B. Pemberian ARV
Indikasi untuk memulai terapi ARV
- Semua pasien dengan stadium 3 dan 4, berapapun jumlah CD4 atau;
- Semua pasien dengan CD4 < 350 sel/ml, apapun stadium klinisnya;
- Semua pasien dibawah ini apapun stadium klinisnya dan berapapun jumlah CD4 :
a. Semua pasien ko-infeksi TB
b. Semua pasien ko-infeksi HBV
c. Semua ibu hamil
d. ODHA yang memiliki pasangan dengan status HIV negative (sero discordant)
e. Populasi kunci (penasun, waria, LSL,WPS)
f. Pasien HIV (+) yang tinggal pada daerah epidemi meluas seperti Papua dan Papua
Barat
Obat ARV lini pertama yang tersedia di Indonesia
- Tenofovir (TDF)300 mg
- Lamivudin (3TC) 150 mg
- Zidovudin (ZDV/AZT) 100 mg
- Efavirenz (EFV) 200 mg dan 600 mg
- Nevirapine (NVP) 200 mg
- Kombinasi dosis tetap (KDT):
o TDF+FTC 300mg/200mg
o TDF+3TC+EFV300mg/150mg/600mg
Terapi ARV harus dijalani seumur hidup oleh pasien HIV/AIDS untuk tetap
mempertahankan imunitas pasien. Oleh karena itu penggunaan ARV memerlukan kepatuhan
yang tinggi untuk mencapai keberhasilan terapi dan mencegah resistensi. Penggunaan obat
ARV yang dilakukan dalam jangka waktu sangat panjang, bahkan seumur hidup, serta masih
terdapatnya stigma negatif terhadap pasien HIV/AIDS memberikan tanggung jawab pemberi
layanan kesehatan untuk memberikan fasilitas lain yang mendukung pengobatan pasien
HIV/AIDS sendiri, terutama dalam memantau kepatuhan pasien dalam menggunakan obat
(Novianto, 2016).
Penggunaan obat ARV memerlukan tingkat kepatuhan tinggi untuk mendapatkan
keberhasilan terapi, mencegah resistensi, menekan HIV hingga tak terdeteksi, meningkatkan
kualitas dan kelangsungan hidup, meningkatkan kesehatan secara keseluruhan serta
mengurangi resiko penularan HIV.
Untuk mencapai berbagai tujuan pengobatan ARV, dibutuhkan pengobatan ARV yang
berhasil. Keberhasilan pengobatan pada pasien HIV dinilai dari tiga hal, yaitu keberhasilan
klinis, keberhasilan imunologis, dan keberhasilan virologis. Keberhasilan klinis adalah
terjadinya perubahan klinis pasien HIV seperti peningkatan berat badan atau perbaikan
infeksi oportunistik setelah pemberian ARV. Keberhasilan imunologis adalah terjadinya
perubahan jumlah limfosit CD4 menuju perbaikan, yaitu naik lebih tinggi dibandingkan awal
pengobatan setelah pemberian ARV.
Sementara itu, keberhasilan virologis adalah menurunnya jumlah virus dalam darah
setelah pemberian ARV. Target yang ingin dicapai dalam keberhasilan virologis adalah
tercapainya jumlah virus serendah mungkin atau di bawah batas deteksi yang dikenal sebagai
jumlah virus tak terdeteksi (undetectable viral load).
Kepatuhan (adherence) merupakan faktor utama dalam mencapai keberhasilan
pengobatan infeksi virus HIV. Kepatuhan (adherence) adalah minum obat sesuai dosis, tidak
pernah lupa, tepat waktu, dan tidak pernah putus. Kepatuhan dalam meminum ARV
merupakan faktor terpenting dalam menekan jumlah virus HIV dalam tubuh manusia.
Penekanan jumlah virus yang lama dan stabil bertujuan agar sistem imun tubuh tetap terjaga
tinggi. Dengan demikian, orang yang terinfeksi virus HIV akan mendapatkan kualitas hidup
yang baik dan juga mencegah terjadinya kesakitan dan kematian.
Bukti ilmiah telah mengubah paradigma pengendalian HIV berupa pengobatan
merupakan bagian dari pencegahan. Hal ini memungkinkan ODHA dapat hidup berkualitas
bila status infeksi HIV-nya terdiagnosis sedini mungkin dan ODHA mengkonsumsi obat
ARV secara dini. Berdasarkan temuan tersebut, sangat penting untuk mempromosikan dan
menyediakan kemudahan akses konseling dan tes HIV serta pengobatan seluas mungkin.
Kepatuhan dalam meminum ARV mutlak diperlukan dan terbukti bermanfaat dalam
mengendalikan replikasi HIV. Kini pengobatan ARV sudah tersedia, dan disubsidi oleh
pemerintah Indonesia, sehingga setiap ODHA di Indonesia tanpa kecuali berhak
mendapatkan obat ARV tanpa dipungut biaya. Pemungutan biaya mungkin dilakukan hanya
untuk administrasi tetapi tidak obatnya.
F. Peran Tenaga Kesehatan dalam Kepatuhan Minum ARV Pada Penderita HIV
Terapi ARV dapat dilakukan dengan tepat dan benar maka dukungan sosial dan
masyarakat sangat diperlukan, agar pasien HIV/AIDS dapat mengurangi dampak negatif dari
infeksi penyakit ini. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan dalam perawatan.
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang paling sering berinteraksi dengan
pasien, mempunyai kewajiban membantu pasien, termasuk dalam memberikan dukungan
sosial. Peran perawat dalam promosi kesehatan adalah mencegah ODHA ke kondisi yang
lebih buruk, dengan mengajak individu dan peran serta lingkungan berperilaku positif
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, meningkatkan motivasi dan komitmen
ODHA agar lebih patuh ARV (Pender, 2011).
Hubungan yang baik dengan tenaga kesehatan, sikap dan perilaku tenaga kesehatan yang
bersahabat dan penuh rasa kekeluargaan disertai konseling kepatuhan dapat memberikan rasa
nyaman bagi ODHA. Secara tidak langsung membuat ODHA lebih termotivasi untuk
pengobatan yang teratur (Fitriah, 2011).
Pratiwi, A., & Rohaeti, Y. S. 2019. Dukungan Tenaga Kesehatan Dengan Kepatuhan Minum
ARV Pada Penderita Hiv di Lapas Pemuda Kelas II A Tangerang. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
Vol. VIII No. 1.