viral Load (VL) pada pasien HIV/AIDS di Puskesmas. Penelitian ini
Load (VL) dilakukan secara deskriptif non eksperimental, dengan pengumpulan
data dilakukan secara retrospektif, menggunakan data rekam medik
pasien bulan Januari-Desember 2019. Teknik pengambilan sampel
menggunakan pendekatan purposive sampling. Kriteria inklusi sampling
adalah semua pasien terdiagnosis positif HIV di Puskesmas “X” Distrik
Cilacap. Responden berjumlah 41 pasien, terdiri dari 34 pasien laki-laki
dan 7 pasien perempuan. Kelompok umur terbanyak adalah 20-29
tahun (37%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan obat ARV
yang digunakan adalah Nucleoside/Nucleotide Reverse Transcriptase
Inhibitors (NRTI) dan NonNucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors
(NNRTI). Kombinasi obat ARV terbanyak adalah kombinasi lini pertama
zidovudine + lamivudine + nevirapine (69%). Data profil pengobatan
ARV menunjukan bahwa 100% sesuai menggunakan lini pertama,
dengan penggunaan terbanyak zidovudine + lamivudine + nevirapine.
Hasil pemeriksaan nilai viral load yang terdeteksi sebesar 9.75% dengan
nilai 40 copies/ml.

36 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021


Keyword: The number of people living with HIV/AIDS has increased every year.
ARV drug, Management of this disease requires special attention because of the
Puskesmas, HIV/AIDS, complexity of the treatment therapy. This study aims to examine the
Viral Load (VL) profile of antiretroviral (ARV) therapy and the parameter value of Viral
Load (VL) in HIV/AIDS patients at the Puskesmas. This research was
conducted in a non-experimental descriptive manner, with data collection
carried out retrospectively, using patient medical record data from
January to December 2019. The sampling technique used a purposive
sampling approach. Sampling inclusion criteria were all HIV positive
patients diagnosed at Puskesmas “X”, Cilacap District. Respondents were
41 patients, consisting of 34 male patients and 7 female patients. The
most age group is 20-29 years old (37%). The results showed that the
ARV drugs used were Nucleoside/Nucleotide Reverse Transcriptase
Inhibitors (NRTI) and Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors
(NNRTI). The most common combination of ARV drugs was the first-line
combination of zidovudine + lamivudine + nevirapine (69%).
Antiretroviral treatment profile data showed that it was 100% suitable for
first-line use, with the most use being zidovudine + lamivudine +
nevirapine. The results of the examination of the detected viral load value
of 9.75% with a value of 40 copies/ml.

A. PENDAHULUAN

Human Immunodeficiency Virus beberapa Kecamatan di Cilacap menjadi


(HIV) dan Acquired immune deficiency wilayah dengan temuan HIV/AIDS
syndrome (AIDS) telah menjadi masalah tertinggi di Kabupaten Cilacap, mencapai
global terkait kesehatan dan merupakan 138 kasus. Disusul Kecamatan Kesugihan
salah satu penyakit infeksi serius yang 94 kasus, Jeruklegi 62 kasus, Cilacap
sedang dihadapi bangsa Indonesia. Pada Tengah 55 kasus, dan Adipala 48 kasus
tahun 2016 dilaporkan 41.250 kasus HIV (3). Jumlah kasus HIV yang ditemukan
baru dan sampai Maret 2017 dilaporkan dan dilaporkan masih jauh dari jumlah
10.376 Kasus HIV baru. Secara kumulatif kasus HIV yang diperkirakan. Estimasi
telah teridentifikasi 242.699 orang yang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) tahun
terinfeksi HIV (1). Hasil penelitian Badan 2016 sebesar 640.443, sementara yang
Litbangkes pada tahun 2011-2012 dilaporkan sampai dengan Juni 2019
mengenai penyebab kematian (Cause Of sebanyak 349.882 (60,7%). Jumlah
Death) di 12 kabupaten/kota di Indonesia ODHA yang hingga bulan Juni 2019
menyebutkan bahwa HIV-AIDS masih sedang mendapatkan pengobatan
merupakan penyebab kematian nomor ARV (Antiretrovial) sebanyak 115.750
tujuh atau sekitar 3% penyebab orang.
kematian di 12 kabupaten/kota tersebut. Belum semua ODHA
HIV/AIDS lebih banyak terjadi pada mendapatkan terapi ARV dan hanya
kelompok umur 15-34 tahun (2). 33% yang rutin menerima pengobatan
Temuan HIV/AIDS di Kabupaten ARV. Kurangnya kesadaran dari
Cilacap, Jawa Tengah, hingga Juni 2019, masyarakat juga ketakutan-ketakutan
mencapai 1.444 kasus. Jumlah tersebut penderita akan stigma dan diskriminasi
merupakan data kumulatif yang yang terjadi di masyarakat
dihimpun Komisi Penanggulangan AIDS menyebabkan sulitnya mengontrol
(KPA) Kabupaten Cilacap sejak 2007. jumlah penyebaran HIV/AIDS. Namun
Kepala Dinkes Cilacap menyebutkan, perlu adanya dukungan baik tenaga

