Volume 19 Nomor 1
ABSTRAK
Human immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus penyebab Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS). Pada tahun 2019, WHO melaporkan sekitar 38 juta orang di seluruh dunia terinfeksi
HIV, dengan 1,7 juta kasus infeksi baru dan kematian sebanyak 770.000 orang. Saat ini, obat
antiretroviral (ART) masih direkomendasikan bagi Orang Dengan HIV AIDS (ODHA), walaupun tidak
mampu meningkatkan harapan hidup penderita. Vaksinasi HIV merupakan upaya preventif yang paling
efektif untuk mencegah penularan HIV. Artikel ini merupakan review dari studi literatur 15 artikel terkait
pengembangan kandidat vaksin HIV hingga saat ini. Hasil review menunjukkan bahwa RV144
merupakan satu-satunya kandidat yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi vaksin HIV,
karena memiliki nilai efikasi sebesar 31,2%. Hasil lain dari uji coba RV144 adalah diidentifikasinya
antibodi monoklonal (VRC01), yang memiliki kemampuan untuk menetralisir HIV-1 secara luas.
Kata Kunci: Human Immunodeficiency Virus, Acquired Immunodeficiency Syndrome, Vaksin, RV144
ABSTRACT
Human immunodeficiency virus (HIV) is a retrovirus that causes Acquired Immunodeficiency Syndrome
(AIDS). In 2019, WHO reported around 38 million people worldwide were infected with HIV, with 1.7
million new cases and 770,000 deaths. Currently, antiretroviral drugs (ART) are still recommended for
people living with HIV AIDS (PLWHA), although they are unable to increase patient life expectancy. HIV
vaccination is the most effective preventive measure for preventing HIV transmission. This article is a
review of a literature study of 15 articles related to the development of current HIV vaccine candidates.
The review results show that RV144 is the only candidate that has the potential to be developed into an
HIV vaccine, because it has an efficacy value of 31.2%. Another result of the RV144 trial was the
identification of monoclonal antibodies (VRC01), which have the ability to neutralize HIV-1 widely.
Keywords: Human Immunodeficiency Virus, Acquired Immunodeficiency Syndrome, Vaccine, RV144
46.000 kasus baru dan mengakibatkan 38.000 rendah dibandingkan individu yang sehat
kematian. Angka kematian ini dilaporkan (Palmisano & Vella, 2011).
mengalami peningkatan sebesar 60% sejak tahun Sampai saat ini, upaya pengendalian
2010. Dari 620.000 orang dewasa yang penyebaran HIV terus dilakukan, salah satunya
terinfeksi, 220.000 diantaranya merupakan melalui vaksinasi. Vaksinasi dianggap sebagai
wanita (35,48%) (UNAIDS, 2020). Setiap upaya preventif terbaik, karena tidak
tahunnya, peningkatan kasus HIV tetap terjadi, berhubungan dengan kepatuhan pasien (Deeks,
meskipun jumlah kasus AIDS relatif stabil 2006). Vaksin HIV yang ideal, aman, efektif,
(Kemenkes, 2018). dan terjangkau, menjadi harapan untuk
Human Immunodeficiency Virus (HIV) menanggulangi pandemi HIV, sehingga
merupakan suatu jenis retrovirus yang pengembangannya menjadi salah satu prioritas.
menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya Namun, pengembangan vaksin ini tidak mudah,
sel CD4/sel T. Penyerangan sel-sel imun ini karena sifat HIV yang sangat mutagenik dan
menyebabkan individu yang terinfeksi sulit mudah beradaptasi pada tubuh inangnya atau
untuk melawan HIV dan penyakit lain yang lingkungan manusia (Joseph et al., 2006).
menyertainya. Infeksi HIV berujung pada Dalam artikel ini, dilakukan review
stadium akhir berupa Acquired terhadap berbagai artikel yang membahas upaya-
Immunodeficiency Syndrome (AIDS), yang upaya pengembangan vaksin HIV, tantangan,
ditandai kerusakan sistem imun yang parah. kemajuan dan potensinya dalam pencegahan
(Requerjo, 2006). Virus ini ditularkan melalui penyebaran infeksi HIV/AIDS.
