Anda di halaman 1dari 15

3.

1 Rencana Strategis Nasional (Stranas) dan Target


penanggulangan HIV nasional (fast track: triple 95,
triple zero, triple elimination) {ria}
3.1.1 Rencana Strategis Nasional (Stranas)
Program Nasional Pencegahan dan Pengendalian
HIV AIDS dan PIMS di Indonesia mengacu pada
Strategi Global 95-95-95. Turunan dari strategi global ini
dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) HIV
AIDS dan PIMS untuk periode 2020-2024 menjadi: 90%
ODHIV mengetahui status, 70% ODHIV memperoleh
ART, dan 75% ODHIV diperiksa beban virusnya. Target
yang ditetapkan dalam RAN berlaku untuk PIMS dan
juga HIV dengan menggunakan indikator prevalensi
sifilis sebesar 0.8 per 1000 penduduk pada tahun 2024 di
Indonesia. Terdapat enam strategi dalam RAN sebagai
berikut:
1. Penguatan komitmen dari
kementerian/lembaga yang terkait di tingkat
pusat, provinsi dan kabupaten/kota;
2. Peningkatan dan perluasan akses masyarakat
pada layanan skrining, diagnostik dan
pengobatan HIV AIDS dan PIMS yang
komprehensif dan bermutu;
3. Penguatan program pencegahan dan
pengendalian HIV AIDS dan PIMS berbasis
data dan dapat dipertanggungjawabkan;
4. Penguatan kemitraan dan peran serta
masyarakat termasuk pihak swasta, dunia
usaha, dan multisektor lainnya baik di tingkat
nasional maupun internasional;
5. Pengembangan inovasi program sesuai
kebijakan pemerintah; dan
6. Penguatan manajemen program melalui
monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut.
Strategi Pemerintah terkait dengan Program
Pengendalian HIV-AIDS dan PIMS :
1. Meningkatkan penemuan kasus HIV secara
dini
2. Meningkatkan cakupan pemberian dan retensi
terapi ARV, serta perawatan kronis
3. Memperluas akses pemeriksaan CD4 dan
viral load (VL) termasuk early infant
diagnosis (EID), hingga ke layanan sekunder
terdekat
4. Peningkatan kualitas layanan fasyankes
dengan melakukan mentoring klinis yang
dilakukan oleh rumah sakit atau FKTP.
5. Mengadvokasi pemerintah lokal untuk
mengurangi beban biaya terkait layanan tes
dan pengobatan HIV-AIDS.
3.1.2 Target Penanggulangan HIV nasional
1. Fast Track Triple 95
Pada bulan Desember 2020, UNAIDS
merilis serangkaian target ambisius baru
yang menyerukan agar 95% dari seluruh
orang yang hidup dengan HIV mengetahui
status HIV mereka (Tested), 95% dari semua
orang yang terdiagnosis infeksi HIV
menerima terapi antiretroviral berkelanjutan
(Treated), dan 95% dari semua orang yang
menerima terapi antiretroviral berkelanjutan
mengalami penurunan jumlah virus hingga
tidak terdeteksi pada tahun 2025
(Undetected) (Frescura et all,2022).
2. Fast Track Triple Zero
Triple Zero bertujuan untuk mencapai zero
janji temu yang terlewat, zero pil yang
terlewat, dan zero VL di kalangan ALHIV.
Model ini juga mempromosikan zero stigma,
zero kematian, zero seks bagi remaja yang
tidak melakukan seks, dan zero penularan
HIV dari ibu ke anak bagi mereka yang
hamil (Oryokot et all,2023).
3. Fast Track Triple Elimination
Triple Elimination penularan HIV dari ibu ke
anak :
3.2 Rapid assessment {ria}
4.4 Peran Kelompok Dukungan Sosial dalam
Penanggulangan HIV/AIDS {ria}

4.5 Studi Kasus


Seorang perawat puskesmas diberikan tugas menjadi
penanggung jawab program penanggulangan HIV/AIDS.
Perawat tersebut rutin mengadakan program screening
ke tiap lokalisasi di wilayahnya setiap 2 bulan sekali.
Tidak hanya itu saja, perawat bersama tim membuka
layanan pemeriksaan HIV gratis di puskesmas agar
masyarakat dapat berkesempatan untuk memeriksakan
status HIV secara mandiri. Layanan juga memberikan
standar bahwa pasien yang dicurigai memiliki riwayat
atau tanda gejala AIDS akan dilakukan pemeriksaan
HIV.

Analisis Kasus
1. Bagaimanakah penerapan VCT (Voluntary,
Counseling, and Testing) yang ideal di
puskesmas tersebut? {ria}
5.2 Patofisiologi dan web of causation/pathway
HIV/AIDS {ria}

5.3 Tes Diagnostik dan Diagnosisi HIV {ria}

5.8 Komplikasi, infeksi oportunistik, dan IMS


lainnya {ria}

5.9 Studi Kasus


Seorang perempuan usia 25 tahun dirawat di ruang
penyakit infeksi karena nyeri di sekitar ulu hati dan
demam. Pasien mengatakan diare sejak 3 minggu
sebelum MRS. Pasien mual-mual dan nafsu makan
menurun. Hasil pemeriksaan positif HIV, BB 48 kg, TB
160 cm, pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, area
mulut tampak candidiasis, kulit tampak kering, turgor
kulit > 2 detik. TD 90/65 mmHg, HR 86 x/menit, RR 19
x/menit, Suhu 390C.