37 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021


kesehata maupun keluarga, agar ODHA pemberian terapi antiretroviral,
segera memulai pengobatan (4) menentukan efektivitas atau kegagalan
Prinsip pemberian ARV adalah terapi serta membantu memastikan jika
harus menggunakan 3 jenis obat yang efek yang menguntungkan dari terapi
ketiganya harus terserap dan berada antiretroviral gagal dicapai dan terapi
dalam dosis terapeutik dalam darah, harus diganti. Pemeriksaan viral load
dikenal dengan ART (Antiretroviral juga penting dan bermanfaat dilakukan
Therapy) atau terapi ARV (Kemenkes pada seseorang yang baru saja terpapar
RI 2014). Suatu hasil penelitian HIV atau mengalami infeksi yang masih
menunjukan bahwa untuk mencapai akut, namun belum terbentuk antibodi.
tingkat supresi virus yang optimal Sehingga dapat segera diketahui
setidaknya 95% dari semua dosis tidak apakah seseorang tersebut terinfeksi
boleh terlupakan (5). HIV atau tidak. Akan tetapi setelah itu
Kepatuhan dalam meminum tetap perlu dilakukan tes serologis
ARV merupakan faktor terpenting untuk konfirmasi diagnosis infeksi (6)
dalam menekan jumlah virus HIV HIV/ AIDS merupakan penyakit kronis
dalam tubuh manusia. Penekanan yang dapat dikendalikan dengan
jumlah virus yang lama dan stabil pemberian obat ARV seumur hidup.
bertujuan agar sistem imun tubuh tetap Oleh karena itu diperlukan layanan
terjaga tinggi. Dengan demikian, orang yang mudah dijangkau untuk menjaga
yang terinfeksi virus HIV akan kesinambungan perawatan dan
mendapatkan kualitas hidup yang baik pengobatan pasien. Layanan ini pada
dan juga mencegah terjadinya awalnya hanya tersedia di rumah sakit
kesakitan dan kematian. rujukan ARV saja. Ketersediaan
Pemeriksaan viral load HIV RNA layanan perlu diperluas hingga ke
memiliki peran yang penting dalam tingkat puskesmas atau puskesmas
perjalanan infeksi HIV dan telah pembantu.
menjadi landasan dalam manajemen Puskemas merupakan Fasilitas
penyakit HIV. Saat ini pemeriksaan Kesehatan pertama yang merupakan
viral load mulai rutin dilakukan oleh ujung tombak dalam memberikan
para klinisi. Pengukuran plasma viral pelayan bagi pasien yang menjalani
load yang dilakukan pada beberapa pengobatan HIV AIDS. Berdasarkan
bulan setelah fase serokonversi atau hasil survey di puskesmas “X” di
disebut juga "baseline" viral load Kabupaten Cilacap, diperoleh populasi
merupakan suatu prediktor yang sebesar 69 orang yang mendapatkan
penting untuk meramalkan terapi ARV, sehingga peneliti tertarik
perkembangan infeksi HIV menjadi untuk melakukan studi profil
penyakit AIDS. penggunaan ARV beserta nilai
Pengukuran plasma viral load pemantauan data nilai Viral Load (VL)
secara serial dan berkala membantu pada proses pencegahan peningkatan
penderita dan dokter untuk status kondisi pasien HIV menjadi
menentukan waktu permulaan AIDS.

