Elective cesarean section for women living with HIV:a systematic review of
risks and benefits
MAKALAH
Oleh:
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sindrom
immunodefisiensi dari penyakit yang disebabkan oleh Human Immuno
Deficiency Virus (HIV) yang dapat melemahkan sistem imun. Kondisi ini
membuat tubuh penderita menjadi lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
Pendapat dari sumber lain mengatakan bahwa AIDS adalah disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang mengakibatkan melemahnya
sistem kekebalan tubuh seseorang sehingga dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa HIV mengakibatkan
melemahnya sistem imun tubuh sehingga tubuh lebih mudah terserang penyakit
penyerta yang akhirnya menjadi AIDS, dengan kondisi terburuk sampai
kematian.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2011 angka kejadian
orang dengan HIV/AIDS di dunia mencapai angka 11 juta orang (WHO, 2012).
Berbeda dengan angka kejadian yang terjadi di dunia pada tahun 2011,
sedangkan di Indonesia secara kumulatif angka kasus HIV/AIDS terhitung dari
1 April 1987 sampai dengan 31 Desember 2013 adalah 127.416 kasus HIV dan
52.438 kasus AIDS dan kematian sebanyak 9.585 orang. Di Indonesiadari 32
provinsi, DKI Jakarta memiliki kasus tertinggi dibandingkan dengan provinsi
lain. Jumlah kumulatif kasus HIV sebanyak 28,790 dan AIDS sebanyak 7,477
kasus yang terdapat di DKI Jakarta. Hal ini menunjukkan bahwa angka
kejadian HIV/AIDS di Indonesia banyak terjadi di kota-kota besar yang
merupakan menjadi suatu masalah perkotaan.
Kasus pertama bayi tertular HIV dilaporkan pada tahun 1996 di Jakarta
dari seorang ibu yang mendapat pendampingan dari Yayasan Pelita Ilmu (YPI)
dan melhirkan anaknya di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penularan
Hiv dari ibu ke bayi saat ini bertambah terus seiring dengan meningkatnya
perempuan yang terinfeksi HIV, hal tersebut ditunjukkan berdasarkan data dari
Dirjen PP & PL Kemenkes 2014 adalah jumlah kasus AIDS dengan faktor
risiko transmisi perinatal (dari ibu dengan HIV kepada bayinya) sebanyak
1,438 kasus.
Jumlah kasus HIV seiring berjalannya waktu akan terus meningkat
khusunya pada ibu hamil yang sangat beresiko menularkan HIV pada bayinya.
Program pencegahan penularan dari ibu ke bayi, dikenal dengan Prevention of
Mother to child transmission of HIV (PMTCT) yang dikeluarkan oleh
Kementrian Kesehatan tahun 2005, pada dasarnya adalah suatu usaha
mencegah terjadinya penularan HIV dari ibunya ke bayi, Program PMTCT saat
ini dikenal dengan PPIA terdiri dari 4 pilar yang antara lain adalah mencegah
terjadinya penularan HIV pada perempuan usia reproduktif, mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu dengan HIV, mencegah terjadinya
penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV kepada bayinya yang dikandung dan
memberikan dukungan psikologis, social, dan perawatan kepada ibu dengan
HIV/AIDS beserta bayi dan keluarganya.
Cara persalinan ibu hamil HIV positif yang lebih dianjurkan adalah
dengan operasi, sebab dengan persalinan melalui operasi akan meminimalkan
kontak kulit dan mukosa membrane bayi dengan serviks (leher Rahim) dan
vagina, sehingga semakin kecil resiko penularan. Penularan HIV dari ibu
hamil ke bayinya dapat dicegah dengan cara ibu hamil minum ARV, menjalani
proses persalinan dengan operasi Caesar, dan pemberian susu formula pada
bayi. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Setiawan (2009), Gondo
(2011) dan Nir uri (2011) yang menjelaskan bahwa PMCTCT yang telah
dilakukan antara lain penggunaan ARV perinatal pada ibu hamil yang diketahui
positif terinfeksi HIV, persalinan secara seksio saesaria, pemberian ARV
profilaksis pada anak, pemberian susu formula pada anak dan pemeriksaan
diagnostic HIV pada anak terbukti efektif dalam pencegahan penularan HIV
secara vertical dari ibu kepada anaknya yang dilahirkan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari Evidence Based Nursing ini adalah menganalisis intervensi
pada ibu hamil yang menderita HIV/AIDS untuk melakukan persalinan dalam
upaya pencegahan penularan bayi terhadap HIV/AIDS
C. Manfaat Penulisan
1. Keperawatan
Evidence Based Nursing ini dapat menjadi sumber informasi bagi
perawat, khususnya di ruang lingkup keperawatan maternitas dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien ibu hamil dengan HIV/AIDS.
2. Pendidikan
Evidence Based Nursing ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
institusi pendidikan sebagai masukan untuk mempersiapkan anak didiknya
sebagai calon perawat yang prenatal dan postnatal pada ibu hamil dengan
HIV/AIDS guna mencegah penularan dari ibu ke bayinya.
3. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Evidence Based Nursing ini berguna sebagai sumber pengetahuan
tentang kehamilaan dengan Sindroma Defisiensi Imun Akut atau SIDA
pada kalangan ODHA sehingga dapat meminimalkan berbagai resiko yang
mungkin terjadi selama kehamilan dan dapat mempertimbangkan berbagai
masalah fisik maupun psikososial yang akan dihadapi selama periode
prenatal dan postnatal.
4. Penulis
Evidence Based Nursing ini dapat menambah wawasan dan
pengalaman belajar bagi mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan maternitas pada ibu hamil dengan HIV/AIDS di periode
prenatal dan postnatal secara holistic dan professional.