kontak langsung dengan cairan tubuh dari orang
yang terinfeksi, seperti darah, cairan vagina, METODE
cairan sperma, bahkan melalui cairan tubuh ibu Metode yang digunakan review artikel
hamil, melahirkan, ataupun menyusui (ASI) ini adalah studi literatur. Studi dilakukan melalui
(CDCP, 2019). penelusuran jurnal-jurnal terkait yang memenuhi
Obat antiretroviral (ART) masih kriteria inklusi untuk diulas, yaitu jurnal atau
menjadi satu-satunya terapi yang artikel yang membahas pengembangan vaksin
direkomendasikan untuk Orang Dengan AIDS HIV, yang diterbitkan 20 tahun terakhir. Kata
atau ODHA. ART disebut efektif mencegah dan kunci yang digunakan adalah ‘HIV’, ‘AIDS’,
mengurangi penularan infeksi HIV serta ‘HIV vaccine efficacy trials’, dan ‘HIV vaccine
meningkatkan kualitas hidup penderita development’. Proses penulusuran ini
(Lundgren & Phillips, 2018). Namun, pengguna menghasilkan 15 artikel terkait.
ART tetap memiliki harapan hidup yang lebih
Farmaka 121
Volume 19 Nomor 1
Kandidat Fase
No. Tipe Vaksin Hasil/Outcome Sponsor Sumber
Vaksin Uji
Health
3. STEP/ MRKAd5 IIb Menunjukkan Merck & Co., Buchbinder et
HVTN 502 HIV-1 adanya Inc.; The al., 2008;
gag/pollnef peningkatan risiko National Koblin et al.,
subtipe B infeksi HIV pada Institute of 2012
pria yang tidak Allergy and
disunat dan LSL. Infectious
Diseases; HIV
Vaccine Trials
Network
4. Phambili/ MRKAd5 IIb Tidak Merck & Co., Gray et al.,
HVTN 503 HIV-1 menunjukkan Inc.; The 2011, 2014
gag/pollnef adanya efikasi, National
subtipe B peningkatan resiko Institute of
penularan infeksi Allergy and
pada penerima Infectious
vaksin. Diseases; HIV
Vaccine Trials
Network
5. HVTN 505 DNA prime, IIb Tidak The National Hammer et
rAd5 menunjukkan Institute of al., 2013
adanya efikasi Allergy &
Infectious
Diseases
(NIAID) and the
HIV Vaccine
Trials Network
(HVTN)
6. RV144 ALVAC-HIV III Menunjukkan The US Army; Rerks-Ngarm
(vCP1521); adanya US NIH; The et al., 2009
rgp120 penurunan/efikasi Thai Ministry of
(subtipe sebesar 31,2% Public Health
B+E) pada HIV-1 (MOPH); The
Mahidol
University
Vaccine Trial
Center
7. HVTN 100 ALVAC-HIV IIa Menunjukkan National Bekker et al.,
(vCP2438); adanya efikasi dan Institute of 2018
gp120 memenuhi syarat Allergy and
(subtipe C) studi lanjutan fase Infectious
IIb/III Diseases
(NIAID); HIV
Vaccine Trials
Network Bill and
Melinda Gates
Foundation;
Medical
Farmaka 123
Volume 19 Nomor 1
Kandidat Fase
No. Tipe Vaksin Hasil/Outcome Sponsor Sumber
Vaksin Uji
Research
Council Sanofi
Pasteur; A
Sanofi Company;
Novartis
Vaccines
8. HVTN 702 ALVAC-HIV IIb/III Tidak National NIAID, 2020
(vCP2438); menunjukkan Institute of
gp120 adanya efikasi Allergy and
(subtipe C) Infectious
Diseases
(NIAID); Sanofi
GlaxoSmithKline
Bill; Melinda
Gates
Foundation
9. HIV-V-A004 Ad26.Mos.HI IIa Hasil belum Janssen US National
V; (MVA)- diperoleh Vaccines & Library of
Mosaic; Prevention B.V.; Medicine,
gp140 DP National 2014
Institute of
Allergy and
Infectious
Diseases
(NIAID); US
Military HIV
Research
Program; Beth
Israel Deaconess
Medical Center;
International
AIDS Vaccine
Initiative
10. HVTN 705 Ad26.Mos4. IIb Hasil belum Janssen US National
HIV; Clade C diperoleh Vaccines & Library of
gp140 Prevention B.V. Medicine,
2017
11. HVTN 706 Ad26.Mos4. III Hasil belum Janssen US National
HIV; Clade C diperoleh Vaccines & Library of
gp140; Prevention B.V. Medicine,
Mosaic 2017
gp140
12. HVTN 703 HIV-1 mAb IIb Hasil belum National US National
VRC01 diperoleh Institute of Library of
Allergy and Medicine,
Infectious 2015