38 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021


B. METODE selanjutnya dilakukan pengambilan
data penelitian. Data yang
Rancangan Penelitian dikumpulkan meliputi data pasien
Penelitian ini merupakan jenis HIV/AIDS, data labolatorium, Viral
penelitian deskritif Load, dan jenis obat yang
noneksperimental. Data yang digunakan. Data jenis obat
diperoleh diolah secara statistika HIV/AIDS pada SIM (Sistem
sederhana dan ditampilkan dalam Informasi Managemen) pada
bentuk prosentase. Desain penelitian komputer di Instalasi Farmasi.
yaitu crossectional dengan b. Mengolah data dengan
pendekatan retrospektif. Sumber mengelompokkan data berdasarkan
data adalah rekam medik pasien jenis kelamin, usia, golongan obat,
HIV AIDS Faskes pertama di Distrik nama obat HIV/AIDS, dosis obat,
Cilacap kombinaasi obat dan nilai viral
load pada pasien HIV/AIDS.
Subyek penelitian c. Data dibuat presentase.
d. Tahap pengambilan kesimpulan
Pemilihan subjek pada dan saran.
penelitian ini dilakukan dengan Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
metode purposive sampling. Data kemudian di sajikan secara
Metode purposive sampling yaitu deskriptif dan diolah berupa analisis
pemilihan subyek penelitian dengan statistik kemudian disajikan dalam
mempertimbangkan kriteria inklusi bentuk prosentase yang meliputi:
dan eklusi yang telah ditetapkan. a. Karakristik Pasien
Populasi dalam penelitian ini adalah Data pasien yang meliputi usia dan
penderita yang menjalankan jenis kelamin dan status risiko.
program pengobatan antiretrovial b. Pola penggunaan obat
HIV/AIDS Puskesmas “X” Distrik Pola penggunaan obat HIV/AIDS
Cilacap. Data yang digunakan yaitu pada pasien Tahun 2019 meliputi
data pasien periode Januari – nama obat, golongan obat dan
Desember Tahun 2019, Kriteria kombinasi obat.
inklusi penelitian ini adalah pasien c. Profil angka Viral Load (VL)
HIV/AIDS yang mempunyai data Viral Load pasien HIV/AIDS.
rekam medik yang lengkap berupa
jenis kelamin, usia, faktor resiko, C. HASIL DAN PEMBAHASAN
terdapat data pemeriksaan angka
Viral Load (VL) dan pasien aktif Penulis melakukan penelitian di
mengonsumsi obat ARV. Sedangkan Instalasi Farmasi Puskesmas “X” Distrik
kriteria eksklusi sampel yaitu putus Cilacap dengan tujuan untuk
obat atau meninggal selama periode mengetahui pola pengobatan
tahun penelitian berlangsung. HIV/AIDS dan gambaran dari
parameter nilai VL periode Januari –
Prosedur kerja Desember 2019. Data yang diambil
adalah data karakteristik dan terapi
Prosedur pengamatan yang ARV (Antiretrovial) yang digunakan
dilaksanakan meliputi: oleh pasien HIV/AIDS di Sistem
a. Penulis membuat izin penelitian ke Informasi Managemen (SIM) yang ada
badan KESBANGPOL dan di Instalasi Farmasi Puskesmas secara
BAPELITBANGDA kemudian retrospektif. Penelitian dilakukan
diserahkan kebagian Dinas selama 4 bulan yaitu mulai dari
Kesehatan dan Diklat Puskesmas. persiapan sampai penyelesaian,
Setelah perizinan selesai, dimulai tanggal 24 Januai – 12 Mei