BAB II
LITERATURE REVIEW
JURNAL
PEMBAHASAN
A. Resume Kasus
Ny. V (28 th dengan diagnosa medis HIV/AIDS direncanakan operasi
Caesar pada tanggal 02 Juni 2014. Pengkajian dilakukan tanggal 23 Mei 2014.
Ny. V mengatakan didiagnosa HIV/AIDS sejak tahun 2013, tertular dari
suami pertamanya dengan riwayat pengguna narkoba suntik. Anak pertama
dari suami pertama sudah diperiksakan HIV dan hasilnya (-). Saat ini klien
hidup bersama dengan suami kedua. Klien merupakan pasien rujukan dari
RSUD Bekasi ke klinik pokdisus RSCM. Klien mengatakan sejak didiagnosa
HIV/AIDS klien stress dan mengalami penurunan BB lebih dari 10 kg. Klien
mengatakan saat ini sudah menerima keadaannya. Kondisi klien tampak
tenang dan sangat terbuka kepada penulis. Namun, klien mengatakan hal yang
dicemaskan ialah takut bayinya tertular HIV, Selain itu, klien khawatir kondisi
bayinya lemah/kurus karena tidak disusui nanti. Stressor lainnya adalah
operasi Caesar yang akan dijalaninnya, karena ini merupakan operasi yang
pertama kalinya.
Setelah dilakukan pengkajian secara menyeluruh kepada klien maka di
dapatkan satu masalah keperawatan, yaitu cemas.
Diagnosa pertama adalah cemas berhubungan dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi sebelum dan sesudah melahirkan. Data yang
mendukung diagnosa tersebut adalah secara subjektif klien dan suami
mengatakan cemas dan takut kalau bayinya nanti akan tertular HIV, klien dan
suami khawatir terhadap kondisi bayinya akan lemah / kurus nanti karena
tidak diberikan ASI, klien mengatakan belum tahu tentang tanda-tanda
persalinan dan menejemen nyeri yang dapat dilakukannya, klien juga
mengatakan cemas dan takut dalam menghadapi operasi caecar yang pertama
kalinya. Klien dan suami sangat berharap jika melahirkan di RSCM dapat
mengurangi risiko penularan kepada bayinya. Data objektif yang mendukung
adalah klien tampak bingung dan tegang serta banyak bertanya cara penularan
dan pencegahan HIV dari ibu ke bayinya, klien juga sering kali mengerutkan
wajahnya. Observasi tanda-tanda vital yang di dapat TD 100/70 mmHg, Nadi
96 kali/menit , suhu 36,4°c, dan pernapasan 20 kali/menit .
Pada tanggal 23 Mei 2013 intervensi pertama kali dilakukan terhadap
klien yaitu edukasi tentang resiko penularan dan pencegahan HIV dari ibu ke
bayi. Pada saat itu intervensi dilakukan di poli dank lien ditemani oleh
suaminya, Tn. MR sesuai kontrak sebelumnya. Pada pertemuan tersebut
terkaji data bahwa Ny, V dan Tn. MR masih kurang mengetahui tentang
pencegahan transmisi HIV dari ibu ke bayi dan sangat ingin menambah
pengetahuan mereka tentang hal tersebut. Klien melahirkan secara Caesar
pada 02 Juni 2014 Jam 11.00-12.00 WIB. Bayi laki-laki, BB : 2950 gram PB
47 cm, A/S: 9/10 dan tidak ada masalah persalinan yang terjadi.
Intervensi yang kedua meminimalkan paparan janin atau bayi terhadap
cairan tubuh ibu melalui persalinan dengan section caesaria (SC). Persalinan
dengan Sectio Caesaria (SC) berencana sebelum saat persalinan tiba
merupakan pilihan utama ibu HIV positif. Pada saat persalinan pervaginam,
bayi akan terpapar darah dan lendir ibu dijalan lahir. Bayi juga mungkin
terinfeksi karena menelan darah atau lendir di jalan lahir tersebut.
A. Kesimpulan
Walaupun ECS dapat mengurangi infeksi HIV pada bayi, efek ini secara
statistik tidak signifikan dalam konteks cART dan penekanan virus. Jika ECS
menimbulkan risiko lain, ECS rutin untuk semua wanita yang hidup dengan
HIV mungkin tidak sesuai. Risiko dan manfaat akan berbeda di seluruh
pengaturan, tergantung pada risiko yang mendasari komplikasi ECS dan
transmisi vertikal selama pengiriman. Memahami risiko dan manfaat klien
individu dan menghormati otonomi perempuan tetap penting.
B. Saran
Dalam upaya yang dilakukan untuk mencegah penularan HIV/AIDS maka
harus memilih persalinan yang mempunyai resiko bayi tertular lebih kecil.
Disarankan pada ibu hamil untuk persalinan secara Caesar untuk mengurangi
resiko penularan pada bayi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, Imran. Pemeriksaan Laboratorium untuk HIV, dalam AIDS pada cermin
Dunia Kedokteran No. 75 , 1992. Pusat Penelitian Penyakit Menular,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
R.I., Jakarta.
Kennedy, E. Caitlin Ping T. Yeh,a Shristi Pandey,a Ana P. Betran,b and Manjulaa
Narasimhanb.2017. Elective cesarean section for women living with HIV:
a systematic review of risks and benefits. Lippincott Williams & Wilkins
Open Access. AIDS, 31(11), 1579–159.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5491238/.[Accesed On 19
March 2020]
The International Perinatal HIV Group. The mode of delivery and the risk of
vertical transmission of human immunodeficiency virus type 1: a meta-
analysis of 15 prospective cohort studies. N Engl J Med 1999; 340:977–
987. [PubMed] [Google Scholar]