Diseases
(NIAID)
Farmaka 124
Volume 19 Nomor 1
Kandidat Fase
No. Tipe Vaksin Hasil/Outcome Sponsor Sumber
Vaksin Uji
13. HVTN 704 HIV-1 mAb IIb Hasil belum National US National
VRC01 diperoleh Institute of Library of
Allergy and Medicine,
Infectious 2016
Diseases
(NIAID)
VAX003 resiko tinggi. Jenis vaksin yang digunakan
Uji coba efikasi terhadap VAX003 adalah rgp120 galur subtipe B. Hasil uji coba
dilakukan di Thailand pada tahun 1999 hingga menunjukkan 368 subyek penelitian terkena
2003 oleh VaxGen dan Departemen Kesehatan infeksi, dengan tingkat infeksi 6,7% pada
Thailand. Studi klinis fase III ini dilakukan penerima vaksin dan 7,0% pada penerima
kepada subyek berupa pengguna narkoba suntik plasebo (Flynn et al., 2005).
(injection drug users) yang tersebar di 17 klinik Vaksinasi VAX004 dapat ditoleransi
perawatan obat di Bangkok. Galur subtipe E dengan baik, namun tidak mampu mencegah
karena adanya perbedaan galur yang beredar di Salah satu alasan kegagalan kandidat vaksin ini
Amerika Utara dan Thailand. Uji coba efikasi adalah ketidakmampuannya untuk menginduksi
memberikan nilai efikasi sekitar 0,1%. Tidak pembentukan antibodi yang mampu menetralkan
ada perbedaan waktu penularan virus antara galur subtipe B dengan baik. Nilai efikasi yang
kelompok penerima vaksin dan penerima diperoleh sekitar 6%, sehingga disimpulkan
plasebo, dimana sekitar 106 orang dari 1267 bahwa VAX004 tidak menunjukkan adanya
penerima vaksin dan 105 orang dari 1260 efikasi (Flynn et al., 2005).
dilakukan di Belanda dan Amerika Utara pada menghasilkan antibodi Ad5. Uji coba dilakukan
tahun 1998 hingga 2003 oleh VaxGen. Studi pada tahun 2004 hingga 2005 terhadap pria dan
klinis fase III ini dilakukan pada kalangan wanita yang tidak terinfeksi, namun memiliki
LSL/MSM (men who have sex with men) yang resiko tinggi (LSL, pria heteroseksual dengan
riwayat PMS dan wanita heteroseksual) kelompok laki-laki penerima vaksin. Adanya
(Buchbinder et al., 2008). analisis sementara yang menunjukkan adanya
Pada akhir penelitian, dilaporkan bahwa potensi peningkatan resiko penularan dan
vaksin ini menyebabkan nyeri dan sakit kepala kesimpulan akhir yang tidak membuktikan
pada kedua kelompok. Selain itu, ditemukan efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi
adanya peningkatan kejadian infeksi pada menyebabkan studi ini harus dihentikan (Gray et
kelompok Ad5-seropositive. Hal ini al., 2011).
menyebabkan hasil efikasi hanya diperoleh dari HVTN 505
kelompok Ad5-seronegative. Nilai efikasi adalah
Studi HVTN 505 menguji regimen
sekitar 1,5%, sehingga disimpulkan bahwa
vaksin rekombinan yang menggunakan plasmid
STEP tidak menunjukkan adanya efikasi.
DNA, dengan vektor berupa adenovirus serotipe
Adanya potensi peningkatan resiko penularan,
5 (Huang et al., 2015). Uji coba ini dilakukan
tidak adanya efek vaksin terhadap penularan
pada kelompok Ad5-seronegative (kelompok
HIV dan pasca infeksi, menyebabkan penelitian
yang belum memiliki antibodi Ad5), yaitu pria
ini dihentikan (Buchbinder et al., 2008).
yang disunat dan merupakan LSL/MSM atau
Phambili/HVTN 503 transgender MTF (male-to-female), karena
Studi terhadap Phambili/HVTN 503 berdasarkan laporan hasil studi STEP,
pada awalnya merupakan studi pendamping peningkatan resiko infeksi ditemukan pada Ad5-
untuk studi STEP/HVTN 502, karena seropositive (kelompok yang telah memiliki
menggunakan tipe vaksin, dosis, dan regimen antibodi Ad5) dan pria yang tidak disunat
yang sama. Percobaan Phambili dilakukan di (Hammer et al., 2013).