39 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021


2019. Berdasarkan kriteria inklusi dan berhubungan dengan laki-laki, beberapa
eksklusi yang telah ditetapkan dari 69 dari mereka juga berhubungan dengan
populasi yang masuk dalam kriteria perempuan secara tidak aman yang
inklusi sebanyak 41 pasien. secara signifikan meningkatkan risiko
penularan infeksi HIV (8).
Tabel 1. Karakteristik Penderita Kasus AIDS di Indonesia
HIV/AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin di berdasarkan jenis kelamin sejak pertama
Puskesmas “X” Distrik Cilacap Periode kali ditemukan tahun 1987 sampai
Januari – Desember 2019 dengan Juni 2019 63% kasus terjadi
pada jenis kelamin laki-laki atau hampir
Karakteristik Jumlah Persentase 2 kali lipat dibandingkan pada
(%) kelompok perempuan (37%) (1).
Jenis Kelamin
Pasien
Tabel 2 Karakteristik Penderita HIV/AIDS
Laki-laki 34 82.9
Perempuan 7 17.1
Berdasarkan Usia di Puskesmas “X” Distrik
Total 41 100% Cilacap Periode Januari – Desember 2019

Usia Pasien Jumlah Persentase


Berdasarkan tabel 1, dapat terlihat (Tahun)
bahwa pasien laki-laki lebih banyak <1 0 0%
dengan persentase 82.9% bila 1-4 0 0%
dibandingkan dengan pasien HIV/AIDS 5-14 1 2%
perempuan yang hanya 17.1%. Hasil 15-19 3 7%
penelitian ini sejalan dengan Laporan 20-29 15 37%
berskala Nasional yang dilakukan 30-39 14 34%
Yayasan Spiritia, bahwa jumlah 40-49 7 17%
penderita laki-laki lebih banyak dari 50-59 1 2%
> 60 0 0%
pada penderita perempuan (Yayasan
Total 41 100%
Spiritia 2017).
Keterangan: Kelompok Umur
Untuk perempuan kemungkinan
menurut Ditjen P2P Kemenkes RI, 2019
terjadi akibat penularan melalui pekerja
seks komersial (7) Dan menurut (8)
Tabel 2 menunjukkan jumlah
tahun 2011 kebanyakan wanita yang
pasien berdasarkan kelompok usia,
terinfeksi HIV melalui seks
dimana dapat terlihat bahwa jumlah
heteroseksual. Beberapa wanita menjadi
pasien di Puskesmas Cilacap “X” yang
terinfeksi karena mereka mungkin tidak
mendapatkan pengobatan ARV selama
menyadari faktor risiko pasangan laki-
bulan Januari - Desember tahun 2019
laki untuk infeksi HIV atau memiliki
terbanyak terdapat pada kelompok usia
pengetahuan dan persepsi yang kurang
produktif yaitu kelompok umur 20 - 29
mengenai faktor risiko HIV.
tahun (peringkat pertama) sebesar 37%
Penularan dari pria ke pasangan
diikuti kelompok umur 30-39 tahun
wanita secara bermakna lebih banyak
sebesar 34%. Hasil ini sejalan dengan
daripada sebaliknya. Perkiraan
penelitian yang telah dilakukan
penularan dengan satu kali hubungan
sebelumnya oleh Ani Anggriani dkk
seksual tanpa pelindung berkisar dari
(2019) dimana persentase tertinggi
9:10.000 sampai 5:1000 (8). Pada laki-
penderita HIV-AIDS adalah kelompok
laki kemungkinan terinfeksi HIV lebih
usia produktif yaitu kelompok umur 20
besar karena beberapa laki-laki
- 29 tahun dan penelitian oleh Yelfi
homoseksual yang berhubungan dengan
Anwar dkk (2018) dimana persentase
seks dengan laki-laki secara anal
tertinggi penderita HIV-AIDS adalah
(hubungan seks melalui anus) tanpa
kelompok umur 30 - 39 tahun.
pengaman dapat menularkan kepada
pasangan perempuannya. Laki-laki yang

