Oleh :
Putu Desi Sagitariana
NIM. 20189152106
ESSAY REFLEKSI
INTRODUCTION
Essay pada kasus ini menggunakan kasus pada pasien HIV AIDS, melalui refleksi ini
dapat sebagai bahan untuk pengembangan diri dan pegetahuan saya ke depannya.
DESCRIPTION
Praktek saya di stase asuhan HIV AIDS adalah mengenai hasil dari pemeriksaan PCR,
pada klien untuk mendeteksi infeksi HIV walalupun system kekebalan tubuh belum
memproduksi antibody terhadap virus.
PMB Ketut Indrawati yaitu praktek mandiri bidan, yang merupakan Bidan Delima, yang
memberikan pelayanan utama :
1. Pemeriksaan kehamilan
2. Pelayanan KB
3. Pelayanan Imunisasi
4. Pemasangan tindik pada bayi
5. Dan lain-lain.
Pelayanan tambahan :
1. Paket pemeriksaan Iva, Pap Smear dan Sadari
2. Pelayanan V.Spa
3. Pelayanan Baby Spa
Saya tertarik memberikan asuhan pelayanan HIV AIDS. AIDS adalah sindroma yang
menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui
untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi
imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV). HIV
pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1. Pada tahun 1986.
di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus
kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut
HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
3. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
1. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
2. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
3. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari, B
menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
AIDS.
1. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali ditegakkan.
2. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system tubuh, dan
manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang
termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.
2. Orang yang ketagian obat intravena
3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).
Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
1. ELISA
2. Western blot
3. P24 antigen test
4. Kultur HIV
2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.
1. Hematokrit.
2. LED
3. CD4 limfosit
4. Rasio CD4/CD limfosit
5. Serum mikroglobulin B2
6. Hemoglobulin
Penyebab HIV/AIDS
HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus.
Adapun AIDS adalah kondisi yang terdiri dari kumpulan gejala terkait melemahnya sistem imun.
ADIS terjadi ketika infeksi HIV sudah berkembang parah dan tidak ditangani dengan baik.
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), penularan virus HIV dari orang yang
terinfeksi hanya bisa diperantarai oleh cairan tubuh seperti:
1. Darah
2. Air mani
3. Cairan pra-ejakulasi
5. Cairan vagina
6. ASI yang berkontak langsung dengan luka terbuka di selaput lendir, jaringan lunak, atau
luka terbuka di kulit luar tubuh orang sehat.
1. Hubungan seksual
Jalur penularan virus umumnya terjadi dari hubungan seks tanpa kondom (penetrasi
vaginal, seks oral, dan anal). Ingat, penularan hanya bisa terjadi dengan syarat, Anda sebagai
orang yang sehat memiliki luka terbuka atau lecet di organ seksual, mulut, atau kulit.
Biasanya, perempuan remaja cenderung lebih berisiko terinfeksi HIV karena selaput vagina
tipis sehingga rentan lecet dan terluka dibandingkan wanita dewasa. Penularan lewat seks
anal juga termasuk lebih rentan karena jaringan anus tidak memiliki lapisan pelindung
layaknya vagina sehingga lebih mudah sobek akibat gesekan.
2. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril
Selain dari paparan antar cairan dengan luka lewat aktivitas seks, penularan HIV juga dapat
terjadi jika cairan terinfeksi tersebut disuntikkan langsung ke pembuluh darah, misalnya dari:
Pemakaian jarum suntik secara bergantian dengan orang yang terkontaminasi dengan human
immunodeficiency virus.
1. Menggunakan peralatan tato (termasuk tinta) dan tindik (body piercing) yang tidak
disterilkan dan pernah dipakai oleh orang dengan kondisi ini.
2. Memiliki penyakit menular seksual (PMS) lainnya seperti klamidia atau gonore. Virus
HIV akan sangat mudah masuk saat sistem kekebalan tubuh lemah.
3. Ibu hamil pengidap HIV/AIDS dapat menularkan virus aktif kepada bayinya (sebelum
atau selama kelahiran) dan saat menyusui.
4. Namun, jangan salah sangka.
Anda TIDAK dapat tertular virus HIV melalui kontak sehari-hari seperti:
1. Bersentuhan
2. Berjabat tangan
3. Bergandengan
4. Berpelukan
5. Cipika-cipiki
6. Batuk dan bersin
7. Mendonorkan darah ke orang yang terinfeksi lewat jalur yang aman
8. Menggunakan kolam renang atau dudukan toilet yang sama
9. Berbagi sprei
10. Berbagi peralatan makan atau makanan yang sama
11. Dari hewan, nyamuk, atau serangga lainnya
Faktor risiko HIV/AIDS
Setiap orang, terlepas dari usia, jenis kelamin, dan orientasi seksualnya bisa terinfeksi HIV.
Namun, beberapa orang lebih berisiko untuk terjangkit penyakit ini apabila memiliki faktor
seperti:
Melakukan hubungan intim yang berisiko menyebabkan paparan penyakit menular
seksual, seperti seks tanpa kondom atau seks anal.
Memiliki lebih dari satu atau berganti-ganti pasangan seksual.
Menggunakan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik yang digunakan secara
bergantian dengan orang lain.
EVALUASI
Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menghilangkan sepenuhnya infeksi virus HIV dari
dalam tubuh. Namun, gejala penyakit bisa dikendalikan dan sistem imun bisa ditingkatkan
dengan pemberian terapi antiretoviral (ARV). Terapi ARV tidak dapat membasmi virus
seluruhnya, tetapi bisa membantu orang dengan HIV hidup lebih lama dan lebih sehat.
Setiap pengidap HIV bisa hidup sehat dan menjalani aktivitas secara normal selama menjalani
pengobatan antiretroviral.
Selain itu, mengikuti pengobatan juga membantu mengurangi risiko penularan terutama
pada orang-orang terdekat.Terapi ARV terdiri dari penggunaan sekumpulan obat antiviral yang
dapat mengurangi jumlah virus HIV di dalam tubuh dengan menghambat virus memperbanyak
diri.
Berkurangnya virus memberi kesempatan bagi sistem kekebalan tubuh untuk melawan
virus yang menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh.
Dengan begitu, jumlah virus di dalam tubuh dapat terkendali dan infeksinya tidak menimbulkan
gejala. Di samping itu, jumlah virus yang rendah membuat kemungkinan risiko penularan ke
orang lain pun semakin berkurang.
Anda biasanya diminta untuk menjalani pengobatan ARV sesegera mungkin setelah terinfeksi
HIV, terlebih jika sedang dalam kondisi berikut:
1. Hamil
2. Memiliki infeksi oportunistik (infeksi penyakit lain bersamaan dengan HIV)
3. Memiliki gejala yang parah
4. Jumlah sel CD4 di bawah 350
5. Memiliki penyakit ginjal akibat HIV
6. Sedang dirawat karena hepatitis B atau C
ANALISA
Betz & Sowden. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC;2002