Afrika Selatan pada tahun 2007 Penelitian ini dilakukan oleh HIV
(Januari−September). Studi ini dilakukan untuk Vaccine Trials Network (HVTN) pada tahun
terhadap subtipe lain, selain subtipe B. Pada 2009 hingga 2013. Laporan akhir menunjukkan
studi STEP, HIV-1 subtipe B merupakan subtipe adanya kejadian infeksi pada 41 penerima
yang paling banyak diperoleh di daerah Karibia, vaksin dan 31 penerima plasebo. Nilai efikasi
Australia, Amerika Utara dan Amerika Selatan vaksin ini diperkirakan sebesar -25%, sehingga
(Gray et al., 2014). Pada studi STEP, Subjek regimen vaksin ini dianggap kurang mampu
penelitian ini adalah 441 pria dan 360 wanita menunjukkan efikasi dan pencegahan penularan
heteroseksual yang aktif secara seksual dan infeksi (Hammer et al., 2013).
beresiko tinggi. Berdasarkan laporan, terdapat RV144
62 kasus infeksi, yakni 34 orang penerima
Uji coba terhadap RV144 merupakan uji
vaksin dan 28 orang penerima plasebo.
coba yang menggabungkan regimen vaksin pada
Peningkatan terbesar jumlah infeksi terjadi di
Farmaka 126
Volume 19 Nomor 1
studi VAX003, yakni rgp120 subtipe B dan E, Selatan, vektor utama ALVAC (vCP2438), dan
dengan vektor utama ALVAC (vCP1521). Uji ajuvan MF59. Modifikasi perlu dilakukan untuk
coba ini dilakukan di Thailand pada tahun 2003 mempertahankan respon imun, sekaligus
hingga 2009 terhadap 16.000 subyek penelitian. menguji keamanannya. Uji coba dilakukan pada
Subyek tersebut terdiri dari pria dan wanita sehat pria dan wanita sehat dengan resiko ringan
dengan resiko infeksi tinggi (MSM, PSK, dan (Bekker et al., 2018).
pengguna narkoba suntik). Studi ini dirancang Secara umum, vaksin ini dapat
untuk mengevaluasi pencegahan infeksi dan efek ditoleransi dengan baik dan aman. Kandidat
vaksinasi terhadap jumlah virus dalam darah vaksin memberikan hasil yang melampaui
setelah infeksi (Rerks-Ngarm et al., 2009). ambang batas 63%. Hasil tersebut memberikan
Uji coba menghasilkan nilai efikasi harapan efikasi vaksin sebesar 50%, sehingga
sebesar 31,2%. Regimen vaksin RV144 dapat regimen vaksin HVTN 100 dapat masuk ke
mengurangi infeksi pada populasi heteroseksual tahap uji efikasi selanjutnya, yakni fase IIb/III.
dengan resiko tinggi. Selain itu, vaksin ini juga Meskipun demikian, respon antibodi IgG
tidak menunjukkan pengaruh terhadap viremia terhadap vaksin menunjukkan hasil yang lebih
dan jumlah sel T CD4+ (Rerks-Ngarm et al., rendah dibandingkan dengan RV144 (Bekker et
2009). Keberhasilan studi ini memberikan al., 2018).
harapan baru, bahwa adanya vaksin HIV bukan HVTN 702
suatu hal mustahil dan vaksin ini mampu
Studi terhadap HVTN 702 atau yang
memberikan perlindungan terhadap infeksi.
dikenal dengan studi Uhambo merupakan studi
Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lebih
lanjutan dari studi HVTN 100. Uji coba efikasi
lanjut untuk memperkuat hasil uji coba (Yu et
fase IIb/II ini menguji regimen vaksin yang
al., 2012).