40 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021


Usia 20-an cenderung kurang yang ketiganya harus terserap dan
memahami adanya risiko penularan berada dalam dosis teraupetik dalam
penyakit HIV/AIDS dari perilaku gaya darah, atau dikenal dengan istilah
hidup bebas sehingga mudah terjerumus ART (antiretroviral therapy). Untuk
seks tidak aman dan narkoba dengan
panduan lini pertama yang
jarum suntik tidak steril (Galant 2010).
dianjurkan biasanya menggunakan
Laporan perkembangan HIV/AIDS
triwulan II tahun 2019 yang dikeluarkan kombinasi dua obat golongan NRTI
oleh Direktorat Jenderal Pencegahan dan satu obat golongan NNRTI .
dan Pengendalian Penyakit Kementerian Pengobatan antiretroviral (ARV)
Kesehatan RI juga menunjukkan kombinasi merupakan terapi terbaik
persentase penderita HIV/AIDS bagi pasien terinfeksi Human
terbanyak menurut kelompok umur Immunodeficiency Virus (HIV)
terdapat pada kelompok umur 25 - 49 hingga saat ini. Tujuan utama
tahun diikuti kelompok umur 20 - 24 pemberian ARV adalah untuk
tahun (1) menekan jumlah virus (viral load),
sehingga akan meningkatkan status
Tabel 3. Jumlah Pasien Berdasarkan imun pasien HIV dan mengurangi
Golongan Obat ARV di Puskesmas “X” kematian akibat infeksi oportunistik
Distrik Cilacap Periode Januari – (Karyadi 2017).
Desember 2019
Tabel 4. Jumlah dan Persentase Pasien
Golongan Obat Jumlah Persentase berdasarkan Ketepatan Kombinasi Obat
Nucleoside/Nucleotide 41 100% ARV di Puskesmas “X” Distrik Cilacap
Reverse Transcriptase
Periode Januari – Desember 2019
Inhibitor (NNRTI)
Non (NNRTI) 41 100% Kombinasi Obat ARV Ketepatan
Protease Inhibitor (PI) 0 0% Kombinasi Obat
Total ∑ %
Tenofovir+lamivudine 14 34%
Dari tabel 3 terlihat bahwa dari 41 +efavirenz/nefirapine
pasien yang diteliti, semua pasien Zidovudine+lamivudine+nevi 25 61%
(100%) menggunakan obat ARV rapin
golongan Nucleoside/ Nucleotide Zidovudine+lamivudine+efav 2 5%
irenz
Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Zidovudine+lamivudine+lopi 0 0%
dan 41 pasien (100%) menggunakan navir/r
obat ARV golongan Non Nucleoside Total 41 100%
Reverse Transcriptase Inhibitor (NNRTI) Sumber: Permenkes RI No.87 Tahun 2014
dalam kombinasi dengan golongan
NRTI. Menurut Kementerian Kesehatan
RI (2011) dalam Pedoman Nasional Keterangan : Σ = Jumlah pasien
Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan
% = Persentase Pasien
Terapi Antiretroviral pada Orang
Dewasa, obat ARV terdiri atas tiga
Obat ARV (Antiretrovial) sudah
golongan utama, yaitu (NRTI), (NNRTI)
disediakan secara gratis melalui program
dan Protease Inhibitor (PI).
pemerintah Indonesia sejak tahun 2014
Berdasarkan Permenkes No. 87 dan kini sudah tersedia di lebih dari 400
tahun 2014 tentang Pedoman layanan kesehatan seluruh Indonesia.
Pengobatan Antiretroviral, Antiretroviral (ARV) yang merupakan
dinyatakan bahwa pengobatan ARV obat untuk perawatan infeksi oleh
harus menggunakan 3 jenis obat retrovirus, terutama HIV, tidak dijual
bebas di apotek umum.