Analisis Kasus
1. Bagaimanakah web of causation/pathway pasien
tersebut? {ria}
2. Apa sajakah pemeriksaan penunjang yang bisa
dilakukan pada pasien tersebut? {ria}
3. Bagaimanakah komplikasi dan infeksi
oportunistik yang muncul pada pasien tersebut?
{ria}
6.5 Evaluasi Keperawatan {ria}

Studi Kasus
Seorang perempuan usia 25 tahun belum menikah
dirawat di ruang penyakit infeksi karena nyeri di sekitar
ulu hati dan demam. Pasien mengatakan diare sejak 3
minggu sebelum MRS. Pasien mual-mual dan nafsu
makan menurun. Pasien merasa sudah tidak berdaya lagi,
malu untuk ketemu orang lain nanti, dan sedih dengan
hasil pemeriksaannya. Pasien merasa sudah tidak punya
masa depan. Hasil pemeriksaan positif HIV. BB 48 kg,
TB 163 cm, pasien tampak lemas, mukosa bibir kering,
kulit tampak kering, turgor kulit > 2 detik. TD 90/65
mmHg, HR 86 x/menit, RR 19 x/menit, Suhu 390C.
Pasien mendapatkan terapi infus RL 1500cc/hari,
ceftriaxone 3x1 gr, omeperazole 3 x 4 mg, metamizole
natrium 3x1 gr.

Analisis Kasus
1. Apa sajakah hasil pengkajian bio/fisik, psiko,
sosial, spiritual dan kultural? {ria}
7.1 A-B-C-D-E {ria}

7.2 Program pencegahan HIV di populasi berisiko


{ria}
7.7 Universal Precaution {ria}

Studi Kasus
Seorang perawat puskesmas diberikan tugas menjadi
penanggung jawab program penanggulangan HIV/AIDS.
Perawat bersama tim membuka layanan pemeriksaan dan
pengobatan HIV gratis di puskesmas. Layanan juga
memberikan standar bahwa pasien yang dicurigai
memiliki riwayat atau tanda gejala AIDS akan dilakukan
pemeriksaan HIV. Pada suatu hari, ada seorang waria
yang datang untuk pemeriksaan HIV dan hasil
pemeriksaan rapid test non reaktif. Setelah dikaji, pasien
mengatakan belum sunat.

Analisis Kasus
1. Apa sajakah layanan KIE untuk A-B-C-D-E pada
pasien tersebut? {ria}
8.1 Konsep perubahan perilaku pada orang dengan
HIV/AIDS {ria}

8.2 Konsep komunikasi dan konseling pada klien


dengan HIV AIDS {ria}
9.3 Stigma pada ODHA:
a. Stigma dan Diskriminasi {ria}
b. Contoh kasus stigma dan diskriminasi di
lingkungan kerja dan masyarakat {ria}
4. Bagaimanakah cara perawatan ODHA berbasis
keluarga? {ria}
10.1 Transmisi HIV dari Ibu ke Anaknya {ria)
11.1 Diagnosis HIV pada Anak {ria}

11.2 Terapi ARV pada Anak {ria}


12.1 Proses keperawatan anak dengan HIV/AIDS
{ria}

12.2 Peran keluarga dalam perawatan anak dengan


HIV/AIDS {ria}

1. Bagaimanakah implementasi evidence-based


nursing practice pada pasien tersebut? {ria}
2. Bagaimanakah cara mengevaluasi hasil
perawatan pada pasien tersebut? {ria}
13.3 Perawatan Jenazah ODHA {ria}

13.4 Studi Kasus


Seorang laki-laki usia 35 tahun belum menikah dirawat
di ruang penyakit infeksi karena nyeri di sekitar ulu hati
dan demam. Pasien mengatakan diare sejak 3 minggu
sebelum MRS. Pasien mual-mual dan nafsu makan
menurun. Pasien merasa sudah tidak berdaya lagi, malu
untuk ketemu orang lain nanti, dan sedih dengan hasil
pemeriksaannya. Pasien merasa sudah tidak punya masa
depan. Hasil pemeriksaan positif HIV. BB 48 kg, TB
163 cm, pasien tampak lemas, mukosa bibir kering, kulit
tampak kering, turgor kulit > 2 detik. TD 90/65 mmHg,
HR 86 x/menit, RR 19 x/menit, Suhu 390C. Meskipun
demikian, keluarga pasien tetap menerima dan siap
mendukung serta merawat pasien.

Analisis Kasus
Berdasarkan kasus di atas,
1. Kapankah waktu yang tepat dalam pemberian
asuhan paliatif pasien tersebut? {ria}
14.3 Studi Kasus
Seorang perawat puskesmas diberikan tugas menjadi
penanggung jawab program penanggulangan HIV/AIDS.
Perawat bersama tim membuka layanan pemeriksaan dan
pengobatan HIV gratis di puskesmas. Layanan juga
memberikan standar bahwa pasien yang dicurigai
memiliki riwayat atau tanda gejala AIDS akan dilakukan
pemeriksaan HIV. Pada suatu hari, ada seorang waria
usia 29 tahun datang ke poli karena mengeluh nyeri
perut. Nafsu makan pasien menurun. Setiap pasien akan
makan merasa mual tapi tidak muntah. Pasien ketakutan
jika dirinya kena HIV karena sering berhubungan seks
dengan laki-laki. Hasil pemeriksaan HIV positif, BB 50
kg, TB 169 cm, mukosa bibir kering, area mulut tampak
candidiasis, turgor kulit > 2 detik, TD 100/65 mmHg,
HR 86 x/menit, RR 22 x/menit, Suhu 37,90C.
Keseharian pasien hanya bekerja sebagai waria dan tidak
punya pekerjaan tetap lainnya. Hasil bekerjanya hanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Analisis Kasus
Berdasarkan kasus di atas,
1. Apakah permasalahan yang dihadapi pasien
tersebut dalam konteks SGDs? Jelaskan! {ria}
2. Bagaimanakah asuhan paliatif pasien tersebut?
{ria}

Anda mungkin juga menyukai