sama. Penelitian dilakukan oleh National
HVTN 100 Institute of Allergy and Infectious Diseases
Studi fase IIa terhadap HVTN 100 (NIAID) pada tahun 2016 di Afrika Selatan
dilakukan berdasarkan hasil uji coba RV144, terhadap 5.407 pria dan wanita negatif HIV yang
yang menunjukkan adanya efikasi. Pada studi aktif secara seksual. Hasil akhir melaporkan
ini, regimen vaksin mengalami sedikit adanya kasus infeksi pada 129 penerima vaksin
modifikasi serta penambahan ajuvan untuk dan 123 penerima plasebo. Berdasarkan laporan
meningkatkan imunogenisitas. Penelitian ini tersebut, vaksin HVTN 702 dianggap tidak
dilakukan oleh HIV Vaccine Trials Network menunjukkan adanya efikasi, sehingga
(HVTN) pada tahun 2015. Regimen vaksin yang penelitian dihentikan (NIAID, 2020).
digunakan merupakan kombinasi rgp120 subtipe Sampai saat ini, RV144 masih menjadi
C, yang merupakan galur yang beredar di Afrika satu-satunya kandidat vaksin HIV-1 yang
Farmaka 127
Volume 19 Nomor 1
mampu menunjukkan nilai efikasi tertinggi sejumlah antibodi monoklonal ini telah
sebesar 31,2% dan perlindungan terhadap teridentifikasi (Haynes & Monterfori, 2006).
infeksi (O’Connell et al., 2012). Nilai ini Salah satunya disebabkan oleh siklus hidup virus
membuka wawasan yang kritis serta yang mendukung proses infeksi secara cepat dan
memunculkan berbagai strategi baru dalam struktur glikoprotein virus yang beragam,
pengembangan vaksin HIV (Fourati et al., sehingga membatasi kemungkinan diperolehnya
2019). antibodi penetralisir yang kuat dan luas
Salah satu hasil uji coba RV144 yang (Robinson, 2018).
menjadi acuan pengembangan selanjutnya
adalah teridentifikasinya antibodi monoklonal
KESIMPULAN
(VRC01), yang sekarang digunakan dalam studi
Sampai saat ini, penemuan vaksin HIV
klinis HVTN 703 dan HVTN 704. Antibodi ini
masih mengalami hambatan dalam
memiliki kemampuan untuk menetralisir HIV-1
pengembangannya, mengingat berbagai masalah
secara luas (Kwong et al., 2012). Pencegahan
terkait sifat genetik virus dengan variabilitas
infeksi yang dimediasi netralisasi antibodi
tinggi, keterbatasan minat peneliti, kurangnya
merupakan cara pencegahan terbaik. Antibodi
pendanaan serta tidak adanya model hewan uji
akan menghalangi jalur masuk virus ke dalam
yang ideal. Dalam dua dekade terakhir, telah
sel dan memblok replikasi virus melalui
banyak kemajuan yang signifikan mengenai
berbagai mekanisme (Mgodi, 2016).
vaksin HIV. Beberapa kandidat vaksin telah
Selama ini, antibodi yang dihasilkan
melalui tahapan uji coba efikasi dan
oleh infeksi HIV-1, sebagian besar merupakan
memberikan harapan yang cukup menjanjikan.
galur spesifik atau antibodi non-netralisasi.
Salah satu nya adalah uji coba RV144 yang
Akan tetapi, pada beberapa individu yang
menunjukkan adanya efikasi dengan nilai
terinfeksi HIV ditemukan antibodi penetralisir
sebesar 31,2%. Selain itu, penemuan antibodi
yang berpotensi menetralisir HIV-1 secara luas.
monoklonal yang dapat menetralisir HIV-1
Studi transfer pasif menunjukkan bahwa
secara luas juga menjadi pendekatan baru untuk
antibodi penetralisir ini menghasilkan
pengembangan vaksin ini.
perlindungan yang memadai terhadap Simian-
UCAPAN TERIMA KASIH
human Immunodeficiency Virus (SHIV) yang
diinokulasikan kepada primata kera Rhesus Penulis mengucapkan terima kasih
(Hessell et al., 2009). Bapak Rizky Abdulah, Ph.D., Apt. selaku dosen
Pada kenyataannya, tidak semua pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian,
antibodi penetralisir menunjukkan proses dan teman-teman yang sudah membantu dalam
netralisasi seperti yang diharapkan, meskipun penulisan review artikel ini.
Farmaka 128
Volume 19 Nomor 1