41 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021


Saat ini ARV itu sendiri terbagi digunakan sebagai Lini Kedua.
dalam dua lini. Lini ke-1 atau lini Penggunaan pada Lini Kedua hanya bila
pertama terdiri dari paduan Nucleoside pasien benar-benar mengalami
Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI) Intoleransi terhadap golongan NNRTI
yang meliputi Zidovudin (AZT) atau (Efavirenz atau Nevirapine) (Ditjen PPM
Tenofovir (TDF) dengan Lamivudin & PL 2011).
(3TC) atau Emtricitabin (FTC), serta Penentuan dosis obat ARV yang
Non-Nucleoside Reverse Transcriptase tepat sangat berperan penting dalam
Inhibitors (NNRTI) meliputi Nevirapin keberhasilan terapi. Untuk usia 18 tahun
(NVP) atau Efavirenz (EFV). Sementara ke atas, dosis standar telah ditetapkan
itu, paduan lini 2 terdiri dari NRTI, serta tanpa mempertimbangkan berat badan
Protease Inhibitor (PI) yaitu pasien, sedangkan untuk yang di bawah
Lopinavir/Ritonavir. Lini 1 itu sendiri 18 tahun penentuan dosis
terdiri dari kombinasi 2 NRTI mempertimbangkan berat badan pasien
(Nucleoside Reverse Transcriptase (Ani Anggriani, et.al 2019).
Inhibitors) dan 1 NNRTI Hasil penelitian, diketahui bahwa
(NonNucleoside Reverse Transcriptase dosis yang paling banyak digunakan
Inhibitors), sedangkan lini 2 terdiri dari adalah kombinasi Zidovudine (300 mg)
kombinasi 2 NRTI (Nucleoside Reverse +lamivudine (150 mg) + nevirapin (200
Transcriptase Inhibitors) dan 1 PI mg) dua kali sehari satu tablet. Dosis
(Protease Inhibitor). Pada peneletian tersebut merupakan dosis dewasa yang
Kurniawan dkk 13, jenis NRTI yang digunakan oleh 25 pasien, sedangkan
digunakan pada saat awal terapi yaitu untuk 1 pasien anak yaitu diberikan satu
(zidovudin/stavudin atau tenofovir). kali sehari ½ tablet dari dosis dewasa
Dari data hasil penelitian dan dan telah disesuaikan dengan berat
dibandingkan dengan pedoman badan anak. Hal ini sesuai
pengobatan ARV yang sudah dengan pedoman nasional pengobatan
ditetapkan, dapat dikatakan bahwa 41 ARV tahun 2011 bahwa nevirapine
pasien atau 100% pasien menggunakan dimulai dengan dosis awal 200 mg
paduan ART lini pertama dengan setiap 24 jam selama 14 hari pertama
kombinasi 2 golongan obat NRTI dalam paduan ARV lini pertama
(Nucleoside Reverse Transcriptase bersama AZT (Zidovudine) 250 - 300
Inhibitors) yaitu tenofovir, lamivudin mg setiap 12 jam atau TDF (Tenovofir)
(3TC) atau zidovudin dan 1 golongan 300 mg diberikan single dose setiap 24
NNRTI (Non-Nucleoside Reverse jam + 3TC (lamivudine) 150 mg
Transcriptase Inhibitors) yaitu nevirapin diberikan tiap 12 jam atau 300 mg
(NVP) atau efavirenz (EFV) maka setiap 24 jam. Bila tidak ditemukan
kombinasi obat yang digunakan di tanda toksisitas hati, dosis Nevirapine
puskesmas cilacap “X” sudah sesuai dinaikkan menjadi 200 mg setiap 12 jam
dengan standar pengobatan yang pada hari ke-15 dan selanjutnya.
ditetapkan. Mengawali terapi dengan dosis rendah
Dan data hasil penelitian, dapat tersebut diperlukan karena selama 2
dikatakan bahwa sebagian besar pasien minggu pertama terapi NVP
belum mengalami resistansi silang dalam menginduksi metabolismenya sendiri.
kelas ARV yang sama, sehingga Dosis awal tersebut juga mengurangi
pengobatan ARV masih menggunakan risiko terjadinya ruam dan hepatitis oleh
lini pertama (Permenkes RI No. 87 karena NVP yang muncul dini (Ditjen
tahun 2014). PPM & PL. 2011). Karena tidak
Obat ARV golongan Protease ditemukannya tanda toksisitas hati pada
Inhibitor (PI) yaitu yaitu 25 pasien HIV/AIDS di Puskesmas “X”
Lopinavir/Ritonavir tidakdianjurkan Distrik Cilacap tahun 2019, maka dosis
untuk terapi Lini Pertama, hanya

42 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021


NVP dinaikkan menjadi 200 mg setiap simpang yang terjadi serta respons
12 jam atau dua kali sehari satu tablet. terapi. Jumlah limfosit T-CD4 dan level
Kedua dosis yang paling banyak HIV RNA merupakan alat penting untuk
digunakan adalah kombinasi Tenofovir evaluasi respons terapi. Pengukuran
(300 mg)+ lamivudine (150 mg) + limfosit T-CD4 dan plasma viral load
efavirenz/nefirapine (600/200 mg) dosis minimal dua kali pengukuran pada
tersebut merupakan dosis dewasa yang kunjungan yang berbeda harus
digunakan oleh 14 pasien, sekali sehari dilakukan sebelum dilakukan perubahan
satu tablet dan dua kali sehari untuk terapi.(CDCP, 2001; Carrasco, 2000 dan
lamivudine (150 mg). Tenovofir dapat Myolonakis, et al., 2001) Idealnya,
menggantikan Zidovudine karena level HIV RNA harus menurun secara
anemia, atau Nevirapine menggantikan cepat setelah terapi antiretroviral
Efavirenz karena toksisitas SSP atau dimulai. Pedoman mengenai penurunan
kehamilan. Jika terjadi efek samping plasma viral load yang diharapkan,
akibat penggunaan AZT (anemia), maka bervariasi, respons terapi yang optimal
sebagai obat substitusi gunakan TDF. didefinisikan sebagai penurunan viral
(Ditjen PPM & PL. 2011). 3TC, TDF, load sebesar 10 kali lipat atau log 1-2
Evafirenz diberikan dengan atau tanpa dalam waktu empat atau delapan
makanan, AZT diberikan dengan atau minggu dan tidak didapatkan virus
setelah makan, dan NVP diberikan (kurang dari 50 kopi/mL) dalam waktu
ketika perut kosong 4–6 bulan setelah terapi. Penurunan
Tabel 5. profil nilai Viral Load (VL) di plasma viral load hingga kurang dari 50
Puskesmas “X” Distrik Cilacap Periode kopi/mL terkait dengan peningkatan
Januari – Desember 2019 supresi virus. Kegagalan untuk mencapai
level target plasma viral load kurang
Nilai Viral Jumlah Presentase (%) dari 50 kopi/mL atau viral load masih
Load lebih dari 500 kopi/mL setelah terapi
40 copies / ml
selama 4–6 bulan menunjukkan adanya
Terdeteksi 4 9.75
kegagalan terapi yang kemungkinan
Tidak 37 90.25
terdeteksi
disebabkan resistensi obat, absorbsi obat
Total 41 100 yang tidak adekuat atau kurangnya
kepatuhan penderita. Supresi virus yang
Tabel 5 menunjukan proporsi profil maksimal sering kali memerlukan waktu
nilai Viral Load hanya sebanyak 4 yang lebih lama pada pasien-pasien
(9.75%) pasien yang memiliki nilai tes dengan level baseline viral load yang
viral load (VL) dan dilakukan hanya di lebih tinggi, yakni diatas 100.000
akhir atau setelah pemberian ARV, yaitu kopi/mL. Level HIV RNA harus
didapatkan nilai VL 40 copies/ ml. dimonitor secara periodik tiap 3–4
pengukuran yang dilakukan berdasarkan bulan selama pemberian terapi
informasi dari petugas tenaga Kesehatan antiretroviral. (8)
di puskesmas menyatakan bahwa
program pengukuran VL untuk pasien
yang dari pemerintah terbatas hanya
untuk beberapa psaien saja, sedang KESIMPULAN
untuk biaya mandiri harga pemeriksaan Berdasarkan karakteristik pasien
cukup mahal, sehingga pada tabel yang menjalani pengobatan ARV pada
sampai Deseber 2019 terlihat hanya HIV/AIDS di Puskesmas “X” Distrik
beberapa pasien saja yang berkesematan Cilacap tahun 2019 yaitu sebanyak 41
memeriksakan nilai Viral Load. kasus, t e r d i r i dari 34 (82.9%)
Setelah dimulai pemberian terapi berjenis kelamin laki-laki dan 7 (17.1%)
antiretroviral, perlu dilakukan monitor orang berjenis kelamin wanita,
terhadap pasien berkaitan dengan efek sedangkan berdasarkan usia didominasi

43 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021


usia 20-29 (37%). Pola penggunaan 5. Kemenkes RI. Profile Kesehatan
ARV paling banyak menggunakan obat Indonesia. Ministry of Health
golongan Nucleoside/Nucleotide Indonesia. 2012. 107–108 p.
Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI)
dan Non Nucleoside/Nucleotide 6. Holmes King K, Sparlking PF, Starnm
Reverse Transcriptase Inhibitors WE, Piot P, Wasserheit JN, Corey L
(NNRTI) yaitu 41 kasus (100%). et al. Sexually Transmitted Diseases.
Kombinasi ARV yang digunakan ada 3 New York McGraw-Hill. 2008;
macam kombinasi yaitu Zidovudine + 7. Yuliandra Y, Armenia A, Arifin H.
lamivudine + nevirapin (61%), Antihypertensive and antioxidant
Tenofovir + zidovudine + nevirapine / activity of Cassytha filiformis L.: A
efavirenz (34%) dan zidovudine + correlative study. Asian Pac J Trop
lamivudine + efavirenz (5%). Profil nilai Biomed. 2017 Jul 1;7(7):614–8.
Viral Load (VL) pasien HIV/AIDS di
Puskesmas “X” Distrik Cilacap tahun 8. Frieden TR, Harold Jaffe DW,
2019 hanya ada 4 (9.7%) pasien yang Rasmussen SA, Leahy MA,
melakukan pemeriksaan dengan nilai Martinroe JC, Spriggs SR, et al. Aerts
yang terdeteksi sebesar 40 copies/ml. 2015 [Internet]. Vol. 64. 2015. 140
p. Available from:
SARAN https://www.mendeley.com/viewer
/?fileId=393746ef-1669-5323-6e2d-
Perlunya ada pemeriksaan parameter c8293c125c97&documentId=4dd08
CD4 lenkap sebelum dan setelah ee1-6667-3a6c-a2eb-6620cda6bc06
pengobatan untuk melihat efektifitas pada
terpi ARV.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyadari bahwa


terselesaikannya paper ini tidak lepas dari
bimbingan, dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih
kepada institusi dan semua pihak yang
memberikan dukungan hingga terselesaikan
paper ini.

PUSTAKA

1. RI DPK. No Title. 2017.


2. Kesehatan BP dan P. No Title. 2013.
3. Rustandi H, Tranado H, Pransasti T.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Hidup Pasien Chronic
Kidney Disease yang Menjalani
Hemodialisa di Ruang Hemodialisa.
J Keperawatan Silampari.
2018;1(2):32–46.
4. RI KK. Profil Kesehatan. 2019;

44 | Jurnal Pharmaqueous Vol. 3. No. 2, November 2021

Anda mungkin juga menyukai